Kita sering mengartikan kematian dengan berhentinya fungsi fisik tubuh. Kita tidak pernah tahu kapan kita akan mengalami kematian fisik. Pada 1 Tesalonika 4:13, Paulus berkata pada jemaat Korintus, “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.” Alkitab tidak pernah memberitahu bagaimana tanda bahwa seseorang akan meninggal. Allah mau kita hidup dengan penuh pengharapan bahwa masih ada hari esok. (Baca juga: Kematian Menurut Kristen)
Namun, dalam kehidupan kita, kematian tidak hanya sekedar kematian fisik. Ada kematian lainnya yang biasa kita sebut sebagai kematian rohani. Kematian rohani inilah yang dimaksudkan Allah dalam Kejadian 2:17, “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Kita tahu bahwa setelah Adam dan Hawa memakan buah dari pengetahuan tersebut, mereka tidak mengalami kematian fisik. Mereka mengalami kematian rohani, artinya mereka terpisah dari Allah. Alkitab sendiri memberikan tanda-tanda kematian rohani manusia sebagai berikut. (Baca juga: Penciptaan Manusia)
- Memiliki iman tanpa perbuatan
Yakobus 2:26 “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Banyak orang Kristen yang sudah mengaku percaya kepada Yesus Kristus. Mereka mengatakan bahkan mendeklarasikan bahwa mereka adalah orang-orang beriman. Namun, dalam kehidupan sehari-harinya, mereka tidak mencerminkan kehidupan orang beriman. Tuhan mau setiap orang beriman bukan hanya sekedar pernyataan iman, tetapi juga mencerminkannya dalam kehidupan sehari-hari yang tampak dari perbuatannya. Iman perlu didukung dengan ketaatan akan firman Tuhan. Jadi, ketika kita mengaku orang beriman, tetapi tidak menaati firman Tuhan, kita mati secara rohani.
Baca juga:
- Menyamakan diri dengan Allah
Yehezkiel 28:6-8 “Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah maka, sungguh, Aku membawa orang asing melawan engkau, yaitu bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus pedang mereka, melawan hikmatmu yang terpuja; dan semarakmu dinajiskan. Engkau diturunkannya ke lobang kubur, engkau mati seperti orang yang mati terbunuh di tengah lautan.”
Kita sering kali menempatkan diri kita seperti Allah dengan merasa apa yang terjadi dalam hidup kita seharusnya sesuai kehendak kita. Kita berusaha mengatur hidup kita dan tidak membiarkan Tuhan ikut campur tangan. Orang lain pun kita hakimi seakan-akan kita yang menjadi allah. Ternyata hal-hal seperti ini tidak menyukakan hati Tuhan. Ia mau Ia benar-benar mengambil alih hidup kita termasuk setiap apapun yang kita kerjakan dan kita putuskan. Begitu pula dengan kehidupan orang lain, Tuhan lah yang punya andil dalam segala sesuatu. Bertindak seakan-akan kita adalah allah membuat kita terpisah dari Allah dan mati secara rohani.
- Mengutamakan diri sendiri
Matius 8:22 “Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.’’ Kata ‘mati’ pertama yang Yesus sebutkan merujuk pada mati rohani sedangkan kata ‘mati’ kedua merujuk pada mati secara fisik. Perkataan Yesus ini tidak berarti Yesus tidak menghormati orang yang meninggal. Hal yang Yesus ingin katakan adalah ketika rohani kita mau tetap hidup, kita harus rela meninggalkan kepentingan diri kita. Pada perikop ini, salah seorang murid Yesus menunda untuk mengikut Yesus karena menunggu sampai ayahnya meninggal. Yesus ingin tidak ada hal yang menghalangi kita untuk mengikut Yesus. Ketika kita terus menunda-nunda, ketika kita terus mencari-cari alasan, kita akan semakin jauh dari Allah. Saat itulah kita mati secara rohani.
- Berbuat dosa
Efesus 2:1 “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Paulus dengan sangat jelas mengatakan kepada jemaat di Efesus bahwa manusia yang melakukan pelanggaran dan dosa mati secara rohani. Pelanggaran yang dilakukan adalah pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah yang tertera pada firman Tuhan. Paulus mengingatkan bahwa jika kita ingin rohani kita tetap hidup dan berkembang, kita harus menaati firman Tuhan dan berhenti berbuat dosa. Selain itu, kita juga perlu meminta pengampunan dan keselamatan dari Tuhan untuk menghapus segala dosa kita.
- Hidup menurut daging
Roma 8:13 “Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.” Manusia hidup di dalam kedagingannya. Namun, orang Kristen yang sudah menerima keselamatan, haruslah sudah menerima Roh Kudus yang membantu kita menolak keinginan daging. Keinginan daging membuat kita berbuat dosa dan sulit untuk melakukan firman Tuhan. Buah-buah Roh Kudus tidak dapat kita hasilkan ketika kita masih hidup menurut kedagingan kita. Tuhan tidak mau anak-anak-Nya hidup dalam kedagingan. Ia mau kita hidup dalam tuntunan Roh Kudus untuk menjadi pribadi yang semakin serupa dengan Kristus. Ketika kita kalah untuk melawan keinginan daging, kita semakin terpisah dari Allah dan mati secara rohani.
- Hidup berlebihan
1 Timotius 5:6 “Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup.” Ayat ini tidak hanya dimaksudkan kepada janda, seorang wanita yang sudah ditinggal suaminya. Ayat ini pun dimaksudkan kepada semua umat Kristen. Seorang yang hidup secara berlebihan akan mati secara rohani. Mengapa? Karena hidup yang berlebihan artinya tidak mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan. Kita ingat dalam Doa Bapa Kami dikatakan “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” (Matius 6:11). Tuhan memberi berkat kepada kita untuk dipakai secukupnya. Segala berkat yang berlebih seharusnya kita gunakan untuk membantu sesama kita dan untuk memuliakan Allah. (Baca juga: Arti Bersyukur Dalam Alkitab)
- Menolak nasehat
Ayub 36:12 “Tetapi, jikalau mereka tidak mendengar, maka mereka akan mati oleh lembing, dan binasa dalam kebebalan.” Elihu pada ayat ini mengatakan bahwa orang-orang yang tidak mau mendengarkan peringatan atas perbuatan dan pelanggaran mereka (Ayub 36:9) akan mati secara rohani. Kita manusia yang tak luput dari dosa. Seringkali kita tidak kuasa untuk menahan keinginan daging. Namun, kita selalu punya kesempatan untuk bertobat. Kita selalu punya kesempatan untuk kembali dekat pada Allah. Kita, yang hidup sebagai keluarga Allah, memiliki sesama yang menasehati kita ketika kita kembali jatuh dalam dosa. Namun, kita mungkin sering kali menutup telinga dan merasa bahwa kita benar. Kita menolak untuk mendengarkan orang lain. Ternyata Allah juga mengatakan bahwa hal ini pun tidak baik. Kita harus mau mendengarkan setiap nasehat yang mampu membawa kita semakin dekat dengan Allah. (Baca juga: Karakter Kristus)
- Tidak percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia
Yohanes 8:24 “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Tidak sedikit orang Kristen yang menjadi Kristen hanya karena faktor keluarga atau lingkungan. Mereka hanya sekedar mengambil predikat agama tetapi tidak mengimaninya dengan sungguh-sungguh. Ada orang-orang yang masih tidak percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia, Sang Juruselamat. Yesus sendiri dengan tegas mengatakan bahwa orang-orang ini akan mati secara rohani. Mereka akan terpisah dari Allah. Bagaimanapun, dasar dari menjadi pengikut Kristus bukanlah agama yang kita anut, melainkan bagaimana sikap iman kita. Kita tidak hanya mengakui bahwa Yesus itu ada, tetapi lebih jauh lagi mengakui bahwa Yesus lah yang membawa keselamatan untuk manusia. (Baca juga: Janji Tuhan Bagi Orang Percaya)
- Tidak menerima ajaran kebenaran
Amsal 5:23 “Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat.” Berapa kali kita mendengarkan firman Tuhan dalam sehari? Atau berapa kali kita mendengarkan firman Tuhan dalam seminggu? Dalam sebulan? Dalam setahun? Seringkali orang Kristen hanya mendengarkan firman Tuhan saat di gereja. Mereka tidak ingin mengenal lebih dalam isi firman Tuhan. Atau bahkan mereka malas untuk minimal bersaat teduh setiap hari. Hal-hal seperti ini ternyata membuat kita semakin jauh dari Allah dan kita pun akan mengalami tanda-tanda kematian secara rohani. Kehidupan rohani bukan sesuatu yang datang secara instan. Kehidupan rohani perlu dihidupi setiap hari dan diberikan napas kehidupan berupa firman Tuhan. Sama seperti kita tidak bisa hidup tanpa napas, rohani kita tidak bisa hidup tanpa firman Tuhan.
- Berkata sesuka hati
Amsal 18:21 “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” Ada peribahasa “Mulutmu, Harimaumu”. Kita seringkali kesulitan untuk mengontrol apa yang kita katakan. Kita berkata-kata sesuka hati kita. Apapun yang kita pikirkan, biarlah itu terucap. Hal ini yang menyebabkan kata-kata kasar semakin eksis di kehidupan kita. Namun, Allah mengingatkan kita untuk selalu bijaksana dalam menggunakan perkataan kita. Lidah kita seharusnya selalu mengucapkan berkat dan bukan mengucap kutuk. Ketika kita tidak bijaksana dalam berkata-kata, kita mati secara rohani. (Baca juga: Hukum Tabur Tuai)
- Menghina firman Tuhan
Amsal 19:16 “Siapa berpegang pada perintah, memelihara nyawanya, tetapi siapa menghina firman, akan mati.” Ternyata bukan hanya melanggar firman yang dapat membuat kita mati, menghina firman pun mematikan kita. Kita seringkali menyepelekan firman lalu mencap firman itu tidak penting. Contoh yang paling sering kita temui adalah orang-orang mengatakan kitab Bilangan itu tidak penting. Padahal segala yang tertulis di Alkitab berfungsi untuk mengajar. Mungkin kita hanya belum mengerti apa maksud penulisan firman tersebut. Penghinaan terhadap firman juga sering kita lakukan dengan menggunakan firman Tuhan seenaknya tanpa mengerti konteksnya. Misalnya Filipi 1:3 “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.” sering kita gunakan untuk gombalan. Padahal konteks ayat itu adalah untuk jemaat-jemaat Tuhan, bukan seorang kekasih. Kita harus lebih berhati-hati dalam memakai dan menyebutkan firman Tuhan.
- Menghujat nama Tuhan
Imamat 24:16b “Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati.” Kita mungkin sering mendengar orang menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Misalnya ketika kaget, asal menyebut “Ya Tuhan Yesus”. Meskipun itu mungkin hal yang spontan dan tidak disengaja, itu bukan sikap yang patut untuk dibiarkan. Kita ingat bahwa hukum Taurat ketiga melarang kita menyebut nama Tuhan dengan sembarangan (Keluaran 20:7). Selain itu, mungkin kita sering mendengar bentuk hujatan lain atas nama Tuhan. Atau bahkan mungkin kita sendiri yang melakukannya. Kita perlu ingat bahwa ketika kita menghujat Tuhan, kita tidak mengakui keberadaan-Nya. Ini membuat kita terpisah dari Allah dan mati secara rohani.
- Menyembah allah lain
Hosea 13:1 “Apabila Efraim berbicara, gemetarlah orang; ia diangkat-angkat di Israel, tetapi ia bersalah dengan menyembah Baal, sehingga matilah ia.” Kita mungkin seorang Kristen yang rajin beribadah bahkan mungkin ikut melakukan pelayanan. Namun, apakah kita sungguh-sungguh hanya menyembah Allah Bapa kita? Apakah kita tidak menyembah allah lain? Misalnya, kita merasa tidak bisa hidup tanpa uang. Kita terus menghabiskan waktu kita untuk mendapatkan uang bahkan dengan cara yang tidak halal sekalipun. Atau kita terus menghabiskan waktu kita menonton film sampai melupakan kewajiban kita yang lainnya. Sikap kecanduan kita bisa dibilang sebagai sikap menyembah allah lain. Dan Allah tidak suka dengan hal itu. Jelas tertulis pada hukum Taurat pertama bahwa jangan sampai ada allah lain (Keluaran 20:2-3). Kita harus berhati-hati ketika kita mulai menyukai suatu benda atau kegiatan, jangan sampai itu menjadi allah lain yang bisa mematikan rohani kita.
Baca juga:
- Gambaran Neraka Menurut Kristen
- Tanda-Tanda Kiamat Menurut Kristen
- Menjadi Murid Kristus
- Asal Usul Manusia Menurut Agama Kristen
- Tidak menasehati orang yang bersalah
Yehezkiel 3:19 “Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu. Kita seringkali merasa masa bodoh dengan kesalahan orang lain. Kita beranggapan biarlah itu menjadi kesalahan yang seharusnya ia tanggung lalu kita menghindar untuk ikut campur. Padahal yang Allah mau bukan kita ikut menghakiminya. Allah bukan mau kita merubahnya menjadi orang yang baik. Allah hanya mau kita menjadi perpanjangan tangan-Nya untuk menyampaikan firman. Akankah orang itu bertobat atau tidak bukanlah tanggung jawab kita, itu semua ada dalam kuasa Tuhan. Jadi, kita tidak bisa lagi tinggal diam ketika kita melihat sesama kita berbuat dosa.
Baca juga:
- Mengutuki orang tua
Markus 7:10b “dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.” Yesus mengingatkan kita tentang hukum Taurat kelima untuk menghormati ayah dan ibu kita (Keluaran 20:12). Mengutuki orang tua menjadi kesalahan yang seringkali dilakukan orang-orang secara sadar. Begitu kesal membuat kita asal mengucap kutuk atas orang tua kita. Hal ini tidaklah menyenangkan hati Tuhan. Tuhan mau kita terus menghormati ayah dan ibu kita. Dengan begitu, rohani kita akan terus hidup dan kita tetap dekat pada Allah. (Baca juga: Hukum Kasih Dalam Alkitab)
Tidak hanya 15 tanda tersebut, Alkitab masih memberikan tanda lain mengenai tanda-tanda kematian rohani lainnya yang bisa anda ketahui sebagai berikut:
- Benci kepada teguran (Amsal 15:10).
- Tidak mau bertobat dari dosa (Yehezkiel 18:28).
- Tidak percaya kepada Allah (Yohanes 11:26).
- Menjadi orang jahat (Yehezkiel 33:8).
- Melakukan hal yang keji (Yehezkiel 18:13).
- Berusaha menjadi seperti Allah (Kejadian 3:3-5).
- Tidak menerima keselamatan dari Tuhan (2 Samuel 12:13).
- Melanggar firman Tuhan dan berbuat dosa (Yehezkiel 18:20a).
- Tidak berakal budi dalam bertindak (Amsal 10:21).
- Melakukan kejahatan dengan sengaja (Amsal 11:19).
Kita bersyukur menjadi orang yang diberikan keselamatan dari Allah. Namun, menerima keselamatan tidaklah cukup. Kita harus mampu menghidupi keselamatan tersebut dengan setia melakukan firman-Nya. Dengan begitu, rohani kita dapat terus hidup dan lebih lagi akan terus bertumbuh dan berbuah lebat.