Sebagian besar dari pasangan yang telah menikah pasti akan menginginkan kehadiran buah hati dalam rumah tangga mereka. Namun, terkadang terdapat kendala yang membuat mereka kesulitan atau bahkan divonis tidak dapat menghasilkan anak. Kendala-kendala tersebut bisa berasal dari pihak wanita maupun pria. Dari pihak wanita biasanya dikarenakan oleh gagal rahim, mandul, atau gangguan lain dalam alat reproduksi wanita. Sedangkan dari pihak pria bisa disebabkan oleh suami yang tidak dapat melakukan persetubuhan yang baik, memiliki gangguan impotensi, dan lain sebagainya. Namun, kini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Para pakar ilmu kedokteran telah menemukan suatu solusi bagi pasangan suami istri yang tidak dapat dapat menghasilkan anak untuk bisa tetap memiliki anak, yaitu dengan cara inseminasi dan bayi tabung. Secara umum, inseminasi adalah pembuahan sel telur oleh sperma yang disimpan dalam laboratorium.
Sebelum kita membahas mengenai pandangan iman Kristen terhadap inseminasi, kita akan mengenal lebih mendalam mengenai inseminasi. Inseminasi atau yang biasa dikenal dengan inseminasi buatan merupakan istilah yang berasal dari kata artificial insematio. Artificial berarti tiruan atau buatan, sedangkan insemination adalah inseminasi atau pemasukan. Jadi, secara umum inseminasi buatan bisa diartikan sebagai pembuahan yang tidak alami. Kita tahu bahwa pembuahan yang umumnya dilakukan adalah dengan cara persetubuhan. Namun, dalam kasus inseminasi buatan ini pembuahan sel telur oleh sel sperma terjadi di luar rahim wanita. Inseminasi buatan pertama kali dipraktikkan pada seekor sapi jantan untuk meningkatkan produksi susu. Sedangkan inseminasi pada manusia pertama kali dilakukan di Inggris pada tahun 1700. Dalam buku Robert T Francoeur diketahui bahwa 30.000 sampai 40.000 bayi di Amerika dilahirkan melalui inseminasi buatan.
Inseminasi buatan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu homolog dan heterolog. Inseminasi buatan homolog dilakukan dengan menggunakan sperma milik suami. Biasanya pasangan yang memutuskan untuk melakukan inseminasi jenis ini dikarenakan oleh masalah pada saluran pembuahan/tuba fallopi wanita, sehingga sperma sehat tidak dapat masuk secara sempurna. Sedangkan inseminasi heterolog dilakukan dengan menggunakan sperma donor yang tidak jelas siapa pemiliknya. Inseminasi heterolog biasanya dilakukan karena terdapat masalah pada alat reproduksi suami, misalnya suami mengalami penyakit bawaan sejak lahir seperti penyakit congenital atau karena suami memiliki sperma yang tidak sehat sehingga tidak bisa membuahi sel telur. Walaupun pemilik sperma donor bisa dikatakan sebagai anonim, namun sebelum mendonor, pemilik sperma akan melakukan tes kesehatan terlebih seperti golongan darah, riwayat penyakit, tes IQ, dan lain sebagainya. Jadi, sperma dipastikan berasal dari individu yang sehat.
Nah, setelah mengetahui gambaran umum mengenai inseminasi buatan, kita melihat bagaimana pandangan agama Kristen terhadap inseminasi. Penjabaran ini akan dibedakan menjadi dua, yaitu menurut agama Katolik dan menurut agama Kristen, sebagai berikut :
- Pandangan Agama Katolik
Gereja Katolik Roma pertama kali menyatakan pandangannya mengenai inseminasi buatan pada tahun 1949. Paus Pius XII mengeluarkan pernyataan bahwa segala proses pembuahan atau penghamilan tidak boleh dengan cara yang tidak wajar. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa sifat Gereja Katolik Roma menolak adanya inseminasi karena prosesnya dilakukan di laboratoriun, bukan di dalam rahim wanita. Dan jelas, inseminasi tidak membutuhkan persetubuhan antara pasangan suami istri karena dalam prosesnya hanya dibutuhkan sel telur dan sel sperma supaya terjadi pembuahan.
Prinsip iman Katolik adalah bahwa hubungan suami istri dalam Kristen Katolik harus memiliki tujuan union atau persatuan suami istri dan procreation, sehingga inseminasi baik homolog maupun heterolog tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik karena dalam prosesnya meniadakan proses union. Anda dapat mengetahui lebih lanjut mengenai tujuan perkawinan dalam artikel tujuan sakramen perkawinan dalam agama Katolik. Dokumen Dignitas Personae yang dikeluarkan oleh Vatikan tanggal 8 September 2008 juga menanggapi mengenai tentang inseminasi. Jelas ditekankan bahwa dokter harus melayani orang-orang dan melayani prokreasi manusia, tetapi ia tidak memiliki otoritas untuk mengatur dan memutuskan takdir mereka. Jadi, dalam agama Katolik dokter tetap memiliki batasan. Dokter boleh membantu hubungan seksual pasangan, baik dalam pelaksanaan maupun mencapai hasilnya, namun produksi anak harus tetap dilakukan secara normal dan dalam hal ini Katolik dengan tegas menolak adanya inseminasi buatan.
- Pandangan Agama Kristen
Dijelaskan sebelumnya bahwa inseminasi dibagi menjadi dua jenis yaitu inseminasi homolog dan heterolog. Pada umumnya, gereja Protestan tidak mempermasalahkan inseminasi buatan jenis homolog. Dasar yang digunakan gereja berhubungan dengan makna persetubuhan dalam kata Ibrani, yang berarti mengenal. Jadi, persetubuhan tidak hanya diartikan sebagai hubungan secara fisik, melainkan lebih condong ke makna yang lebih mendalam yaitu saling mengenal dan saling menyerahkan jiwa raga dengan prinsip kasih tentang Alkitab.
Walau begitu, gereja Kristen menolak adanya inseminasi heterolog. Karena dalam proses menghasilkan anak seharusnya dihasilkan dari pasangan yang telah menikah. Dengan inseminasi heterolog, tidak ada ikatan persekutuan dan hal ini dianggap bertentangan dengan Alkitab. Sehingga gereja Protestan menolak adanya inseminasi heterolog. Jadi di sini kita bisa menyimpulkan bahwa agama Protestan dan Katolik memiliki pandangan yang berbeda terhadap inseminasi dan mereka memiliki dasar masing-masing yang mendasari pandangannya tersebut.
Sekian artikel mengenai pandangan Kristen terhadap inseminasi. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang baru kepada pembaca. Anda juga dapat membaca artikel hubungan iman Kristen dengan Ilmu Pengetahuan untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pandangan iman Kristen terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Terima kasih.