Kremasi saat ini banyak dilakukan oleh kalangan tertentu, hal ini dilakukan tentunya berdasarkan beberapa alasan di baliknya. Kremasi atau yang biasanya disebut sebagai pengabuan merupakan cara yang dilakukan untuk menghilangkan tubuh jenazah setelah meninggal dengan cara membakarnya, kremasi atau pengabuan sering dijumpai pada golongan masyarakat tertentu seperti di bali contohnya.
Mengasihi sesama manusia memang adalah hukum kedua yang penting untuk dilakukan oleh manusia, namun perlu diingatan semuanya itu harus dilakukan atas dasar kasih Allah yang manusia terima. Karena yang terutama bagi manusia adalah Tuhan dan setelahnya adalah manusia lainnya, hal ini tertuang dalam alkitab karena tujuan diturunkannya kitab injil adalah sebagai sumber keselamatan yang tidak terkikis oleh waktu dan kebenaran di dalamnya akan selalu sama.
Pandangan dan Ajaran Kremasi Menurut Katolik
Berhala adalah segala sesuatu yang dipercayai atau dijaga melebihi keberadaan Tuhan itu sendiri atau bahkan tidak menggambarkan karakter Kristus dan Keteladanan Yesus Kristus, jika Tuhan bisa di nomor duakan dalam perkara ini maka haruslah orang percaya bertobat dan meminta ampun Tuhan atas kesalahan yang telah diperbuat. Cara menperoleh keselamatan menurut iman Kristen haruslah dimulai dengan menerima Injil dalam hidup.
Di jaman yang semakin canggih seperti sekarang pengabuan atau kremasi tidak hanya dapat dilakukan dengan membakar tubuh jenazah dengan api namun juga dapat menggunakan aliran listrik yang tinggi hingga tubuh menjadi hangus dan menjadi abu. Aktivitas kremasi ini ternyata telah ada sejak dahulu seperti dilakukan oleh bangsa Yunani kuno dan Romawi. Lalu bagaimana pandangan dan ajaran mengenai kremasi menurut katolik ini sendiri? Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Kebangkitan tubuh orang yang telah meninggal
Pandangan kremasi menurut katolik yakni bagaimana tubuh akan tetap dibangkitkan ketika Tuhan datang yang kedua kalinya ke atas dunia ini. Terdapat beberapa budaya yang telah diwariskan dan dipelihara secara turun termurun salah satu di dalamnya adalah tindakan kremasi atau pengabuan orang yang telag meninggal. Di dalam budaya ini juga terdapat bebeapa tata cara atau aturan yang harus diikuti. Seiring berjalannya waktu tujuan dari kremasi ini menjadi semakin berkembang akibat tujuan yang dapat diberikan dari tindakan kremasi ini seperti lebih higenis pada jenazah yang memiliki penyakit menular atau lebih praktis pada tubuh korban akibat kecelakaan.
Namun bagi beberapa orang juga lebih memilih untuk menguburkan tubuh orang yang telah meninggal dengan beberapa alasan di baliknya seperti bagaimana mungkin tubuh akan dibangkitkan kembali jika tubuh aslinya yang telah mati sudah tidak berbentuk. Sebagai orang percaya kita harus menggunakan firman Tuhan sebagai petunjuk dan acuan tindakan yang mungkin seharunya kita lakukan, dalam kitab 1 Korintus 15 : 44-45 mengatakan “Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkirkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh almiah maka ada pula tubuh rohaniah.
Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama. Adam menjadi mahluk yang hidup’, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan” ini merupakan janji Tuhan bagi orang percaya. Tubuh manusia yang saat ini dimiliki bukanlah tubuh yang bekenan di hadapan Tuhan karena telah jatuh ke dalam dosa sehingga dosa lah yang telah membuat tubuh manusia menjadi fana dan cacat. Ketika kebangkitan Tuhan tidak lagi akan menggunakan tubuh manusia yang penuh dengan dosa ini melainkan tubuh rohaniahlah yang akan dibangkitkanNya. Daging yang dimiliki manusia yang hidup atau yang telah mati dapat terkikis dan terluka oleh hal lainnya akan tetapi tubuh rohaniah adalah tubuh yang berasal dari Tuhan dan dapat memancarkan Tuhan itu sendiri.
- Menghormati Tubuh yang telah meninggal
Kremasi menurut katolik selanjutnya adalah bahwa anggota keluarga yang melakukan kremasi atau pengabuan harus tetap menghormati tubuh atau abu tersebut sebagai keberadaan orang yang telah tiada itu. Ketika manusia hidup, orang itu sejak semula telah memiliki bentuk dan rupa sebagai manusia sehingga ketika orang itu meninggal ada baiknya jika tubuhnya sebagai manusia juga masih tetap sama. Pekara kremasi ini dalam golongan masyarakat tertentu pastinya menimbulkan pro dan kontra nya tersendiri.
Jika keluarga memustuskan untuk melakukan kremasi terhadap tubuh orang yang telah meninggal dan setelahnya melupakan keberadaan abunya tentunya hal ini dapat dianggap sebagai tindakan yang salah karena tidak menghormatinya. Jika ingin melakukan kremasi ada baiknya jika setelahnya tetap menghormati abu dari jenazah tersebut. Namun hal ini berbeda jika tindakan kremasi adalah sebuah keputusan yang terbaik yang dapat dilakukan pada tubuh yang telah meninggal tersebut dengan tujuan-tujuan tertentu misalnya seperti keinginan dari orang itu sendiri.
- Peraturan baru untuk tidak melakukan kremasi bagi umat katolik
Vatikan seperti yang diketahui merupakan Negara dimana terdapatnya umat katolik sehingga tentunya peraturan yang diberlakukan yang berasal dari Vatikan juga dapat mempengaruhi umat katolik lainnya. Vatikan diketahui mengeluarkan sebuah aturan baru bagi umat katolik melarang untuk mentimpan abu dari sisa pembakaran tubuh jenazah atau dengan kata lain abu kremasi, tidak hanya itu juga terdapat larangan untuk menaburkan abu ditempat tertentu, membagi-bagiakn abu kepada anggota keluarga ataupun mengubahnya menjadi cenderamata.
Alasan dari larangan ini adalah menurut Vatikan ada baiknya jika menaruh abu pembakaran tersebut di tempat yang layak atau suci seperti kuburan yang sesuai dengan petunjuk gereja katolik. Sebenarnya jika kita meneliti perkara ini, perihal abu yang ditaruh di rumah, ditaburkan atau dijadikan cenderamata dapat dimanfaatkan oleh si jahat agar manuia berbuat dosa seperti yakni dijadikan sebagai objek berhala manusia. Mengingat atau menghormati orang yang telah meninggal memang hal yang wajar namun apabila hal ini dilakukan diluar dari batas tentunya akan mengundang perbuatan dosa.
Pelayanan haruslah dilakukan atas dasar kasih yang telah kita terima dari Tuhan dan atas kesadaran dan rasa takut akan hadiratNya sehingga hidup ini boleh menjadi sebuah penyembahan yang benar menurut Alkitab. Penyaliban Yesus mendatangkan harapan yang tidak dapat direngut oleh mahluk hidup lainnya karena apa yang telah diberikan oleh Tuhan tidak dapat direnggut kembali.