7 Pelajaran Dari Ayat Alkitab Tentang Kesombongan Manusia

Dalam hidup ini kita jumpai adanya perbedaan dalam berbagai hal pada orang yang satu dengan yang lain, seperti perbedaan fisik, kepandaian, sifat, bakat, dan juga kekayaan materiil. Perbedaan-perbedaan ini seringkali menjadi alat pembanding antara manusia yang satu dengan yang lainnya, dan perbandingan itu kemudian menyebabkan orang yang merasa memiliki lebih (baik dalam kuantitas maupun kualitas) dari orang lain menjadi sombong.

Dalam kehidupan ini ada kalanya kita juga memiliki perasaan bangga akan hasil pekerjaan kita, keluarga kita dan kebanggaan itu dapat berujung pada kesombongan. Sifat sombong ini cenderung tidak disukai orang secara umum. Bagaimana dengan Tuhan? Apakah kesombongan menyenangkan atau mendukakan hati Tuhan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita akan melihat ayat-ayat Alkitab mengenai kesombongan manusia dan pelajaran yang dapat kita petik darinya.

1. Kesombongan adalah dosa

Amsal 21:4:

“Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa.”

(Terjemahan Baru)

Haughty eyes and a proud heart – the unplowed field of the wicked – produce sin.”

(New International Version)

Dalam Alkitab Terjemahan Baru dalam bahasa Indonesia dikatakan bahwa orang yang sombong dan yang menjadikan hal-hal duniawi yang dilihatnya lewat mata sebagai pelita atau ukuran/pedoman dalam hidupnya telah melakukan dosa. Dalam New International Version bahkan dikatakan bahwa mata yang memandang rendah akan orang lain dan hati yang sombong seperti ladang yang belum dibajak dan buah yang dihasilkannya adalah dosa. Artinya, kesombongan itu datang dari ketidakdewasaan (seperti ladang yang belum dibajak), merupakan dosa, dan berputar lagi menghasilkan dosa. Padahal, kita ketahui bahwa upah dosa adalah maut. Dengan demikian, dari ayat ini saja sudah dapat kita ketahui dengan jelas bahwa Tuhan tidak menghendaki umat-Nya untuk bersifat dan bersikap sombong.

  • Kesombongan adalah kebodohan dan awal dari kehancuran

Amsal 11:2:

 “Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.”

Amsal 18:12:

“Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.”

Jika kita perhatikan, kitab Amsal yang dikenal penuh dengan hikmat banyak membahas mengenai kesombongan. Rupanya, firman Tuhan dalam kitab tersebut mencatat bahwa kerendahan hati tidak dapat dilepaskan dari hikmat, dan sebaliknya, kesombongan tidak terlepas dari kebodohan. Tidak hanya itu, orang yang sombong biasanya sadar ataupun tidak sadar menginginkan pengakuan dari orang lain. Padahal, kehormatan tidak kita dapatkan dari kesombongan melainkan dari kerendahan hati, sedangkan kesombongan justru menjadi awal dari kehancuran. Karena itulah hikmat dan kerendahan hati saling berkaitan: hikmat untuk memahami bahwa kesombongan justru akan menghancurkan dan bahwa seperti Salomo, kerendahan hati menyebabkan Tuhan memberikan hikmat yang pada akhirnya akan mendatangkan kehormatan.

Baca juga: Ciri Orang Bijak Menurut Alkitab

  • Bermegah dalam Tuhan, bukan diri sendiri

Yeremia 9:23-24:


 “Beginilah firman Tuhan: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman Tuhan.”

Dalam 2 Korintus 10:17 Rasul Paulus sendiri mengutip ayat dari Yeremia 9:24, yaitu bahwa jika seseorang hendak bermegah, hendaklah ia bermegah dalam Tuhan, seperti yang Rasul Paulus lakukan. Kata-kata “bermegah dalam Tuhan” mungkin terkadang terdengar tidak jelas maksudnya, namun kita dapat memahaminya dengan lebih dalam melalui ayat ini.

Kerendahan hati dapat dipraktikkan dengan tidak menyombongkan diri atas kekayaan atau kelebihan duniawi kita: kecantikan fisik, kekayaan materiil, kepandaian, dsb. Sampai di sini tampaknya contoh dari kerendahan hati dapat dipahami dan dilakukan oleh semua orang, tidak hanya umat Kristen. Namun kemudian dari Yeremia 9:23-24 kita dapati bahwa dari pada bermegah atau menyombongkan diri atas hal-hal duniawi, alangkah baiknya jika kita bermegah atas pengenalan kita akan Kristus. Yesus Kristus ialah kasih dan kasih-Nya telah Ia buktikan dengan rela disiksa bahkan sampai mati untuk menggantikan kita menerima hukuman atas dosa. Tidak hanya itu, dalam keseharian kita pun Tuhan Yesus tidak membiarkan dan meninggalkan kita menjalani hidup dengan kekuatan kita sendiri. Roh Kudus yang tinggal di dalam kita menopang, memberi kekuatan, penghiburan, dan juga hikmat dalam menghadapi berbagai persoalan dalam hidup kita, baik persoalan yang sepele maupun sulit. Pemahaman dan pengalaman pribadi akan kasih dan kebaikan Yesus bagi kita inilah yang dapat dan patut kita banggakan; bahwa kita memiliki Tuhan yang tidak hanya mengawasi dari jauh, namun begitu mengasihi, dekat, dan peduli pada kita.

  • Bermegah atas kelemahan

2 Korintus 11:30:

 “Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.”

2 Korintus 12:9, 10b:


“(9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. … (10b) Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”

Kedua kutipan ayat ini kembali menegaskan bahwa kita hendaknya tidak bermegah atas kekuatan duniawi kita, namun sebaliknya, hendaknya kita bermegah atas kelemahan kita. Mengapa demikian? Kedengarannya memang tidak masuk akal, namun dari ayat di atas kita dapati bahwa kasih karunia yang Tuhan berikan untuk kita sudah meliputi kekuatan dalam menghadapi kelemahan kita. Ketika kita bermegah atas kekuatan sendiri kita akan harus menghadapi kenyataan bahwa sebagai manusia kita tidak sempurna. Namun, jika kita menyadari ketidaksempurnaan kita dan bersandar pada Tuhan Yesus, kita akan mendapati bahwa kasih karunia Tuhan lebih dari cukup bagi kita. Karena itulah dikatakan bahwa dalam kelemahan kita – dimana kuasa dan kekuatan Tuhan dinyatakan – kita akan menjadi kuat.

Baca juga: Ayat Alkitab Tentang Kekuatan

  • Jangan tinggikan diri sendiri, Tuhan yang akan meninggikan

Yakobus 4:10:

 “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.”

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, ketika kita melepaskan kesombongan kita dan bersandar pada Yesus, Yesus-lah yang akan memimpin dan menguatkan kita dalam menjalani keseharian kita. Karena itulah, jika kita tidak memegahkan diri sendiri namun datang pada Tuhan dengan kesadaran bahwa kita adalah manusia yang tidak sempurna dan memerlukan-Nya dalam setiap langkah kita, Tuhan-lah yang akan meninggikan kita. Baca juga: Ayat Alkitab Tentang Merendahkan Diri.

Itulah lima pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat-ayat Alkitab mengenai kesombongan manusia. Hendaknya sebagai umat Kristen kita terus bertumbuh dalam hikmat dan iman pada Yesus sehingga terhindar dari kesombongan.