Munculnya beragam ajaran baru adalah bukti pesatnya perkembangan kekristenan di seluruh dunia. Perkembangan tersebut tidak jarang diikuti juga oleh kemunculan ajaran-ajaran yang menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan. Para pengikut ajaran ini kemudian membentuk aliran sesat dalam agama Kristen. Aliran sesat atau yang biasa disebut bidat ini pun tidak ketinggalan untuk mengikuti perkembangan zaman, bahkan membentuk gereja dengan beragam aktivitas.
Mengenali ciri-ciri dari ajaran sesat merupakan salah satu ukuran pertumbuhan rohani seorang Kristen. Salah satu ajaran yang harus kita waspadai adalah Mormon. Di Indonesia sendiri, ajaran ini sudah berkembang pesat. Bahkan, jika Anda coba ketikkan kata kunci ‘Gereja Mormon di Indonesia’ di mesin pencarian, maka Anda akan menemukan tidak hanya situs, melainkan lokasi gereja yang sudah tersebar di daerah Jakarta, Medan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Hal ini menjadi tantangan gereja masa kini untuk dapat memberikan edukasi pada jemaatnya tentang apakah ajaran-ajaran Mormon sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan atau tidak. Untuk mengerti hal tersebut, sebelumnya ketahui dulu sejarah bagaimana Gereja Mormon terbentuk.
Sejarah Gereja Mormon
Gereja Mormon didirikan oleh Joseph Smith (1805-1844) yang berasal dari Sharon, Vermont, AS. Walaupun berlatar belakang keluarga Presbiterian, Joseph mengalami kebingungan untuk menentukan demoninasi gereja yang paling benar. Pada masa remaja, ia sering ikut dalam praktek okultisme untuk mengusir roh-roh jahat. Gereja Mormon lahir dari kebingungan tersebut yang juga dilatarbelakangi oleh timbul tenggelamnya kebangunan rohani di AS. Selain itu, keegoisan dari tiap denominasi yang mengatakan bahwa ajaran mereka paling benar, sangat berdampak pada pola pikir Joseph sebagai salah satu orang yang diinjili. Latar belakang inilah yang membuatnya termotivasi untuk mencari ajaran yang paling benar dalam Alkitab.
Tahun 1820, Joseph Smith berdoa memohon hikmat akan kebingungannya tersebut. Saat itulah ia menerima penglihatan berupa dua Pribadi yang ia klaim sebagai Allah Bapa dan Yesus Kristus. Menurut penuturannya, Allah Bapa dan Yesus Kristus melarang Joseph untuk bergabung dengan gereja manapun karena semua ajaran yang mereka ajarkan adalah kekeliruan. Joseph juga diminta untuk memulihkan Gereja Yesus Kristus di dunia.
Setelah 10 tahun meminta dan menggali petunjuk, akhirnya pada tahun 1830 Joseph Smith menerbitkan Kitab Kristen Mormon sesat di Palmyra. Kemudian pada tanggal 6 April 1830, ia mendirikan Gereja Mormon yang pada awalnya hanya terdiri dari persekutuan 6 orang di Fayette, New York. Saat ini Gereja Mormon sudah tersebar di seluruh dunia dengan beberapa cabang di Indonesia dengan nama Gereja Yesus Kristus dan Gereja Orang-Orang Suci Zaman Akhir (OSZA). Gereja-gereja tersebut bahkan masuk dalam daftar gereja terbesar di Indonesia.
Mormon Sebagai Ajaran Sesat
Sebagai salah satu aliran dalam Kristen, Mormon bukanlah aliran yang menyebarkan kejahatan. Bahkan, mereka sering terlibat dalam acara-acara kemanusiaan, seperti memberi bantuan ataupun menjadi sukarelawan bagi korban bencana. Namun demikian, mengapa Mormon disebut sebagai salah satu bidat dalam agama Kristen? Jawabannya adalah banyak ajaran mereka yang bertentangan dengan nilai-nilai kristiani, bahkan sering menambahkan dan mengurangi isi Alkitab.
2 Timotius 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Ayat ini jelas menerangkan bahwa Alkitab adalah ilham Allah dan tidak semestinya diputarbalikkan, ditambahi, ataupun dikurangi. Berikut ini 6 ajaran Mormon yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan:
- Allah adalah manusia biasa, namun memiliki kekuatan luar biasa. Allah disebut sebagai Adam yang dipermuliakan atau manusia super.
- Yesus adalah Lucifer yang dilahirkan karena hubungan Allah dengan Maria.
- Joseph Smith adalah keturunan Yesus Kristus.
- Karunia Roh Kudus dapat disalurkan kepada kita melalui upacara-upacara keagamaan Mormon.
- Yesus bukanlah jalan keselamatan. Keselamatan didapat lewat ketaatan pada peraturan dan sakramen dari Mormon, serta perbuatan baik.
- Mormon melegalkan poligami
Kebenaran Ajaran Mormon yang Berbeda dalam Gereja
John Stone adalah mantan pendeta Gereja Mormon (Church of Jesus of Later Day Saints) yang setia kepada gereja selama kurang lebih 23 tahun. Ia sudah banyak memenangkan jiwa bagi Gereja Mormon. Bahkan, demi ajaran yang dianutnya, ia rela bercerai dari istrinya. Ia menuturkan bahwa Mormon memberi kesempatan pada setiap orang untuk merenungkan arti hidup, dan itulah yang membuatnya tertarik pada aliran tersebut. Ia bahkan menaruh simpati pada kesetiaan, kesungguhan, dan kebaikan hati para pengikut Kristen Mormon sesat. Menurutnya, para pengikut Mormon sangat rajin berbuat baik pada orang lain dan misi kemanusiaan mereka sangatlah bagus.
Pertobatan John Stone diawali dari perjumpaannya dengan seorang pemuda Kristen yang hendak ia menangkan untuk Gereja Mormon. Dari perbincangannya itulah, pemuda itu malahan berusaha meyakinkannya bahwa banyak kejanggalan pada ajaran Mormon. Berawal dari rasa penasaran, ia kemudian mulai menyelidiki Alkitab dengan sungguh-sungguh dan menemukan bahwa ternyata banyak ajaran yang menyimpang dari aliran yang setia ia ikuti selama lebih dari dua dekade. Proses pertobatan dan keluar dari Mormon tidaklah mudah, tuturnya. Ia harus mengikuti upacara demi upacara yang merepotkan dan juga siap dicap sebagai pengkhianat oleh kaumnya. Saat ini, ia dan banyak mantan pengikut Mormon mendirikan “Brethen” yaitu persekutuan mantan pengikut Kristen Mormon sesat di Hawke’s Bay, dan aktif memberikan edukasi tentang betapa sesatnya ajaran Mormon.
Demikianlah ulasan tentang ajaran Mormon sebagai salah satu bidat dalam ajaran Kristen. Perlu diingat bahwa sebagai seorang Kristen, kita harus percaya kepada Allah. Percaya kepada Allah juga berarti percaya kepada Firman-Nya secara penuh, bukan setengah-setengah. Kita tidak bisa berkata bahwa kita percaya pada Allah, namun kita hanya memilih sebagian Firman saja untuk kita percayai karena Alkitab itu sendiri berasal dari Allah dan diinspirasi oleh Allah. Penting untuk kita minta dipenuhi Roh Kudus saat membaca Alkitab, karena dengan begitu kita juga memenuhi salah satu tujuan hidup orang Kristen.