7 Ayat Alkitab Tentang Tanggung Jawab Umat Kristen

Sebagai umat Kristen, kita harus terus bertumbuh agar karakter kita menjadi semakin serupa dengan karakter Kristus. Demikian pula halnya dengan tanggung jawab. Dunia ini memandang orang yang memiliki sifat bertanggung jawab sebagai orang yang baik. Namun lebih daripada itu, Alkitab pun mencatat bahwa tanggung jawab juga merupakan salah satu ciri-ciri etika Kristen yang harus kita miliki.

Setiap orang memiiki tanggung jawab yang berbeda sesuai peran masing-masing. Nah, selain sebagai anak Tuhan, kita juga memiliki peran tertentu dalam hidup kita. Karena itulah dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tujuh pelajaran yang dapat dipetik dari ayat Alkitab tentang tanggung jawab sebagai umat Kristen.

1. Mendengar dan melakukan firman – Roma 10:17, Yakobus 1:23-24

“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Roma 10:17

Iman kepada Yesus Kristus pada dasarnya adalah iman yang percaya akan keselamatan oleh anugrah dari Tuhan, bukan karena perbuatan baik kita. Lantas apakah hal ini berarti seseorang yang telah menerima Yesus sebagai Juruselamat dapat secara bebas melakukan dosa? Tentunya tidak.

Untuk dapat meluruskan kesalah pahaman konsep keselamatan oleh anugrah itu sendiri, seseorang harus terus mengalami pertumbuhan iman. Seperti yang dikatakan dalam Yohanes 3:30, kita harus menjadi semakin kecil dan membiarkan Yesus yang semakin besar dalam hidup kita. Caranya adalah dengan bertumbuh dalam pengenalan kita akan Kristus dan pengenalan itu sendiri dapat kita peroleh dari mendengar firman Kristus.

“Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.”

Yakobus 1:23-24

Selanjutnya, kita memiliki tanggung jawab agar hikmat dari firman yang kita dengar tidak berhenti di situ saja, namun diteruskan menjadi perbuatan nyata. Sebab, jika kita tidak melakukannya maka firman itu akan mudah terlupakan. Namun untuk dapat melakukannya, maka kita harus bisa mengingatnya juga. Nah, di sinilah kita dapatkan kaitan yang erat antara mendengar dan melakukan firman. Tanggung jawab kita bukan hanya mendengar dan bukan hanya melakukan firman Kristus, namun keduanya harus dijalankan agar hidup kita semakin berkenan di mata Tuhan.

2. Kemauan bekerja dan menolong orang – 2 Tesalonika 3:10-12, Galatia 6:4-5

“Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang uang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri. ”

2 Tesalonika 3:10-12

Dalam suratnya kepada umat Kristen di Tesalonika, Paulus secara tegas mengatakan bahwa jika ada orang yang tidak mau bekerja maka janganlah ia makan. Paulus sendiri memberi contoh bahwa sebagai hamba Tuhan yang melayani orang percaya di Tesalonika, ia bisa saja dengan entengnya membebankan pemenuhan kebutuhannya kepada mereka. Namun, ia sendiri tidak ingin menjadi contoh yang buruk bagi mereka. Sebaliknya, ia dan kawan-kawan pelayanannya memberi teladan dengan bersusah payah agar tidak menjadi beban bagi mereka.


“(3)Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! … (4-5) Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.”

Galatia 6:3, 4-5

Tidak hanya kepada umat Kristen di Tesalonika, Paulus juga menghimbau umat Kristen di Galatia agar mau bekerja menanggung bebannya sendiri sehingga tidak hanya dapat membanggakan hasil pekerjaan orang lain. Namun, bukan berarti mereka hanya perlu mengurusi masalah masing-masing tanpa mau mengulurkan bantuan kepada sesamanya. Hanya saja, seseorang tidak boleh hanya membebankan masalah atau keperluannya kepada orang lain dengan alasan orang lain harus mau membantunya. Ia harus tetap mau bekerja dan berusaha agar tidak membebani orang lain. Karena itulah, kita juga harus mau bertanggung jawab melakukan pekerjaan sesuai peran kita, seperti belajar bagi pelajar, mengasihi dan menaungi keluarga bagi seorang suami, dsb.

3. Kesungguhan dalam bekerja – Amsal 6:6-8

“Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.”

Amsal 6:6-8

Ayat tersebut mengajarkan pada kita agar kita melakukan pekerjaan kita dengan rajin dan tekun. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita sering tidak melakukan tugas dengan sungguh-sungguh ketika tidak ada guru atau atasan yang sedang mengawasi kita dan baru akan bekerja keras ketika kita sedang diawasi. Sikap seperti ini menunjukkan tidak adanya integritas dalam melakukan pekerjaan kita.

Sikap tidak bertanggung jawab tersebut haruslah kita jauhkan dari diri kita. Sebaliknya, seperti dalam Kolose 3:23-24, hendaknya kita melakukan pekerjaan kita dengan sungguh-sungguh karena Tuhanlah yang melihat dan menghargai kesungguhan kita. Tuhan juga yang akan memberi upah bagi kita sehingga usaha kita tidak menjadi sia-sia.

4. Tanggung jawab dalam keluarga – Kolose 3:18-22, Amsal 31:12-13,15, Ulangan 6:5-7

“Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”

Kolose 3:18-22

Ayat di atas menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk membangun keluarga Kristen yang ideal. Setiap anggota keluarga baik suami, istri, suami dan istri sebagai orang tua, hingga anak-anaknya memiliki tanggung jawab masing-masing. Seorang suami haruslah mengasihi istrinya; seorang istri haruslah tunduk pada suaminya; anak-anak harus mentaati orang tua. Tidak hanya peran suami terhadap istri, seorang suami juga memiliki peran sebagai ayah. Tanggung jawab ayah dalam keluarga Kristen salah satunya adalah mendidik anak dengan tetap memperhatikan agar ia tidak menyakiti hati anak-anaknya hingga mereka tumbuh dalam perasaan kurang kasih sayang dan kepercayaan diri.

Walau demikian, bukan berarti seorang ayah dapat memanjakan anak-anaknya tanpa mengkoreksi kesalahan yang mereka perbuat. Mengasihi anak bukan berarti membiarkan mereka tumbuh semau hati mereka, namun juga memberi hikmat agar mereka dapat memiliki karakter yang baik dan kelak meneruskannya juga pada anak-anak mereka. Sebagaimana dikatakan dalam Amsal 27:5, teguran yang nyata-nyata diberikan lebih baik daripada kasih yang tersembunyi.

“(12) Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. (13) Ia … senang bekerja dengan tangannya. (15) Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan.”

Amsal 31:12-13, 15

Seorang istri sebagai penolong yang sepadan untuk suaminya juga memiliki peran penting dalam keluarga. Peran penolong yang ia miliki memberikan tanggung jawab untuk turut membantu suaminya dalam mendidik anak. Selain itu, alangkah baiknya jika seorang istri dapat mengatur rumah tangganya dengan penuh semangat dan hikmat (Titus 2:3-5).

“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membiacarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”

Ulangan 6:5-7

Dalam hal mendidik anak, didikan yang harus diberikan orang tua kepada anak-anaknya bukan hanya mengenai membedakan antara baik dan buruk. Namun, Alkitab mencatat bahwa yang terutama harus diajarkan kepada anak-anak adalah mengenai kasih pada Tuhan. Nah, seperti yang dikatakan pepatah “tak kenal maka tak sayang”, mengajarkan anak-anak untuk mengasihi Tuhan berarti kita harus mengenalkan Yesus pada mereka, yaitu dengan cara merenungkan dan membagikan firman Kristus bersama keluarga.

5. Tugas menginjil – Matius 28:18-20

“Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Matius 28:18-20

Selama ini kita mungkin berpikir bahwa tugas untuk menginjil kepada orang lain hanyalah tugas untuk para hamba Tuhan seperti romo dan pendeta. Namun sebenarnya, kita yang tidak berprofesi sebagai romo dan pendeta pun telah diberi kuasa untuk mengabarkan Injil. Yesus mengatakan bahwa segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan pada-Nya. Kita sebagai umat yang telah diselamatkan sekarang hidup di dalam Kristus dan Kristus hidup di dalam kita. Oleh karena itu, kuasa itu telah diberikan juga kepada kita. Hal pertama yang dapat kita lakukan untuk memulai pengabaran Injil adalah menjadikan hidup kita sebagai kesaksian sesuai keteladanan Yesus Kristus.

6. Pemberian persepuluhan – Maleakhi 3:10


“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”

Maleakhi 3:10

Arti persepuluhan pada dasarnya adalah memberikan persembahan kepada Tuhan sebesar sepersepuluh dari penghasilan kita. Tanggung jawab memberi persembahan persepuluhan ini hendaknya kita lakukan bukan dengan beban, namun dengan penuh syukur karena kasih yang luar biasa yang telah Tuhan berikan untuk kita. Segala yang kita miliki pun asalnya dari Tuhan, dan Ia masih menjanjikan berkat luar biasa jika kita mau melakukan tanggung jawab ini.

7. Mengejar hikmat – Amsal 4:6-7

“Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya. Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian.”

Amsal 4:6-7

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dapat menemukan masalah baik besar maupun kecil. Masalah kecil pun dapat menjadi beban yang berat jika kita tidak tahu bagaimana cara menghadapinya, atau jika kita sedang dalam perasaan sedih dan bingung. Karena itulah, penting bagi kita untuk senantiasa bersandar pada Tuhan agar kita memperoleh sukacita dan hikmat dalam menjalani keseharian kita.

Demikianlah pembahasan mengenai tujuh tanggung jawab sebagai umat Kristen yang dapat kita simpulkan dari Alkitab. Hendaknya kita selalu bersyukur karena dalam setiap tanggung jawab yang harus kita lakukan, Tuhan sendirilah yang akan memberi kekuatan dan penghiburan untuk kita.