Bayi tabung adalah proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim wanita. Dalam ilmu kedokteran, bayi tabung merupakan pemecahan solusi untuk mendapatkan keturunan bagi pasangan yang kesulitan dalam mendapatkan anak. Penyebabnya biasanya berasal dari saluran pembuahan wanita. Apabila terdapat gangguan dalam saluran ini, maka sperma akan kesulitan untuk memasuki rahim. Dan bagian yang paling fatal adalah apabila sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim. Tanpa sel sperma, maka tidak akan ada pembuahan sel telur.
Bayi tabung ditemukan untuk memecahkan masalah tersebut. Bayi yang pertama kali lahir dengan teknik bayi tabung ialah Louse Brown pada tahun 1978 di Inggris. Sejak saat itu, klinik bayi tabung semakin berkembang pesat. Di Indonesia, teknik bayi tabung pertama kali diterapkan pada tahun 1987 di Rumah Sakit Anak-Ibu, Jakarta. Dan bayi pertama yang lahir di Indonesia dengan teknik bayi tabung adalah Nugroho Karyanto pada tahun 1988.
Proses Masuknya Bayi Tabung
Proses pada bayi tabung dilakukan dengan cara mempertemukan sel telur dengan sel sperma di sebuah bejana. Sebelum digunakan, bejana telah diberi nutrisi terlebih dahulu dan dipastikan memiliki medium yang cocok, baik dalam suhu maupun kelembaban, sehingga bejana tersebut memiliki kondisi yang sama seperti di dalam rahim wanita. Dalam bejana, zigot hasil pembuahan akan dikembangkan sampai stadium blastula atau janin dan setelah itu calon bayi siap dimasukkan ke dalam selaput lendir wanita. Namun, dalam pemasukan janin ke dalam rahim tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Terdapat beberapa prosedur yang harus dipenuhi. Setelah sel-sel telur disatukan dalam laboratorium dan berkembang menjadi janin, maka janin-janin tersebut akan diperiksa apakah sehat atau tidak. Janin yang sehat dan paling unggul yang akan ditanamkan ke dalam rahim ibu. Pada hari ketiga, dua atau tiga janin akan dimasukkan ke dalam rahim agar kemungkinan lebih besar untuk hamil.
Lalu, apa yang terjadi dengan janin-janin yang cacat atau yang tidak dipindahkan ke dalam rahim? Supaya janin tetap hidup, maka janin-janin tersebut perlu dibekukan dalam cairan nitrogen. Jadi apabila proses pertama tidak berhasil, maka masih terdapat janin cadangan yang dapat kembali ditanamkan. Namun tentu saja, biayanya sangat mahal. Untuk menyimpan janin-janin pun diperlukan biaya. Dan hal ini merupakan dilema bagi pasangan suami istri. Sehingga banyak yang memilih jalan keluar untuk membuang atau memusnahkan janin-janin yang tidak digunakan. Nah, inilah masalah besar yang terdapat dalam teknik bayi tabung. Tidak semua janin akan hidup. Perlu mengorbankan banyak janin agar mendapatkan satu janin terbaik yang akan hidup.
Tidak hanya menimbulkan masalah dalam etika, masalah dalam bayi tabung juga dipandang bertentangan dengan Alkitab. Tokoh-tokoh agama menilai bahwa pembuangan janin-janin yang tidak digunakan dianggap sebagai pembunuhan. Dan sekarang kita akan membahas bagaimana pandangan Kristen terhadap bayi tabung, berikut uraiannya :
- Melanggar Hukum Taurat yang ke-6
Telah disinggung sebelumnya bahwa pemusnahan janin dianggap sebagai pembunuhan dalam perspektif Kristen. Metode teknologi dalam bayi tabung memaksa untuk mengorbankan banyak janin untuk mendapatkan satu janin yang terbaik. Karena janin di sini sudah diartikan sebagai manusia, maka dalam metode bayi tabung pembuangan janin bisa dipandang sebagai kesengajaan untuk membunuh banyak manusia. Hal ini bertentangan dengan beberapa ayat dalam Alkitab, yaitu bahwa Tuhan yang memberi maka Tuhan juga yang mengambil. Allah Tritunggal yang mematikan dan Allah yang menghidupkan.
Akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pemahaman mengapa teknik bayi tabung dapat melanggar perintah Allah. Kehidupan manusia berawal dari sebuah sel telur yang dibuahi oleh sel sperma. Saat sel telur telah dibuahi, maka akan berkembang menjadi zigot. Kemudian zigot akan bertumbuh menjadi embrio. Pada tahap lanjut, embrio disebut sebagai fetus. Dan ketiga istilah ini, baik zigot, embrio, maupun fetus adalah istilah dalam tahap-tahap perkembangan anak. Sehingga, bisa dikatakan bahwa istilah-istilah tersebut sudah masuk dalam kategori bayi. Dan bayi adalah seorang manusia. Jadi, apabila zigot-zigot yang tidak ditanamkan ke dalam rahim dimusnahkan, maka bisa dikatakan bahwa teknik bayi tabung tidak hanya meniadakan harkat sang bayi sebagai manusia, tetapi juga melibatkan aborsi yang jelas tergolong dalam jenis-jenis dosa dalam Alkitab.
- Meniadakan Aspek Union dalam Agama Katolik
Terdapat dua aspek yang harus dipenuhi dalam hubungan suami istri dalam Kristen Katolik, yaitu union atau persatuan dan procreation. Dengan menggunakan metode bayi tabung, maka manusia meniadakan aspek persatuan dan menyalahgunakan aspek procreation karena produksi anak dilakukan secara tidak normal, sehingga agama Katolik menolak metode bayi tabung. Anda juga dapat mengetahui lebih jauh mengenai tujuan perkawinan dalam artikel tujuan sakramen perkawinan.
- Penggunaan Sperma Donor
Pengembangan teknik bayi tabung bisa sangat bertentangan dengan Alkitab apabila sperma yang digunakan adalah sperma donor milik pria asing yang bukan milik suami sendiri. Apabila janin hasil dari teknik bayi tabung ditanamkan pada rahim wanita, maka prosedur ini jelas tidak bisa dibenarkan menurut Alkitab.
Dalam Imamat 18:20 dan Amsal 6:29 diperintahkan supaya pria tidak boleh memberikan pancaran maninya kepada wanita yang bukan istrinya. Apabila pembuahan dilakukan dengan menggunakan sel telur atau sel sperma yang bukan milik pasangannya atau di luar ikatan pernikahan, maka hal tersebut sudah masuk dalam kategori amoralitas seksual yang merupakan penyalahgunaan atas organ-organ seks.
Sekian artikel tentang pandangan Kristen terhadap bayi tabung. Semoga artikel ini dapat membuka pikiran dan menambah wawasan pembaca. Terima kasih.