Materialisme dapat pahami sebagai bahan, benda atau segala sesuatu yang tampak dan bisa dilihat. Maka materialisme bisa diartikan sebagai suatu pandangan hidup yang digunakan untuk mencari segala dasar sesuatu yang termasuk juga kehidupan manusia yang ada di alam suatu kebendaan, dan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra dan untuk mengenal prinsip gereja terhadap politik. Materialisme identik dengan orang-orang yang diskriminatif, pelit, suka meremehkan orang lain dan parahnya hanya ingin dekat dengan orang lain dengan memandang sisi untung dan rugi dan tidak mau berkorban dengan orang lain sesuai dengan hukum kasih dalam Alkitab. Maka bagaimana pandangan Alkitab tentang materialisme tersebut, artikel ini akan membahas hal tersebut dengan jelas dan singkat.
- Amsal 15:16 “Lebih baik sedikit barang dengan disertai rasa takut akan Tuhan, daripada banyak harta dengan disertai kecemasan.”
- Amsal 22:1 “Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik daripada perak dan emas.”
- Pengkhotbah 5:9 “ siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapapun yang mencintai kekayaan tidak akan puas dengan kekayaannya. Ini pun sia-sia.”
Dalam pandangan Alkitabmaterialisme tidak disetujui, seharusnya adalah hidup diserahkan seluruhnya untuk pelayanan Tuhan sesuai dengan sejarah agama kristen. Melebih-lebihkan dan mendewakan materi tidak pernah dibenarkan oleh Alkitab.
Pandangan Alkitab
Materialisme bukanlah sekedar untuk memiliki kekayaan atau harta yang melimpah. Hal ini berasal dari hasrat, prioritas, dan fokus kita didalam suatu kehidupan yang telah dijelaskan di dalam Alkitab , yaitu
- Yehuwa secara tegas memberikan nasihat kepada Barukh, yang melayani sekretaris Nabi Yeremia. Barukh sepertinya miskin dengan keadaan yang ada di Yerusalem dan hubungan dekatnya dengan Yeremia yang tidak disukai banyak orang. Meskipun demikian, Yehuwa mengatakan bahwa,”Engkau, engkau terus mencari perkara-perkara besar bagi dirimu sendiri. Jangan terus mencari.” Dimungkinkan bahwa Barukh bisa menjadi materialistis, dapat memupuk minat yang sangat kuat akan memberikan kekayaan atau keamanan materi orang-orang lain. Yehuwa memberi peringatan pada Barukh bahwa Ia akan membebaskan dari kejamnya kebinasaan yang dapat menimpa Yerusalem akan tetapi Ia tidak akan melindungi hartanya. Yeremia 45:4, 5.
- Yesus memberikan ilustrasi tentang seorang pria yang dengan cara ayng sama dengan menaruh minat yang kuat terhadap hal-hal materi. Pria ini lebih memfokuskan diri kepada kekayaan dibanding dengan menggunakan apa yang dimiliki untuk keperluan pelayanan Tuhan. Pria ini pernah mengatakan bahwa,” Aku akan meruntuhkan gudang-gudangku dan membangun yang lebih besar,… dan aku akan mengatakan kepada jiwaku,’Jiwa engkau memiliki banyak barang yang baik tertimbun untuk bertahun-tahun; bersantailah, makan, minum, bersukarialah.’” lalu Yesus berkata,” tetapi Allah berfirman kepadanya,’Orang yang bersikap tidak masuk akal, malam ini mereka menuntut jiwamu darimu. Maka siapa yang akan memiliki perkara-perkara yang engkau timbun?’ maka demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri tetapi tidak kaya terhadap Allah.”- Lukas 12:16-21.
Kedua cerita ini mengajarkan kita untuk melihat bahwa apa yang dimaksud dengan materialistis bukan hanya tentang banyaknya harta yang dimiliki tetapi juga karena memprioritaskan hal-hal materi. Tekad untuk menjadi orang kaya dan cinta akan hal-hal materi itulah yang akan menimbulkan problem dan menjadi bukan tujuan hidup orang kristen.
Demikian penjelasan tentang pandangan Alkitab terhadap materialisme untuk dapat memeriksa prioritas dan fokus mereka di dalam kehidupan mengajarkan tentang manfaat berdoa bagi orang kristen. Hal ini bukan tentang seseorang yang memiliki sedikit atau banyaknya materi yang dimiliki, tetapi tentang orang yang dapat berfikiran tentang rohani yang dapat berusaha keras untuk mengikuti peringatan dari Rasul Paulus untuk menaruh harapan mereka. “Bukan pada kekayaan yang tidak pastim tetapi pada Allah yang memberikan segala sesuatu dengan limpah kepada kita untk kesenangan kita”. Timotius 6:17-19.