3 Makna Jumat Agung Bagi Umat Kristiani

Jumat Agung merupakan hari penting dalam kalender gerejawi, yaitu sebagai salah satu dari hari Tri Suci. Hari Trisuci sendiri terdiri dari Rabu Abu, Kamis Putih, dan Jumat Agung. Ketiga hari ini merupakan hari-hari penting saat menjelang Hari Paskah.

Tidak sedikit orang Kristen yang belum memahami makna Jumat Agung, kebanyakan umat Kristen hanya memerhatikan hari Paskah sebagai Hari Raya dan bahkan menganggap Jumat Agung sebagai hari Paskah. Padahal, keduanya memiliki dasar peristiwa dan makna yang berbeda. Hari Paskah memang tidak salah jika dianggap sebagai hari yang sangat spesial karena hari ini merupakan hari kemenangan dan menjadi salah satu faktor yang mendasari iman Kristiani. Hari Paskah mengingatkan kita bahwa Yesus pernah mengalahkan maut dan membuktikan bahwa Dia adalah Anak Allah. Sehingga kita bisa menaruh iman kepada-Nya.

Maka dari itu, Paulus juga pernah mengatakan bahwa jika Yesus tidak bangkit, maka sia-sialah ajaran yang dia sampaikan, karena apabila Yesus tidak dibangkitkan manusia belum memiliki kepastian akan keselamatan. Tapi nyatanya, Yesus bangkit sehingga bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya akan bangkit bersama-sama dengan Yesus dan mendapat hidup kekal.

Peringatan Jumat Agung

Namun, pernahkah kita memikirkan apa saja yang Yesus lewati hingga sampai ke titik itu? Apa saja yang harus Dia lakukan agar manusia bisa percaya bahwa Dia adalah Anak Allah? Dia harus berkorban dan melalui berbagai penderitaan. Sampai puncaknya, Dia disalibkan pada masa pemerintahan Pilatus karena rakyat menuntut pemerintah untuk menghukum dan menyalibkan Tuhan Yesus.

Apabila kita mengingat kembali bagaimana Yesus disiksa, dihina, dan diadili, mungkin emosi kita akan tergugah dan kita akan merasa sedih. Namun, bukan itu sebenarnya pesan utama dalam penyaliban Yesus. Wajar memang kalau kita bersedih, namun alangkah baiknya jika emosi itu tidak hanya sekadar perasaan sementara, melainkan bisa menjadi titik awal akan perubahan yang lebih baik.

Saat kita memperingati Jumat Agung, bukan sebatas peringatan dukacita yang kita lakukan, melainkan diharapkan kita mampu memandang kematian Yesus dari sisi lain yang maknanya jauh lebih besar. Maka dari itu, kita perlu mengetahui apa sebenarnya pesan dan makna dari Jumat Agung, apakah hanya sebatas peringatan akan kematian Yesus atau memiliki arti yang mendalam yang diharapkan bisa sampai dalam pengertian kita. Dan dalam artikel ini, kami akan membantu Anda untuk memaknai lebih jauh mengenai hari Jumat Agung, yaitu sebagai berikut :

  1. Penderitaan bukanlah akhir

Kita mungkin sering mendengar perkataan bahwa setiap orang memiliki salib masing-masing yang harus ditanggungnya. Dan percayalah, bahwa itu benar adanya. Salib di sini berarti beban atau penderitaan. Bahkan, Tuhan Yesus mengatakan bahwa siapa saja yang ingin mengikut Dia, maka orang tersebut harus mau memikul salibnya.

Menjadi orang Kristen tidak menjanjikan bahwa kita akan hidup nyaman dan tentram. Mungkin apabila Roh Kudus beserta kita setiap hari, kita akan merasakan damai dan sukacita. Namun, tetap masih ada tantangan hidup. Nah, di sini tergantung bagaimana kita memandang beban yang menjadi tanggungan kita, sebagai tantangan atau penderitaan.

Memang benar bahwa salib Yesus menandakan bahwa hidup ini tidak akan selalu berjalan mulus. Namun, apakah ini akan mematahkan semangat hidup kita? Kalau kita jatuh ke dalam perasaan seperti itu, ada baiknya kita berdiam dan merenungkan diri. Ubahlah mindset bahwa tujuan dari hidup ini bukan hanya untuk sekedar bahagia. Ada hal yang lebih besar yang harus kita capai. Dan kita akan merasakan sukacita luar biasa apabila berhasil sampai kepada tujuan kita.


Kebahagiaan datang dan pergi, jadi jangan sandarkan pengharapan dan semangat kita hanya pada kebahagiaan. Kalau itu yang kita lakukan, kita akan menjadi orang yang dikendalikan oleh suasana hati dan sulit konsisten dengan apa yang kita kerjakan. Melainkan berfokuslah kepada tujuan.

Dengan seperti ini, secara langsung Tuhan akan menempa kita untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Seperti berlian yang harus diasah berkali-kali supaya menjadi batu yang indah dan mahal harganya. Memang tidak mudah untuk terus berjalan saat suasana hidup tak memungkinkan. Nah, di sinilah kita perlu merenungkan kembali peristiwa penyaliban Yesus Kristus. Dia disiksa dan disalibkan, tapi Dia bangkit pada hari ketiga dan menjadi pemenang. Maukah kita menjadi seperti Dia? Ikutilah jejak-Nya. Taruh pengharapan kita di bahwa kaki salib-Nya. Percayalah bahwa sesuatu yang indah akan datang tepat pada waktunya.

  1. Pengampunan

Penyaliban Yesus Kristus merupakan bukti kasih Allah kepada manusia. Dalam Alkitab dikatakan bahwa Allah mau menyerahkan Anak-Nya yang tunggal karena cinta-Nya yang begitu besar kepada manusia. Dan hal ini dilakukan-Nya sebab Ia tahu bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, sehingga harus ada Penebus yang suci untuk dikorbankan. Sejak awal, Allah ingin sekali mengampuni dosa kita.

Bahkan ketika Yesus di dunia, Ia menunjukkan melalui sikap-Nya seberapa besar pentingnya kasih. Selama hidupnya, Ia selalu mengasihi dan menolong orang lain. Bahkan saat Ia menderita pun, Ia meminta Allah Bapa untuk mengampuni orang yang bersalah kepada-Nya. Hal ini karena Yesus tahu bahwa manusia sangat terbatas. Manusia memiliki banyak kelemahan yang bisa membuat mereka mudah jatuh ke dalam dosa.

Namun, Yesus tetap mengasihi musuh-musuh-Nya. Di sini Dia ingin menunjukkan kepada kita semua bahwa tidak ada gunanya kita memendam kebencian kepada orang lain. Apa keuntungan yang kita dapat? Bahkan sebenarnya kita sadar bahwa memendam perasaan benci timbul karena ego kita terlalu besar. Ingatlah bahwa Yesus saja mau merendahkan hatinya dan memilih untuk mengampuni. Membalas kejahatan dengan kejahatan tidak akan merubah apapun, yang ada akan timbul kejahatan lainnya. Namun, apabila kita membalas dengan kasih, maka kemungkinan besar orang lain akan berubah karena merasakan kasih yang kita berikan.

Dan ini juga berkaitan dengan salah satu visi umat Kristiani, yaitu menyebarkan kasih dimanapun kita berada. Yakinlah bahwa kasih memiliki dampak besar bagi seseorang yang menerimanya. Dengan menerima kasih, maka ia akan mampu menyebarkan kasih kepada orang lain. Namun, sebagai orang Kristen, dimana tempat kita mendapatkan kasih yang sejati? Tentu saja dari Allah Bapa dan Yesus Kristus. Bahkan dalam Alkitab dituliskan bahwa kita dapat mengasihi orang lain dengan tulus karena Allah terlebih dahulu menyatakan kasih-Nya kepada kita.

Itulah mengapa di gereja kita selalu diingatkan dan diajarkan mengenai kasih. Walau kita memiliki iman dan pengharapan, tapi kalau kita tidak memiliki kasih maka itu semua akan sia-sia. Kita diutus untuk menjadi berkat dan untuk menyatakan Allah melalui diri kita. Bagaimana bisa kita melakukannya? Dalam Alkitab dikatakan bahwa Allah adalah kasih. Dengan menyebarkan kasih, orang lain akan melihat Allah melalui diri kita.

  1. Membangun mentalitas pemenang

Seseorang hanya akan dikatakan sebagai pemenang apabila ia berhasil melewati tantangan atau ujian. Pemenang adalah mereka yang sudah teruji dan akan menuju ke level selanjutnya. Itulah mengapa hidup ini tidak selalu berjalan mulus. Kita butuh tantangan untuk membentuk kepribadian kita.

Coba bayangkan apabila kita hidup tanpa masalah? Tentu hidup ini akan terasa hambar dan kita hanya akan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Dengan masalah atau ujian, kita dapat belajar sesuatu. Bagaimana menghadapi dan merespon segala hal yang terjadi pada kita. Kita akan menjadi orang yang lebih bijaksana karena kita memiliki banyak pengalaman.

Apabila kita sudah menyadari bahwa tantangan akan membentuk kita menjadi lebih tangguh, maka kita tidak akan takut untuk mencoba hal-hal baru yang lebih menantang. Di sini mentalitas pemenang terbentuk. Seorang pemenang tahu akan tujuannya. Dan dia hidup untuk meraih tujuan tersebut. Dia percaya diri dan yakin bahwa segala kesakitan akan menempanya. Dan dia tahu bahwa dia akan merasakan sukacita luar biasa apabila dia berhasil melewati tantangan tersebut.

Setiap orang Kristen hendaknya menjadikan Jumat Agung sebagai kesempatan untuk berbenah dan kembali membentuk tekad. Sehingga Jumat Agung tidak hanya sebagai peringatan, melainkan dapat menjadi awal pembaharuan bagi umat Kristiani. Jadikan Yesus sebagai teladan kita dan hendaknya kita berusaha untuk seperti Yesus. Memang tidak akan mudah dan perlu waktu yang panjang. Namun, percayalah bahwa setiap usaha kita tidak akan berakhir sia-sia.

Mungkin kita tidak akan melihat hasilnya dalam waktu dekat, tapi apabila kita setia dan terus berharap, kita akan terkejut suatu saat nanti melihat betapa jauhnya perubahan kita. Dan jangan jadikan ini sebagai beban, melainkan cintailah setiap proses pertumbuhan kita. Karena hidup adalah sebuah proses. Karena apabila kita tidak menikmatinya, kita tidak akan pernah merasa bahagia. Jangan takut gagal dan tetap bersyukur akan segala hal yang kita punya. Tuhan tahu apa yang terbaik untuk anak-Nya dan percayalah apapun yang terjadi Dia tidak akan membiarkan kita jatuh sampai tergeletak.

Sekian artikel mengenai makna Jumat Agung. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan rohani yang lebih mendalam kepada pembaca. Terima kasih.