Membangun sebuah keluarga ideal sesuai dengan prinsip dasar pernikahan Kristen memang bukan proses mudah. Di masyarakat, perceraian sudah menjadi hal biasa. “Kalau sudah tidak cocok, buat apa dilanjutkan?” atau “Kami sudah tidak lagi mencintai,” kalimat-kalimat bernada serupa pasti sering kita dengar. Bahkan tidak jarang perceraian tersebut dilakukan oleh public figure yang menjadi panutan banyak orang.
Perceraian pun tidak jarang dijumpai pada keluarga Kristen. Bahkan di kalangan orang Kristen sendiri terdapat pro dan kontra mengenai hal ini. Ada yang melarang dengan tegas, ada juga yang memberikan kelonggaran. Semuanya berpendapat dengan dasar yang sama yaitu Alkitab. Seperti apa pro dan kontra tersebut?
1. Kontra – perceraian adalah pengkhianatan terhadap Tuhan
Maleakhi 2:14 Dan kamu bertanya, “Oleh karena apa?” Oleh sebab Tuhan telah menjadi saksi antara engkau dan istri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan istri seperjanjianmu. Salah satu pandangan kontra pada perceraian Kristen mengacu pada pendapat bahwa perceraian melanggar tujuan hidup orang Kristen yaitu tujuan hidup untuk menyenangkan hati Tuhan. Kitab Maleakhi membahas hal tersebut, yaitu bagaimana umat Tuhan berlaku serong dengan menyembah allah-allah lain sehingga membuat Tuhan bersedih. Perceraian disebut sebagai sebuah pengkhianatan, bukan saja kepada pasangan, namun juga kepada Tuhan yang telah menjadi saksi dari janji pernikahan Kristen.
2. Kontra – perceraian bukan rencana awal Tuhan
Matius 19:6 ”Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.” Pernikahan adalah inisiatif dari Allah (Kejadian 2:18) dan hukum perceraian dalam Kristen bukanlah rencana awal Tuhan.
3. Pro – perceraian diizinkan jika terjadi perzinahan
Matius 19:9 Tetapi aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan istrinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” Tidak dipungkiri bahwa salah satu penyebab perceraian adalah hubungan perselingkuhan. Alkitab pun mencatat hal tersebut dengan adanya surat cerai yang dibuat sejak umat Israel dipimpin oleh Musa (Ulangan 24:1-4). Selain itu, salah satu jawaban Yesus tentang perceraian juga membuat beberapa orang Kristen memandang perceraian sebagai sesuatu yang diperbolehkan, dengan catatan terjadi perzinahan atau perselingkuhan (Matius 19:9).
Hukum Perceraian Kristen
Alkitab mencatat satu kisah unik di kitab Hosea tentang seorang nabi yang mendapat perintah Tuhan untuk menikahi perempuan sundal atau pelacur. Nabi pada zaman tersebut identik dengan kekudusan dan kedekatan hubungan dengan Tuhan. Terlepas dari pro kontra tentang perceraian dalam Kristen, terdapat beberapa hukum yang tercatat di Alkitab mengenai hukum perceraian dalam Kristen , yaitu:
1. Tuhan membenci perceraian
Tuhan tidak menginginkan pengkhianatan dan membenci perceraian. Tuhan mau setiap orang menjaga diri dan setia kepada pasangan (Maleakhi 2:15-16).
2. Perceraian terjadi karena kebebalan manusia
Pandangan pro tentang perceraian ada karena dasar ayat Alkitab (Matius 19:8-9, Matius 5:31-32, Ulangan 24:1-4). Namun, jika membaca pasal tersebut secara utuh, maka kita akan mendapati bahwa surat cerai pada zaman Musa serta perkataan Yesus yaitu izin untuk bercerai jika terjadi perzinahan sebenarnya disebabkan oleh kebebalan hati manusia, bukan rencana Tuhan.
Cara untuk Mencegah Perceraian
Kisah ini menggambarkan kasih dan anugerah Tuhan pada umat-Nya yang selalu tersedia bahkan untuk orang-orang yang dipandang sebelah mata. Anugerah ini juga yang ditunjukkan oleh Yesus lewat kematiannya di kayu salib untuk umat manusia. Selain untuk menggambarkan anugerah Tuhan yang besar, kisah ini menjadi teladan dalam hubungan pernikahan. Terlepas dari keinginan hati manusia untuk bercerai yang disebabkan oleh alasan apapun, baik itu KDRT, perselingkuhan, ketidakcocokan, dan lain sebagainya, perintah Tuhan yang utama adalah agar kita mempertahankan pernikahan. Berikut ini adalah beberapa tips untuk mencegah perceraian dalam pernikahan kita:
1. Doa dan pengampunan
Berdoalah, mintalah pengampunan untuk diri sendiri dan pasangan. Walaupun hal tersebut sangat sulit, coba kembali bangun pernikahan dari awal, dimulai dari yang paling sederhana, yaitu doa.
2. Perubahan pola pikir
Pikiran adalah asal dari semua yang kita rasakan dan lakukan. Ambillah contoh, Anda tertarik pada sebuah tas saat sedang jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Anda sudah meyakinkan diri untuk tidak membeli tas itu karena selain harganya yang mahal, sudah tidak ada cadangan uang untuk belanja. Cobalah setelah itu Anda bayangkan tas tersebut terus menerus. Saat bangun tidur, pikirkanlah betapa cantik tas itu. Saat sedang bekerja, bayangkanlah teman-teman kantor memuji tas baru Anda. Maka apa yang terjadi? Kemungkinan besar Anda akan membeli tas itu. Sama halnya dengan pernikahan, jika Anda berpikir bahwa pasangan Anda bukanlah pasangan ideal, maka cobalah berpikir kebalikannya.
Contohnya, jika pasangan tidak romantis seperti yang Anda harapkan, maka coba pikirkan terus menerus jika dia adalah orang yang romantis. Setelah Anda belajar untuk memikirkan hal tersebut terus menerus, cobalah untuk merasakannya. Bayangkan kalau kejadian itu benar-benar nyata dan menyentuh perasaan. Bayangkan betapa senangnya hati Anda jika pasangan tiba-tiba memberikan kejutan, atau bayangkan betapa gembiranya ketika dapat menghabiskan waktu di akhir minggu bersama keluarga. Pikiran dan perasaan Anda ini nantinya akan berpengaruh pada perilaku yang akan memampukan Anda memulai doa dan memberikan pengampunan.
3. Lakukan perubahan
Jangan pernah menunggu pasangan atau keluarga berubah, jadilah inisiator perubahan. Hal-hal kecil yang dilakukan dengan setia akan memiliki dampak besar di kemudian hari, dan kesetiaan inilah yang dapat mencegah terjadinya hukum perceraian dalam Kristen di masa yang akan datang.
4. Minta bantuan
Jangan pernah takut, malu, apalagi gengsi untuk meminta bantuan dari pendeta, konselor, atau keluarga untuk masalah pernikahan. Percayalah bahwa selalu ada berkat dalam sebuah kesatuan walaupun rumah tangga Anda sudah tidak ada harapan (Hosea 2:18-23).
Demikian ulasan mengenai pro kontra perceraian Kristen, hukum perceraian yang tercatat di Alkitab, beserta tips pencegahan yang bisa Anda coba lakukan untuk membangun keluarga Kristen yang ideal.