Perencanaan maupun perjalanan sebuah pernikahan bukanlah suatu hal yang mudah. Bapan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sejak tahun 2013, angka perceraian di Indonesia terus meningkat. Angka tersebut bahkan mencapai puncak di tahun 2015 yaitu sebanyak 347.256 kasus. Lalu, bagaimana sebaiknya pasangan Kristiani harus menanggapi permasalahan di era ini?
Pernikahan ibarat sebuah perjalanan panjang. Dalam sebuah perjalanan, hal pertama yang harus kita ketahui adalah, “Kemana tujuannya?” Demikian juga dengan pernikahan umat Kristiani, kedua belah pihak harus sama-sama tahu apa tujuan pernikahan kristen. Apakah untuk memiliki keturunan yang nantinya akan mengurus kita di masa tua? Apakah supaya kita tidak kesepian? Apakah karena gengsi? Atau karena suatu keharusan maupun paksaan dari keluarga dan masyarakat?
Untuk memiliki tujuan yang benar dalam pernikahan, terlebih dulu kita perlu mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam prinsip dasar pernikahan Kristen. Prinsip inilah yang akan menjadi dasar berpikir, merasa, serta bertindak sepanjang perjalanan pernikahan kita. Selain itu, mengetahui prinsip-prinsip dasar juga akan berguna bagi kita yang sedang mencari pasangan maupun untuk pasangan muda yang sedang merencanakan pernikahan.
1. Inisiatif dari Allah
Jika berbicara tentang pernikahan, paling tepat untuk kita kembali membaca kisah pasangan pertama di dunia, yaitu Adam dan Hawa. Pada mulanya, Allah hanya membuat manusia pertama yaitu Adam. Namun setelah sekian lama Adam ada di Taman Eden, timbul inisiatif dari Allah untuk memberikan seorang penolong baginya (Kejadian 2:18). Jika kita mau jujur, berapa banyak yang sudah melibatkan Tuhan dalam pencarian pasangan hidup? Berapa banyak dari kita yang berdoa terlebih dulu sebelum memutuskan untuk menikah? Nah, bagaimana Tuhan dapat berinisiatif jika kita saja tidak mengingat-Nya sama sekali?
Doa kita adalah suatu tanda penyerahan diri bahwa kita juga mau melibatkan Tuhan. Berbicaralah pada Tuhan, kriteria apa yang kita pertimbangkan untuk ada dalam diri pasangan kita dan mulailah untuk mencari tahu apa tujuan Tuhan untuk sebuah pernikahan, kriteria pasangan seperti apa yang Tuhan inginkan, atau bagaimana pandangan Tuhan tentang perceraian, poligami, dan pernikahan beda agama menurut Kristen.
2. Keutuhan
Kita pasti sering sekali mendengar kalimat seperti, “Tujuan pernikahan adalah untuk saling melengkapi satu sama lain,” atau “Kamu adalah belahan jiwaku.” Pertanyaannya adalah, “Benarkah pendapat budaya dan masyarakat ini sesuai dengan Firman Tuhan?
Kejadian 2:18-20: 18 TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. 19 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. 20 Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.
Jika kembali melihat di dalam kitab kejadian (Kejadian 2:18-20), saat itu di Taman Eden hanya ada Allah, Adam, serta beraneka ragam pohon dan tumbuh-tumbuhan. Saat itu belum ada kerinduan dalam hati Adam untuk hadirnya seorang pasangan hidup. Di saat itulah Allah berinisiatif untuk membuat seorang penolong bagi Adam. Dibuat-Nyalah segala jenis binatang yang ada di bumi dan Ia memberi sebuah pekerjaan besar untuk Adam yaitu memberi nama kepada semua binatang yang baru saja Ia ciptakan. Adam menjalankan tugas tersebut dengan baik. Pekerjaan itu jugalah yang memantik kerinduan dalam hati Adam untuk hadirnya pasangan yang sepadan untuknya.
Sebelum kita memutuskan untuk masuk dalam pernikahan, kita harus cek hidup kita terlebih dulu, apakah aku sudah utuh di dalam Tuhan? Apakah aku sudah mengerti tujuan penciptaanku dalam Tuhan? Pernikahan bukan terdiri dari dua orang yang saling melengkapi, namun dua orang utuh yang akan dipakai untuk mencapai tujuan Allah. Jadi, jangan menikah hanya karena gengsi, umur, paksaan orang tua, apalagi karena kesepian. Menikahlah saat kita yakin bahwa kita adalah pribadi yang utuh di dalam Tuhan, paham tujuan Tuhan dalam hidup kita, serta mengerti apa yang Tuhan mau melalui keluarga, studi, atau pekerjaan yang saat ini kita jalani.
3. Kasih
Kasih adalah hukum Tuhan yang terutama (Matius 22:34-40). Dunia mengenal cinta, demikian juga dengan umat Kristiani mengenal kasih sebagai dasar dalam sebuah pernikahan. Mari ingat-ingat kembali saat pertama kali kita jatuh cinta pada pasangan, selalu ada keinginan untuk bertemu, bukan? Bahkan walaupun jarak antar rumah sangat jauh, kita rela untuk menjemput pasangan kita, tidak memikirkan lelah dan repot yang kita rasakan. Itulah contoh sederhana dari kasih. Kasih itu dapat dirasakan oleh orang lain serta bersifat aktif, bukan statis.
Firman Tuhan sendiri mencatat bahwa kasih harus semakin melimpah, bukannya berkurang (Filipi 1:9). Di zaman sekarang ini, kita dapat melihat manifestasi-manifestasi dari kurangnya kasih dalam keluarga, seperti perceraian dalam Kristen, kekerasan dalam rumah tangga, pemberontakan anak, pembunuhan, dan lain sebagainya yang tidak jarang juga dilakukan oleh prinsip dasar pernikahan Kristen. Sangat miris melihat pemberitaan tersebut padahal Firman Tuhan sudah jelas-jelas memberikan kita peringatan agar kasih yang kita miliki jangan menjadi dingin. Berikut ini beberapa tips untuk menyalakan kembali kasih yang sudah dingin dalam pernikahan:
- Pertobatan
Jangan pernah anggap remeh kasih yang sudah menjadi dingin, segera bertobat dan buatlah komitmen untuk mengubah keadaan tersebut (Wahyu 2:4-5).
- Lakukan kembali hal-hal yang sudah tidak pernah dilakukan
Jika pada masa pacaran kita sering memuji pasangan kita, maka mulailah lakukan hal tersebut kembali. Jika saat anak kita masih kecil, kita sering memeluknya, maka mulailah lakukan hal tersebut kembali. Mungkin akan terasa sangat aneh karena sudah bertahun-tahun lamanya tidak dilakukan, namun cobalah ambil satu langkah awal dan mulai biasakan hal-hal tersebut. Mulai pikirkan hal-hal positif apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat keluarga kita menjadi semakin harmonis.
- Kembali saling memperhatikan satu sama lain
Segala sesuatu yang diperhatikan pasti akan baik hasilnya, demikian pula dengan keluarga. Mulailah memperhatikan keluarga, jangan hanya terlalu sibuk dengan pekerjaan dan segala macam kesibukan lainnya (Ibrani 10:24, Filipi 2:4).
- Kembali membangun kebersamaan yang berkualitas
Mulai atur prioritas dalam hidup kita dan jadwalkanlah quality time (waktu berkualitas) bersama keluarga secara teratur. Ingat, yang penting bukan kuantitas, namun kualitas. Akan lebih baik jika kita punya 1 waktu yang berkualitas dalam rentang 1 minggu, dibanding tiap hari bersama namun tidak berkualitas (tidak saling memperhatikan, tidak fokus pada waktu kebersamaan). Kuncinya adalah komunikasi langsung dua arah dan kerelaan memberikan waktu.
4. Fungsi dan Tugas dalam Keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Walaupun berbeda namun saling melengkapi. Jika ada satu saja bagian yang tidak berfungsi maka keluarga tersebut dapat dikatakan sebagai keluarga yang tidak sehat. Berikut ini adalah keluarga Kristen sebagai fungsi dan tugas setiap anggota keluarga yang sesuai dengan Firman Tuhan. Dalam menjalankannya, kita harus minta diri kita dipenuhi oleh kasih Allah yang agape.
- Fungsi dan Tugas Suami
Tugas suami adalah mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya (Efesus 5:25-30) dan menjadi gembala yang baik untuk keluarga sama seperti Kristus (Yohanes 10:11).
- Fungsi dan Tugas Istri
Tugas istri adalah menjadi penolong bagi keluarga (Kejadian 2:18). Penolong tidak sama dengan pembantu. Penolong bertugas untuk menguatkan, membangun, serta membesarkan hati setiap anggota keluarga. Dalam kisah penciptaan, Hawa dibuat dari tulang rusuk Adam. Tulang rusuk berfungsi untuk melindungi organ-organ penting di dalam tubuh. Demikian juga peran seorang istri, dibutuhkan kerendahan hati yang sangat besar untuk seorang istri dapat terus mendukung keluarga di tengah-tengah masalah. Contoh paling mudah adalah tidak membicarakan kejelekan suami atau anak pada orang lain, sebaliknya, terus membesarkan hati mereka lewat doa dan perbuatan baik.
- Fungsi dan Tugas Anak
Tugas seorang anak adalah menghormati ayah dan ibu di dalam segala kondisi, tidak hanya saat kondisi mendukung saja (Keluaran 20:12). Anak-anak harus menyadari bahwa menghormati ayah dan ibu akan mendatangkan berkat untuk kehidupan mereka.
5. Harapan
Terkadang kita terlalu sering memiliki harapan untuk pekerjaan, karir, maupun bisnis kita, namun jarang sekali ada orang yang memiliki harapan untuk keluarga. Apa yang aku harapkan untuk anak-anak saat mereka remaja? Apa yang aku harapkan untuk hubunganku dengan suami/istri di tahun ini? Mulailah tuliskan harapan-harapan untuk keluarga kita, karena itulah bukti awal prinsip dasar pernikahan Kristen masih adanya kasih yang menyala untuk keluarga.
6. Ucapan Syukur
Sebuah pernikahan yang harmonis butuh untuk selalu diperjuangkan, salah satunya melalui ucapan syukur. Tuhan sangat suka dengan ucapan syukur, mengapa? Karena ucapan syukurlah yang pertama kali dapat mengubah keadaan hati kita. Jangan pernah berpikir untuk mengubah orang lain jika kondisi hati kita saja masih belum bisa berubah. Mulailah belajar mengucap syukur apapun kondisi keluarga kita saat ini.
7. Doa
Pernahkah mengingat keluarga kita di dalam doa? Doa adalah salah satu bukti kasih kita terhadap keluarga. Dimulai dengan harapan apa yang kita miliki untuk keluarga, dilanjutkan dengan doa yang positif dengan penuh ucapan syukur untuk keluarga kita (Roma 1:9). Pernikahan dan keluarga merupakan salah satu rencana Tuhan dalam hidup manusia yang butuh untuk diperjuangkan. Tidak hanya satu hari, satu bulan, atau satu tahun, namun satu detik demi detik dalam hidup.
Demikian ulasan tentang prinsip dalam dasar pernikahan Kristen yang bisa anda contoh dan terapkan dalam kehidupan anda bersama keluarga anda supaya bisa menjadi harmonis.