6 Tantangan Gereja Dalam Mewujudkan Multikulturalisme di Masyarakat

Multikulturalisme adalah sesuatu yang mencakup tentang beberapa hal seperti gagasan, cara pandang, kebijakan, sikap dan tindakan, oleh beberapa masyarakat di suatu negara yang masyarakatnya memiliki beragam jenis seperti segi etnis, budaya, agama, kelas sosial, gaya hidup, dan banyak lainnya.  Dalam sejarah agama kristen yang terpenting adalah untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan menjalankan amanatnya sesuai dengan hukum kasih dalam Alkitab. Adanya suatu ide multikulturisme ini adalah suatu gagasan yang hadir dan dibuat untuk mengatur keberagaman dengan prinsip-prinsip dasar dari pengakuan akan adanya keberagaman itu sendiri.

Dengan adanya kulturalisme maka masyarakat akan diajak untuk lebih menjunjung tinggi toleransi, adanya kerukunan dan perdamaian, bukan hanya konflik atau adanya kekerasan di dalam arus perubahan sosial tertentu. Dalam Kitab Perjanjian Baru Galatia 3:28 tertulis semua manusia yang berasal dari berbagai suku, bangsa serta kelas sosial dipersatukan dalam Kristus. Artinya kasih Kristus diberikan bagi semua orang tanpa memandang asal-usul mereka. Kolose 3:11 juga menjelaskan bahwa Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Pada artikel ini akan menjelaskan tentang bagaimana tantangan gereja dalam mewujudkan multikulturalisme dalam Yesus Kristus. Berikut adalah fakta gereja di indonesia yang mewujudkan multikulturalisme walaupun masih banyak yang belum dihadapi.

  1. Gereja-gereja di Indonesia memiliki anggota yang terdiri dari berbagai segi suku, budaya, bahasa, daerah asal maupun kebangsaan.
  2. Gereja-gereja di Indonesia memasukan beberapa unsur budaya lokal yang dimasukan ke dalam liturgi ibadah. Sebagai salah satu contoh bisa memasukan unsur lagu, musik atau berbagai kebiasaan dan prinsip hidup lokal yang diadaptasi untuk memperkaya pemahaman iman Kristen. Contoh nyatanya adalah adanya persaudaraan yang rukun di dalam budaya masyarakat suku yang bisa dikembangkan untuk membangun adanya kebersamaan dalam jemaat yang sebagaimana akan ditulis di dala Kitab Kisah Para Rasul.
  3. Ada beberapa pelayanan Gereja yang memang ditujukan untuk kepentingan masyarakt secara umum tanpa memandang perbedaan seperti asal, budaya, adat istiadat, kelas sosial, maupun agama. Hal ini menyebabkan tingkat kesadaran gereja di dalam partisipasi di tengah masyarakat cukup terlihat dan signifikan.
  4. Sekarang banyak gereja yang melakukan studi-studi terhadap kebudayaan untuk menggali kembali adanya unsur-unsur budaya yang akan terancam hilang dari masyarakat. Sebagai contoh yang sudah dilakukan di daerah NTT, terdapat lembaga yang bekerja sama dengan gereja untuk melakukan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa daerah yang ada di setiap pelosok NTT.
  5. Gereja-gereja yang ada di Indonesia membangun dialog dan adanya kerjasama dengan umat bergama lainnya, terlebih di bidang kemanusiaan dan keadilan. Kerjasama ini melahirkan adanya tim advokasi hukum, adanya pelayanan kesehatan yang akan memberikan pelayanan untuk semua orang tanpa memandang adanya perbedaan, latar belakang budaya maupun agama, serta ada kebangsaan maupun kelas sosial.
  6.  Mengajarkan kita untuk menerima dan menghargai semua orang tanpa terkecuali dan akan menolong sesama serta akan menunjukan bagaimana solidaritas tanpa menandang adanya latar belakang perbedaan. Dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap hadirnya suku, bangsa, budaya, dan kelas sosial.  Harus mengeerti tentang adanya unsur kebersamaan, solidaritas, kerjsama dan hidup secara berdampingan dengan cara damai di dalam perbedaan demi mencerminkan karakter Kristen sejati.

Demikian penjelasan mengenai tantangan gereja dalam mewujudkan multikulturalime di dalam masyarakat. Hal ini mengajarkan tentang manfaat berdoa bagi orang kristen untuk menjadikan tujuan hidup orang kristen. Yesus selalu mengajarkan kita untuk selalu mengasihi. Mari mewujudkan bagaimana solidaritas dan kasih bagi sesama tanpa kita harus memandang adanya latar belakang. Solidaritas dan kasih tidak akan menghilangkan perbedaan, tetapi malah harus menerima adanya perbedaan itu sebagai anugerah di dalam perbedaan. Disaat itulah manusia diberi kesempatan untuk dapat mewujudkan kasih dan solidaritas bagi sesamanya.