4 Pelajaran Penting Dari Ayat Alkitab Tentang Merendahkan Diri

Dalam hidup ini kita telah sering mendengar bahwa kita tidak boleh meninggikan diri, namun justru harus merendahkan diri. Hal ini berlaku untuk semua orang, termasuk umat Kristen. Sebagai umat Kristen tentunya kita ingin memberikan contoh yang baik bagi dunia ini seperti keteladanan Yesus Kristus, tidak terkecuali dalam merendahkan hati. Oleh karena itulah, alangkah baiknya jika kita dapat memahami pelajaran yang penting untuk kita ketahui dari ayat-ayat Alkitab tentang merendahkan diri.

1. Rendahkan diri di hadapan Tuhan

Yakobus 4:10:

“Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.”

Ayat ini dengan gamblang mengatakan bahwa hendaknya kita merendahkan diri di hadapan Tuhan. Seringkali sebagai manusia ada kalanya kita menginginkan pengakuan atas diri kita atau hasil pekerjaan kita sehingga tanpa sadar kita meninggikan diri di hadapan orang lain. Namun, jika kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, menyadari dan menerima bahwa kita tidak sempurna dan karena itu kita memerlukan kasih dan pimpinan-Nya dalam hidup kita, Ia akan memenuhi hati kita dengan damai.

Kedamaian yang dirasakan dari kesadaran bahwa Bapa di surga sebagai salah satu dari Allah Tritunggal mengasihi kita memenuhi hati kita dan menggantikan keinginan untuk meninggikan diri. Sebagai gantinya, Tuhan sendirilah yang akan meninggikan kita, memberikan pengakuan dari orang lain walaupun kita tidak mengejarnya.

2. Kerendahan hati memunculkan kepedulian akan orang lain

Filipi 2:2-4:

“karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Kerendahan hati tidak dapat dipisahkan dari kepedulian atau kasih untuk orang lain. Terkadang sifat self-centered membuat pikiran orang terlalu fokus pada dirinya sendiri: apakah ia dipandang baik oleh orang lain, apakah penampilannya menarik, apakah orang lain menyukainya, dsb. Pikiran-pikiran ini dapat dimiliki baik oleh orang yang sombong maupun orang yang rendah diri atau minder. Tidak demikian halnya dengan orang yang rendah hati. Kerendahan hati membuat seseorang menerima keadaan dirinya dan menjadi lebih peduli dengan sekitarnya, sehingga dapat lebih menyatu atau “satu hati” dengan komunitasnya, baik itu keluarga, teman-teman, rekan kerja, dll.

3. Pengenalan akan Kristus membawa pada kerendahan hati

1 Korintus 15:9:

“Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.”

Efesus 3:8:

“Kepadaku, yang paling hina di antara semua orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu,”


Dalam Alkitab, semua orang percaya disebut dengan istilah “orang kudus”, seperti yang tercatat dalam Efesus 3:8. Rasul Paulus yang dalam surat-suratnya kerap kali mengingatkan orang percaya agar memiliki kerendahan hati menyadari bahwa ia dulu ialah seorang penganiaya jemaat, oleh karena itu ia tetap tidak menyombongkan diri walaupun ia sudah menjadi pelayan Tuhan yang hebat yang sudah menyebarkan firman Tuhan ke orang-orang non-Yahudi di berbagai kota. Sebaliknya, ia merasa bahwa jika dibandingkan dengan rasul-rasul lain, ia adalah yang terendah di antara mereka. Pandangan Paulus mengenai perbandingan antara dirinya sendiri dengan rasul-rasul lain ini dapat kita lihat pada 1 Korintus 15:9, yang merupakan suratnya kepada orang percaya di Korintus yang ditulis antara tahun 55-57 Masehi.

Dalam perkembangannya, Rasul Paulus terus giat menyebarkan firman Tuhan bahkan hingga harus mengalami berbagai kesulitan seperti disiksa, dipenjara, dilempari batu, kelaparan, mengalami kapal karam, dll. (2 Kor. 22-28). Walau demikian, dalam suratnya kepada jemaat di Efesus yang ditulis antara tahun 60-61 Masehi (beberapa tahun sesudah surat yang di dalamnya terdapat tulisan ayat 1 Korintus 15:9), Rasul Paulus yang sebelumnya membandingkan diri dengan para rasul, kemudian semakin rendah hati hingga menganggap dirinya lebih rendah bahkan dari semua orang kudus atau orang percaya.

Dalam 2 Korintus 11:7-33 kembali kita dapati bahwa merendahkan diri dalam hal ini bukan dalam arti minder karena Rasul Paulus sebenarnya menyadari bahwa ia telah berkorban sedemikian rupa demi pekerjaan Tuhan. Ia bisa saja memilih untuk menyombongkan diri sebagai hamba Tuhan yang hebat yang telah kuat menahan derita begitu rupa dan telah menyelamatkan banyak jiwa. Namun, dalam prosesnya melayani Tuhan dan pengenalan akan Kristus yang terus bertumbuh, rupanya kerendahan hatinya mengalahkan keinginannya untuk bermegah atas dirinya sendiri. Sebaliknya, ia memilih untuk bermegah dalam Tuhan.


4. Bermegah Dalam Tuhan

Yeremia 9:23-24:

“Beginilah firman Tuhan: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman Tuhan.”

Sebagaimana dibahas dalam artikel Ayat Alkitab Tentang Kesombongan Manusia, maksud dari bermegah dalam Tuhan seperti yang dilakukan Rasul Paulus adalah bersyukur dan bangga bahwa Tuhan yang kita sembah ialah Tuhan yang tidak hanya maha kuasa namun juga penuh kasih. Ia rela berkorban untuk kita agar kita dapat dibenarkan dan layak untuk menerima berkat-berkat-Nya.

Walaupun dikatakan sebagai ‘bermegah’ dalam Tuhan, namun hal ini tidak dapat dilakukan tanpa adanya kesadaran bahwa kita adalah manusia berdosa dan karena itu memerlukan Tuhan dalam hidup kita. Kesadaran ini pun muncul dari kerendahan hati. Dengan demikian, sikap bermegah dalam Tuhan ini bukanlah bentuk kesombongan, melainkan kerendahan hati seperti yang telah dibahas dalam poin pertama.

Nah, sekarang kita sudah lebih memahami apa yang Alkitab katakan mengenai merendahkan diri atau hati kita, terutama di hadapan Tuhan. Hendaknya firman Tuhan ini kita tanamkan dalam hati kita dan kita praktikkan dalam keseharian agar kita dapat menjadi semakin serupa dengan karakter Kristus.