Dalam beberapa kesempatan sebelumnya kita telah membahas mengenai larangan poligami dalam Injil. Jika kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, larangan ini bukannya tidak beralasan. Dalam pernikahan, penyatuan hati dan pikiran satu laki-laki sebagai suami dengan satu perempuan sebagai istri saja tidak mudah. Dapat dibayangkan betapa sulitnya jika masih harus menyatukan lebih dari itu. Baca juga: Poligami Menurut Alkitab
Lalu bagaimana dengan terjadinya poligami yang tercatat dalam Alkitab? Tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak tokoh Alkitab yang mengambil lebih dari satu istri atau gundik, seperti Lamekh (keturunan Kain), Abraham, Daud, dan masih banyak lagi. Beberapa di antara tokoh-tokoh tersebut bahkan merupakan tokoh terkemuka dan hingga saat ini kisah hidupnya banyak digunakan dalam pengajaran Kristen. Namun justru dari sinilah kita dapat menyukuri bahwa Alkitab mencatat tidak hanya perilaku terpuji, namun juga kesalahan tokoh-tokoh tersebut sehingga darinya dapat kita petik pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan kita dan pertumbuhan iman kita.
Dalam artikel kali ini kita akan fokus pada lima tokoh terkemuka dalam Alkitab yang melakukan poligami dan dampaknya dalam kehidupan mereka.
1. Abraham: Sarah dan Hagar
Sebelum Sarah, istri Abraham, melahirkan Ishak, Tuhan telah berjanji bahwa Ia akan memberikan keturunan bagi Abraham. Namun, bertahun-tahun berlalu tanpa adanya tanda-tanda penggenapan janji tersebut. Sarah yang telah dikatakan mandul (Kej. 11:30) mungkin semakin lama semakin tidak percaya pada janji Tuhan. Ia pun akhirnya menyuruh Abraham untuk memperistri Hagar, hamba Sarah, agar Sarah dapat mendapat seorang anak melalui Hagar.
Hagar pun kemudian mengandung, sedangkan Sarah masih tetap mandul. Hal ini menyebabkan Hagar memandang rendah terhadap Sarah sehingga Sarah mengadu pada Abraham dan meminta Abraham bertanggung jawab. Jika kita renungkan, penghinaan yang dialami Sarah dari Hagar sebenarnya akibat dari inisiatifnya sendiri. Namun anehnya, ia meminta Abraham yang bertanggung jawab atas hal tersebut.
Abraham kemudian memberi izin Sarah untuk melakukan terhadap Hagar apa yang baik menurut Sarah. Atas izin tersebut, Sarah kemudian menindas Hagar hingga Hagar melarikan diri. Tetapi Tuhan menyuruh Hagar agar kembali dan menjanjikan bahwa Hagar akan punya keturunan yang tidak terhitung banyaknya. Namun, anak yang dikandungnya, kelak akan menjadi anak yang mendatangkan pertengkaran di sekitarnya (Kej. 16:9-12).
Dari kisah Abraham, Sarah, dan Hagar kita dapat melihat bahwa poligami, walau terkesan diawali dengan niat baik (agar Sarah mendapat anak, agar janji Tuhan dapat terpenuhi) namun pada akhirnya mendatangkan sakit hati bagi banyak pihak. Sarah direndahkan oleh Hagar, Hagar ditindas oleh Sarah, anak Hagar yang tidak terlibat pun sudah ditentukan untuk memiliki sifat yang tidak baik. Abraham sebagai kepala keluarga juga hanya dapat mengalihkan otoritas kepada Sarah untuk melakukan apa yang Sarah inginkan terhadap Hagar. Akibat ketidakpercayaan Sarah pada janji Tuhan, upaya pencapaian tujuan pernikahan Kristen pun menjadi terganggu.
2. Yakub: Lea dan Rahel
Setelah lari dari rumah, Yakub tinggal dan bekerja pada Laban, sanak saudara Abraham. Sebagai upahnya, Yakub meminta agar ia diizinkan untuk menikahi Rahel, anak perempuan Laban yang lebih muda dan cantik, setelah ia bekerja tujuh tahun pada Laban. Laban menyetujui permintaan itu, namun ternyata pada hari Laban harus menepati janji pada Yakub, ia menipu Yakub dan menikahkan Yakub pada Lea, kakak Rahel. Maka Yakub bersedia untuk bekerja tujuh tahun lagi pada Laban sebelum akhirnya ia dapat memperistri Rahel.
Hal yang terjadi kemudian tidak terlalu berbeda dengan pengalaman Sarah: Rahel iri kepada kakaknya karena ia sendiri mandul, sedangkan Lea sudah melahirkan empat anak bagi Yakub. Alkitab mencatat bahwa Lea bersyukur karena anak yang didapatnya merupakan penghiburan karena suaminya, Yakub, lebih mencintai Rahel daripada Lea. Dengan kelahiran anak-anaknya, ia pun berharap agar Yakub kemudian dapat lebih mengasihinya. Sementara itu, Rahel menuntut agar Yakub dapat memberinya anak sehingga Yakub marah karena ia sendiri bukan Tuhan dan tidak dapat menentukan hal itu.
Kisah Rahel dan Lea masih terus berlanjut. Baik Rahel maupun Lea melahirkan anak-anak, namun iri hati mereka terhadap satu sama lain tetap tidak surut. Dari kehidupan pernikahan Yakub, Rahel, dan Lea kita dapat memetik pelajaran bahwa walaupun tidak ada penindasan seperti dalam kasus Sarah dan Hagar, poligami juga dapat menyebabkan iri hati karena satu pihak tidak mendapatkan apa yang dimiliki pihak lain.
3. Elkana: Hana dan Penina
Hana ialah ibu dari Samuel, nabi yang mengurapi Daud sebagai raja Israel. Namun, di balik kisah Nabi Samuel dapat kita jumpai kisah kecemburuan dan sakit hati yang disebabkan oleh adanya poligami (1 Sam. 1:1-7). Suami Hana, Elkana, memiliki istri lain yang bernama Penina. Hana tidak memiliki anak selama bertahun-tahun, sedangkan Penina telah melahirkan anak-anak bagi Elkana. Penina pun sengaja menyakiti hati Hana sampai Hana seringkali menangis dan tidak mau makan.
Dalam hal ini lagi-lagi kita temui adanya penderitaan yang diakibatkan oleh praktik poligami. Terlepas dari adanya kesengajaan atau tidak dalam penyebab sakit hati tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa poligami menimbulkan masalah yang mengganggu kerukunan dalam pernikahan.
4. Daud: banyak istri, masih merebut istri orang lain
Raja Daud dalam Alkitab dikatakan sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan (1 Sam. 13:14). Namun, sebagai manusia, Daud tetaplah memiliki kekurangan dan dapat berdosa di hadapan Tuhan. Salah satu kesalahan Daud yang tercatat dalam Alkitab adalah ketika selagi ia tidak ikut berperang namun bersantai di istananya, ia melihat seorang wanita yang sedang mandi. Setelah Daud mengetahui bahwa Batsyeba, wanita itu, telah bersuami, Daud tidak langsung menyesal namun justru membuat rencana agar suaminya meninggal di medan perang. Perbuatan Daud ini jelas tidak menunjukkan kasih, padahal kasih merupakan salah satu prinsip dasar pernikahan Kristen.
Alkitab mencatat bahwa Daud tetap mendapat kasih di mata Tuhan, terlebih karena Daud mau menerima teguran Tuhan melalui Nabi Natan (baca juga: Pengampunan Dosa Zina Dalam Kristen). Namun akibat perbuatan Daud tersebut, keluarga Daud di kemudian hari tidak terlepas dari pembunuhan dan perebutan tahta di antara anak-anaknya sendiri.
5. Salomo: banyak istri yang menyembah dewa lain
Raja Salomo dikenal dengan hikmat dan kekayaannya yang luar biasa. Sayangnya, ia juga dikenal dengan jumlah istri dan gundiknya yang sangat banyak (11 Raj. 11:3). Salomo tidak mematuhi perintah Tuhan untuk tidak bergaul dengan perempuan-perempuan yang menyembah allah-allah lain. Sebaliknya, Salomo memperistri mereka dan pada akhirnya turut menyembah dewa-dewi yang disembah oleh istri-istrinya. Akibatnya, Tuhan berjanji bahwa kerajaan Salomo akan terpecah-belah pada masa pemerintahan anaknya, walaupun Tuhan berjanji akan tetap meninggalkan satu suku untuk tetap menjadi bagian dari kerajaan keturunan Salomo. Tuhan melakukannya karena Tuhan tetap setia pada janji-Nya terhadap Daud untuk mengokohkan kerajaannya.
Artikel terkait:
Demikianlah pembahasan mengenai tokoh Alkitab yang berpoligami. Dari kisah mereka kita dapat melihat bahwa pada dasarnya Tuhan tidak menghendaki umat Kristen untuk berpoligami. Akibat poligami, banyak penderitaan yang harus dialami keluarga tokoh-tokoh tersebut. Namun, jika kita pelajari lebih lanjut mengenai kehidupan mereka dalam menjalin hubungan dengan Tuhan, kita dapat bersyukur bahwa Tuhan selalu memberi pengharapan selama kita tetap bersandar kepada-Nya. Karena itulah, marilah kita terus berpegang pada firman Tuhan, sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Roma 15:4-6.