Di dunia ini terdapat banyak jenis agama yang dianut oleh manusia, agama merupakan bentuk dari sebuah kepercayaan yang dimiliki oleh sekelompok orang. Terdapat beberapa jenis agama yang terbentuk dari suatu kebiasaan masyarakat yang terus menerus dipelihara dan di jaga ada pula agama yang berasal dari ajaran-ajaran tertentu. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis agama yang telah di legalkan dan diakui keberadaannya seperti agama Islam, Hindu, Budha hingga Konghucu dan di dalamnya juga terdapat Kristen dan Katolik.
Indonesia dikenal akan keberagamannya dan perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakatnya sehingga menimbulkan sikap toleransi antar sesamanya. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan untuk timbulnya perdebatan dan perselisihan akibat beberapa paham yang berbeda, larangan menghina agama lain dalam Injil sendiri menguatkan prinsip hidup orang percaya dalam menanggapi perkara ini. Larangan menghina agama lain dalam injil haruslah menjadi pedoman hidup orang percaya, seperti :
- Tidak boleh menghina sesama
Tindakan penghinaan atau pemojokan terhadap orang lain sangat ditentang keras oleh Alkitab, dalam kitab Amsal 11 : 12 mengatakan “Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi. Tetapi orang pandai berdiam diri”. Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang memiliki akal budi dan pikiran sehingga bolehlah manusia dapat memancarkan dan menggambarkan sosok Allah itu sendiri kepada mahluk yang lainnya. Larangan menghina agama lain dalam injil ini menekankan bahwa sifat dan sikap manusia yang cenderung dapat menghina manusia lainnya merupakan perbuatan yang tidak berdasarkan akal budi yang dimilikinya.
Menghina orang lain ataupun agama yang dianutnya bukanlah sikap yang Yesus contohkan kepada manusia ketika Ia hidup di dunia kala itu, perbuataan yang keji sama saja dengan menentang kedaulatan Allah atas hidup manusia karena Allah sendiri tidak pernah menghina manusia yang merupakan mahluk ciptaannya. Penghinaan yang diberikan kepada orang lain secara tidak langsung dapat berdampak buruk kepada orang tersebut, baik itu semangat ataupun harga dirinya ditengah-tengah pergaulan masyarakat. Orang yang berdiam diri dengan tidak terlalu banyak berkomentar merupakan orang yang pandai menurut alkitab sendiri karena dirinya dapat mengatur cara berpikir dan berpandangnya terhadap kondisi yang ada disekitarnya.
- Mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri
Seperti ada tertulis jika manusia haruslah mengasihi sesamanya seperti dia mengasihi dirinya sendiri. Manusia merupakan ciptaan Allah yang paling unik karena manusia memiliki akal budi dan sifat serta pribadi yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, manusia memiliki sifat cenderung mementingkan dirinya sendiri terlebih dahulu dan jika memang mereka peka mereka akan memikirkan manusia lainnya kemudian. Sifat dan sikap manusia yang seperti ini terbentuk akibat manusia yang jatuh ke dalam dosa, hal seperti ini sangat tidak menggambarkan kasih Tuhan sendiri atas diri manusia selama ini.
Jika kita melihat kembali bagaimana pengorbanan Yesus di atas kayu salib maka dapat disimpulkan bahwa kasih yang terbesar yang Tuhan berikan adalah dengan tergenapnya hukum taurat. Jika Allah begitu mengasihi manusia yang telah berdoa mengapa manusia yang dikasihiNya tidak memberikan dan menyalurkan kasih yang telah diterima secara Cuma-Cuma itu kepada manusia lainnya. Perbedaan bukanlah alasan yang logis untuk tidak mengasihi orang lain. Kasih memberikan kelemah lembutan dan menyatu dengan diri kita, kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia.
- Manusia tidak memiliki kuasa untuk menghakimi dan menghina orang lain
Larangan menghina agama lain dalam injil banyak sekali dicontohkan di dalam Alkitab, seperti yang telah ditegaskan oleh Tuhan siapakah kita sebagai manusia dapat melampaui kedaulatan dan keputusan Tuhan itu sendiri? Alkitab menyuruh agar kita menerima orang yang lemah imannya tampa mempercakapkan pendapatnya. Kita sebagai manusia yang dikasihi oleh Allah kini bukan lagi hidup untuk diri kita sendiri melainkan hidup hanya untuk Allah, tidak ada satu orangpun yang diperkenankan olehNya untuk menghakimi, menghina atau mengadili orang lain karena pada akhirnya semua itu hanya boleh dilakukan oleh Tuhan ketika pengadilan kelak dilaksanakan atas dunia.
Orang satu dengan yang lainnya boleh memiliki kekuatan, kedudukan atau bahkan kekuasan yang berbeda-beda namun pada dasarnya itu semua adalah pemberian dari Tuhan semata. Sikap sombong dan tinggi hati akibat apa yang dimiliki merupakan sikap yang tidak mensyukuri karunia dan berkat yang Tuhan berikan. Allah adalah sumber dari segala sesuatu yang ada di hidup ini, Yesus semasa hidupnya tidaklah hidup untuk menyenangkan diriNya sendiri melainkan menyerahkan seluruh hidupNya untuk melayani Allah dan manusia yang berdosa. Sikap, keteladan Yesus Kristus dan karakter Kristus yang seperti inilah yang seharusnya menjadi contoh bagi kita manusia untuk melayani sesama kita.
Memiliki sifat yang toleransi dan menghargai orang lain termasuk agamanya memang tidak terjadi dalam waktu yang singkat, hal ini haruslah dibangun dan dibentuk sedini mungkin agar memiliki sikap yang rendah hati. Yesus Kristus memberikan teladang yang sempurna kepada manusia yang berdosa bagaimana harus menyingkap atau menanggapi segala sesuatu yang saat ini kita alami di tengah masyarakat.
Selama pelayanannya Yesus begitu menunjukan Kasih yang diperolehnya dari BapaNya di sorga agar manusia juga berbuat demikian, ada ketika Yesus datang melayani bukan datang untuk menghakimi karena semua itu adalah haknya Allah bukan hak kita sebagai manusia berdosa. Kasih bukan perbuatan yang tidak sopan atau tidak berakal budi, seperti ada tertulis dalam Mazmur 37 : 10, 11 “Hanya sedikit waktu lagi, orang fasik tidak akan ada lagi. Orang-orang yang lembut hati akan memiliki bumi, dan mereka akan benar-benar mendapatkan kesenangan yang besar atas limpahnya kedamaian”. Sekiranya kita orang percaya kepadaNya memiliki iman dan pengaharapan yang berlimpah-limpah karena kasih Tuhan akan kita yang berdosa.