Pemeliharaan hari Sabat mencerminkan hubungan kita sebagai karakter Kristus dengan Tuhan. Bagaimana kita bisa menangkap kembali prinsip menguduskan hari Sabat dalam ajaran Kristen untuk mencapai hidupnya? Keluaran 19 dan 20 berbicara tentang bagaimana Tuhan, ketika Dia memberikan hukum Taurat Allah, menampakkan diri kepada Musa sebagai tokoh-tokoh Alkitab di guning Sinai. Hal ini berarti manifestasi Allah sungguh luar biasa- Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kita dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada pada kita, agar kita jangan berbuat dosa (Keluaran 20:20).
Bagaimana kita dapat menanggapi kata-kata tersebut? Hal ini tidak hanya membuktikan tentang cara menguduskan hari Sabat, tetapi juga berbicara tentang apa yang perlu kita lakukan sebagai anggota Gereja Tuhan dalam menguduskan hari itu. Kedua hal terpenting yang dapat kita pahami tentang subjek ini adalah bahwa tugas kita adalah terus memperluas pemahaman kita tentang hukum Allah mengenai hari Sabat. Tidak hanya itu, kita juga harus terus bertumbuh dalam memahami peran Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan membuat perjanjian hari Sabat dengan umat-Nya di dalam Keluaran 31. Hari Sabat adalah sebuah tanda pengenal umat Allah dalam kehidupan antara kita dan Pencipta kita. Hari Sabat merupakan salah satu cara puasa orang Kristen sesuai dengan janji-janji Tuhan. Yehezkiel menulis tentang konsekuensi negatif ketika orang-orang menajiskan hari Sabat Allah (Yehezkiel 20: 11-13). Tuhan ingin kita mengikuti 4 prinsip dasar dalam cara menguduskan hari Sabat.
Cara menguduskan perayaan hari sahabat dengan beberapa langkah dan cara sebagai berikut:
- Pertama, perintah tersebut menyuruh kita untuk tidak bekerja. Ini berarti kita tidak boleh bekerja pada hari ketuju dan juga tidak menghasilkan kenaikan gaji dari hasil pekerjaan pada hari itu.
- Kedua, perintah tersebut memberitahu kita untuk beristirahat. Ini tidak berarti kita tidur di tempat tidur sepanjang hari. Istirahat berarti mengubah pendekatan yang kita miliki sejak bekerja selama enam hari agar kita bisa berhenti dan menikmati hari itu.
- Ketiga, kita harus berkumpul, bernyanyi, dan berinteraksi dengan sesama Kristen untuk beribadah di Gereja Advent. Ini adalah bagian dari kekristenan sejati. Imamat 23: 3 mengatakan bahwa ini adalah hari pertemuan kudus. Kata itu menyiratkan panggilan untuk menyembah Tuhan. Demikian pula, Tuhan telah mengatakan kepada kita bahwa kita harus menanggapi perintah Tuhan dengan memuji dan memuliakan Allah.
- Terakhir, berkaitan dengan tujuan ibadah Kristen, kita diharuskan untuk bersekutu dengan sesama Kristen melalui Kelompok Tumbuh Bersama (KTB). Ibrani 10:25 mengatakan bahwa kita perlu belajar untuk saling menasihati, dan semakin giat melakukannya saat kita “melihat Hari mendekat”. Kami di sini untuk belajar tentang hukum kasih, mendengar khotbah, mengajar dan mengampuniorang lain.
Sangat penting bahwa kita berkumpul bersama untuk membantu dan mendorong saudara-saudara seperti Rasul Paulus dan Petrus, dan membiarkan mereka memberikan kita dorongan saat kita membutuhkan bantuan. Kita bisa menerima pembaruan doa dan menemukan cara untuk melayani saudara-saudara dan memberitakan pengertian Kitab Injil sesuai dengan Amanat Agung (Matius 28:18-20).
Hari Sabat dirancang untuk melayani umat manusia (Markus 2:27). Di situlah kita belajar tentang tujuan hidup, mengapa kita di sini, dan ke mana kita menuju. Yang terpenting, kita belajar tentang hidup sesuai dengan buah-buah Roh Kudus (Galatia 5:19-26). Cara menguduskan hari Sabat dengan tepat memungkinkan kita sebagai murid Yesus terus-menerus mengembangkan dan memelihara hubungan pribadi.