5 Hubungan Iman Kristen dan Politik dalam Sifat Tanggung Jawabnya

Politik itu berbicara masalah tentang kebijakan untuk mencapai kebaikan. Politik itu tidak hanya berbicara tentang penyelenggaraan bangsa dan negara saja. Politik juga ada di dalam organisasi dan komunitas. Di dalam tingkat terkecil pun, manusia juga melakukan politik. Tingkat terkecil itu adalah keluarga. Dalam sebuah keluarga kecil, ada ayah, ibu, dan seorang anak. Ayah sebagai kepala keluarga, ibu sebagai pendamping ayah, dan anak sebagai anggota keluarganya.

Dalam keluarga, ayah, ibu, dan anak juga melakukan kebijakan. Setiap anggota keluarga memiliki tugas masing-masing. Ayah mencari nafkah untuk keluarga. Ibu mengurus urusan rumah tangga dan keuangan. Sementara itu, anak membantu ibu mengurus rumah tangga. Apabila ada kekurangan uang, ibu melakukan manuver dengan ikut mencari nafkah. Jadi, politik itu adalah tentang kebijakan dalam komunitas, organisasi, dan tingkat paling tinggi, yaitu negara.

Politik ada dalam semua lingkup, baik itu unsur-unsur liturgi dan keluarga. Namun, bukan begitu kita harus memegang kendali penuh atas politik atau kebijakan. Hal ini tentu akan membuat kita menjadi seorang yang diktator. Lalu, bagaimanakah kita melakukan sifat politik yang baik dan benar dalam tanggung jawabnya menurut etika Kristen? Berikut ini penjelasannya:

1. Pemimpin Tertinggi Alam Semesta itu Allah

Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita, suku-suku bangsa ke bawah kaki kita. (Mazmur 47: 2-3)

Ini adalah hukum yang utama dan terutama. Pemimpin dan anggota sebuah komunitas tidak boleh mengabaikan hal ini. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Allah itu adalah penguasa atas surga dan dunia. Kita tidak boleh melupakan hal ini. Dalam melakukan kebijakan, anggota tidak hanya bertanggungjawab terhadap pemimpinnya di dunia, dia juga akan bertanggungjawab kepada Allah. Begitupula dengan pemimpin di dunia, segala perbuatannya tersebut juga harus dipertanggungjawabkan kepada Bapa sebagai pemimpin alam semesta yang bertahta di surga.

2. Kejujuran dalam Berpolitik

”Kekayaan yang diperoleh dengan tidak jujur cepat hilang dan membawa orang ke liang kubur” (Amsal 21:6)

Banyak orang yang melakukan aktivitas dengan tidak jujur. Kita tidak perlu berbicara tentang korupsi dalam pemerintahan. Contoh paling nyata adalah politik di dalam keluarga. Sebuah keluarga tentu juga memiliki keuangan dan dikelola oleh seorang ibu. Tidak jarang, ada anak yang rela membohongi ibunya untuk mendapatkan jajan lebih dengan alasan uang SPP naik dan uang buku. Namun ternyata, sang anak justru berfoya-foya dengan temannya.

Lho? Kenapa hal seperti itu dikatakan politik? Karena hal tersebut menyangkut kebijakan di dalam keluarga. Seperti yang sudah dijelaskan hubungan Iman Kristen dan politik di atas,  politik itu berbicara tentang kebijakan. Sebuah kebijakan akan memengaruhi masa depan sebuah komunitas atau organisasi. Anak yang berbohong kepada ibunya itu tidak sadar kalau uang yang dipakai anaknya untuk berfoya-foya justru bisa dipakai untuk membeli keperluan lain, seperti alat makan, alat tulis, tidur, bahkan uang tersebut bisa saja ditabung untuk melakukan rekreasi keluarga.

3. Sosialisasi itu Penting 

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17) Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja. (Amsal 22:11)”


Dalam melakukan sebuah kebijakan, komunikasi adalah hal yang penting supaya kesalahan bisa diminimalisir. Seorang pemimpin akan tahu masalah yang dialami oleh anggotanya bila melakukan komunikasi yang intensif dengan anggotanya. Pemimpin juga merasa terbantu juga apabila anggota rajin memberikan saran yang baik dan efektif kepada pemimpinnya. Tanpa itu semua, hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Masalah justru semakin rumit apabila tidak ada komunikasi yang terjadi di dalam sebuah komunitas atau organisasi.

4. Melayanilah dengan Ikhlas

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,  dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:25-28)


Seorang pemimpin harus melayani anggotanya dengan baik. Meskipun begitu, bukan berarti hubungan Iman Kristen dan politik sebagai anggota harus duduk manis saja di bangku untuk dapat pelayanan dari pemimpin. Anggota sebuah komunitas atau organisasi tentu harus ikut membantu pemimpin dalam melakukan kebijakan. Contohnya adalah seorang pemimpin menginisiasi pembersihan sungai yang menjadi problem dalam masyarakat karena sungai tersebut menjadi sumber penyakit dan banjir. Masyarakat harus ikut antusias dengan gerakan yang diselenggarakan sang pemimpin dengan ikut membantu dalam membersihkan sungai baik dalam bentuk fisik dan materi. Toh, apa yang dikerjakan tersebut juga akan menguntungkan semua masyarakat sehingga terbebas banjir dan penyakit.

5. Jangan Bawa Nama TUHAN demi Kepentingan Pribadi

“Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.” (Keluaran 20:7)

Banyak pihak yang menggunakan agama dan nama Tuhan demi kepentingan pribadinya saja. Kemunculan gereja-gereja dan aliran-aliran baru tidak jarang berujung kepada pengultusan. Pengultusan juga tidak jarang akan jatuh menjadi penyembahan berhala dalam iman Kristen. Contohnya adalah Lia Eden dan Joseph Smith dengan Kristen Mormon sesatnya. Hal ini dimanfaatkan hubungan Iman Kristen dan politik untuk memperkaya diri sendiri. Brand-brand pakaian juga sering menggunakan nama Tuhan dan agama. Tidak hanya itu saja, banyak pemimpin yang menggunakan agama dan nama Tuhan demi mendapatkan kekuasaan semata. Setelah kekuasaan didapatkan, mereka melupakan Tuhan. Hal ini sering terjadi dari tingkat negara sampai yang paling kecil, yaitu keluarga.

Mungkin, begitu sulit kita menerima fakta bahwa apa yang kita lakukan itu semuanya adalah politik. Politik itu adalah kebijakan. Apa yang kita lakukan akan mempengaruhi masa depan. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam melakukan kebijakan karena apa yang kamu lakukan itu bisa saja merugikan orang lain dalam hukum tabur tuai.