Asal Usul Rabu Abu – Makna – Perayaan

Rabu Abu merupakan hari pertama dari masa Pra Paskah dalam liturgi tahunan gerejawi. Hari Rabu Abu sendiri jatuh setiap hari Rabu , 40 hari sebelum hari Paskah tiba. Pada hari Rabu Abu ini, semua umat akan datang ke gereja dan diberi tanda salib pada bagian dahi yang menjadi sebuah simbol untuk pengingat umat sebagai tanda kesedihan, penyesalan yang mendalam serta pertobatan. Berikut ini, kami akan mengulas secara lengkap mengenai asal usul, makna serta perayaan Rabu Abu lengkap, silahkan disimak berikut ini.

Asal Usul Hari Rabu Abu

Penggunaan abu dalam liturgi Rabu Abu ini berasal dari Perjanjian Lama, dimana abu menjadi lambang perkabungan, rasa sesal, berkabung dan juga pertobatan umat. Pada abad ke-5 SM setelah Yunus berseru supaya orang kembali pada Tuhan dan melakukan pertobatan, Kota Niniwe kemudian memaklumkan puasa serta mengenakan kain kabung dan taja menyelubungi dirinya dengan kain kabung sembari duduk  di atas abu. Yesus juga sudah menyinggung tentang pemakaian abu yang ditujukan untuk kota yang menolak melakukan pertobatan dari dosa walau sudah melihat sendiri mujizat secara nyata dan mendengarkan kabar gembira.

Pada Abad Sebelum 5 Masehi

Gereja Perdana menggunakan abu sebagai simbolis yang juga serupa. Tertulianus menulis dalam bukunya yakni “De Poenitentia” sekitar 160 sampai 220, jika pendosa yang mau bertobat harus hidup tanpa bersenang-senang dan mengenakan kain kabung serta abu. Sejarawan Gereja perdana juga menulis dalam bukunya yakni “Sejarah gereja” jika ada seorang murtad bernama Natalis yang datang pada Paus Zephyrinus dengan mengenakan kain kabung serta abu lalu memohon pengampunan. Dalam masa yang sama, maka diwajibkan bagi mereka untuk menyatakan tobat di muka umum dan imam akan memakaikan abu pada kepala mereka sesudah melakukan pengakuan.

Pada abad pertengahan, mereka yang sedang menghadapi ajal akan dibaringkan di atas tanah beralaskan kain kabung lalu diperciki dengan abu dan imam akan memberikan berkat pada orang tersebut dengan air suci sambil berkata ,”Ingat engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu.” Sesudah itu, imam akan bertanya, “Puaskah engkau dengan kain kabung dan abu sebagai pernyataan tobatmu di hadapan Tuhan pada hari penghakiman?” Yang mana akan dijawab orang tersebut dengan, “Saya puas.”

Artikel terkait:

Pada Abad 8 Pra Paskah

Dengan beberapa contoh tersebut, akhirnya abu dipakai sebagai tanda awal masa Pra Paskah yakni persiapan selama 40 hari dan belum termasuk hari minggu untuk menyambut hari Paskah. Ritual perayaan Rabu Abu ini ditemukan pada masa Gregorian Sacramentary yang terbit sekitar abad ke-8. Kemudian sekitar tahun 1000, imam Anglo Saxon yakni Aelfric berkotbah yakni, “Kita membaca dalam kitab-kitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bahwa mereka yang menyesali dosa-dosanya menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung. Sekarang, marilah kita melakukannya sedikit pada awal Masa Prapaskah kita, kita menaburkan abu di kepala kita sebagai tanda bahwa kita wajib menyesali dosa-dosa kita terutama selama Masa Prapaskah.”

Sesudah abad pertengahan tersebut, maka gereja memakai abu sebagai tanda dimulainya masa pertobatan Pra Paskah sehingga kita bisa mengingat jika kita tidaklah abadi dan sudah menyesali segala dosa yang sudah diperbuat. Sedangkan pada perayaan Rabu Abu sekarang ini, au diambil dari daun palma yang sudah diberkati di hari Minggu Palma pada tahun sebelumnya yang kemudian di bakar dan pastur akan memberkati abu tersebut lalu menorehkannya pada dahi umat beriman membentuk tanda salib sambil berkata, “Ingat, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu,” atau “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.”

Makna Hari Rabu Abu

Perayaan Paskah sendiri merupakan perayaan penting untuk kehidupan iman bagi umat yang percaya. Paskah dikatakan sebagai jantung sebab Paskah adalah pusat dari semua yang menghidupi seluruh kehidupan iamn orang percaya sepanjang hidup seperti yang sudah tertulis dalam rangkaian Tahun Liturgi. Tanpa adanya Paskah, maka tidak akan ada perayaan apa pun juga demikian pula tidak akan ada janji keselamatan. Paskah tidak hanya sebagai hari kebangkitan Tuhan Yesus Kristus saja, namun juga penderitaan serta kematian Kristus. Masa Rabu Abu ini menjadi awal pembaharuan diri, intropeksi diri serta pertobatan. Namun bukan berarti sesudah masa Paskah, umat bisa berbuat semaunya tanpa ada pertobatan. Sikap selalu mawas diri dan juga pertobatan menjadi panggilan hidup bagi umat yang percaya seumur hidupnya.


Rabu Abu sendiri bukan hanya sekedar paham akan arti abu sebagai pertobatan serta rasa penyesalan atas segala dosa yang sudah dilakukan sekaligus menghayatinya dengan melakukan puasa. Akan tetapi, Rabu Abu yang merupakan sebuah pertobatan namun masih saja melakukan dosa, maka itu menandakan jika kita belum memahami dengan baik apa itu arti dari Rabu Abu. Rabu Abu bisa dikatakan sudah benar-benar kita pahami jika melakukan puasa dengan menahan hawa nafsu serta berpantang dan juga tidak berbuat dosa lagi serta semakin peduli dengan sesama, sebagai berikut makannya:

  • Makna Rabu Abu Lewat Abu Sebagai Simbol

Abu menjadi sesuatu hal yang dibenci orang bersih, sebab abu akan mudah menempel dan bertebaran dimanapun yang akan merusak atau mengurangi keindahan. Akan tetapi, deu dan juga abu juga mudah untuk dibersihkan dan kumpulan abu juga mudah terbang berserakan saat terhembus dengan angin. Selain itu, semua yang dibakar menjadi abu maka sudah tidak akan ada artinya lagi. Abu memiliki sifat yang kotor, mudah untuk dipindahkan dan tidak memiliki arti. Akan tetapi, dalam Rabu Abu maka abu mempunyai sebuah arti tersendiri. Selama beberapa abad sebelu Kristus, abu ini juga sudah digunakan sebagai arti pertobatan dan dalam Kitab Kejadian juga disebutkan jika manusia tercipta dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Ini terjadi sebelum Roh Allah dihembuskan pada manusia, sebab tanpa adanya Roh Allah maka manusia tidak akan ada artinya layaknya seperti debu dan tanpa adanya Allah, maka manusia hanya bisa berbuat dosa.

Jika dilihat dari segi teologis, makna dari Rabu Abu sendiri adalah para umat yang percaya mengungkapkan sikap penyesalan serta pertobatan yang didasari dengan kesadaran kefanaan diri serta betapa bergantungnya kita dengan rahmat Kristus. Sedangkan tanda sali dari abu yang ada pada dahi yang diberikan pada perayaan Rabu Abu tidak hanya sebagai tanda saja, namun memiliki maksud yaki memungkinkan setiap individu untuk menghayati makna Rabu Abu meskipun sudah ada penjelasan secara objektifnya. Simbol abu ini selayaknya dijadikan tanda peringatan jika kita adalah manusia yang penuh akan dosa dan sudah membuat Yesus disalibkan karena dosa yang sudah kita perbuat. Karena itulah, umat yang datang ke gereja pada masa Rabu Abu akan diberi tanda salib dengan abu pada bagian dahi sebagai pengingat kita akan ritual Israel Kuno saat seseorang menabur abu di atas kepala atau seluruh bagian tubuh sebagai tanda akan kesedihan, pertobatan dan rasa menyesal yang mendalam. (baca juga: Perbedaan Agama Kristen dan Katolik)

  • Makna Rabu Abu Lewat Puasa

Semenjak hari Rabu Abu sampai hari raya Paskah, maka 40 hari tersebut digunakan umat untuk berpuasa. Angka 40 ini diambil dari 40 hari Yesus melakukan puasa. Karena kita merupakan milik Kristus sepenuhnya, maka seluruh umat juga diajak untuk berusaha memahami makna tersebut. Puasa yang dilakukan ini adalah sikap menyangkal diri dari berbagai hal yang disukai dan umat akan menghindari semua hal tersebut dari mulai masa Rabu Abu sampai Paskah seperti contohnya kebiasaan minum alkohol, merokok, makan berbagai hidangan nikmat dan berbagai kebiasaan buruk seperti iri hati, marah, dendam, malas, nafsu, sombong dan berbagai sikap dan sifat buruk lainnya.

Semua puasa ini dilakukan untuk memperbaharui hidup sebab ciri utama dari pengikut Yesus adalah sikap pertobatan yang dinyatakan lewat pembaharuan hidup. Sedangkan tradisi puasa yang dilakukan Protestan bukan berarti hanya ikut-ikutan semata. Namun memang karena juga digunakan untuk melatih rohani supaya semakin terbuka dalam menghayati perrtobatan sebagai sikap hidup. Pertobatan yang dimaksud adalah kehidupan kita yang semakin baik dan menjadi berkenan di mata Tuhan serta memelihara semua kekudusan hidup. Makna pertobatan sendiri tidak hanya sekedar pembubuhan abu pada bagian dahi dengan membuat tanda salib, namun juga diikuti dengan pertobatan hati. “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu”. Jadi yang dikehendaki oleh Tuhan dalam ibadah puasa adalah “hati yang mau dikoyakkan”. Dengan ini maka kita akan bersungguh-sungguh dalam menyesali semua kesalahan serta dosa dan diajak kembali untuk mengalami kasih serta pengampunan dari Allah yang terjadi dalam setiap kehidupan kita setiap hari. (baca juga: Peran Gereja Dalam Masyarakat)

Artikel terkait:

Pantang dan Berpuasa Rabu Abu

Pantang untuk makan daging ataupun makanan lain dilihat dari yang sudah ditentukan Konferensi para Uskup sudah seharusnya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali jika hari Jumat tersebut termasuk dalam hitungan hari raya. Sementara pantang dan puasa juga harus dilakukan pada hari Rabu Abu serta Jumat Agung untuk memperingati sengsara serta wafat Tuhan kita Yesus Kristus. Pantang ini dilakukan oleh umat yang sudah genap berusia 14 tahun, sementara untuk puasa mengikat semua usia dewasa sampai umur 60 tahun. Setiap orang Katolik sangat wajib untuk berpuasa di hari Rabu Abu dan juga Jumat Agung.

  • Arti Puasa

Puasa dalam umat Kristen berarti hanya makan kenyang sekali dalam sehari dan bisa disesuaikan masing-masing orang seperti kenyang, tidak kenyang dan tidak kenyang atau tidak kenyang, kenyang dan tidak kenyang atau tidak kenyang, tidak kenyang dan kenyang. Sedangkan untuk pantang yang juga wajib dilakukan umat Katolik pada hari Rabu Abu serta setiap hari Jumat sampai Jumat Suci yakni berjumlah 7 kali selama masa Pra Paskah. Yang diwajibkan untuk berpantang adalah semua orang Katolik yang sudah berusia 14 tahun keatas. Pantang ini memiliki arti pantang daging, pantang garam, pantang rokok, pantang gula, pantang hiburan seperti televisi, film dan sebagainya. Oleh karena ringannya berpuasa dan pantang, maka sudah seharusnya puasa dan pantang ini untuk dilaksanakan sebagai bentuk semangat bertobat untuk semua umat beriman meliputi pribadi, keluarga atau kelompok. (baca juga: Makna Kebangkitan Yesus)

  • Arti Pantang dan Puasa

Puasa merupakan tindakan yang dilakukan secara sukarela yakni tidak makan dan minum seluruhnya dalam arti tidak makan atau minum sama sekali atau sebagian atau mengurangi makan atau minum. Jika dilihat dari segi kejiwaan, maka puasa memiliki arti memurnikan hati sehingga lebih muda memusatkan perhatian untuk berdoa. Selain itu, puasa juga merupakan bentuk dari kurban atau persembahan sehingga puasa pantas disebut doa dengan tubuh sebab dengan menjalankan puasa, maka seseorang akan menata kembali hidup serta tingkah laku dalam segi rohaninya. (baca juga: Janji Tuhan Bagi Orang Percaya)

Dengan berpuasa, maka kita akan mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan juga kehendak-Nya. Kita akan mengorbankan segala kesenangan dan keuntungan sesaat dengan penuh rasa syukur atas kelimpahan karunia Tuhan. Dengan ini, maka sifat serakah bisa dikurangi sekaligus mewujudkan penyesalan atas dosa di masa lalu. Dengan berpuasa, maka kita bisa menemukan diri kita yang sebenarnya sehingga bisa membangun pribadi yang selaras, puasa akan membebaskan diri kita dari segala ketergantungan jasmani serta ketidakseimbangan emosi dan semangat serupa juga berlaku pada saat kita sedang berpantang. (baca juga: Tujuan Hidup Orang Kristen)

Artikel terkait:

Perayaan Dalam Hari Rabu Abu

Dalam gereja Katolik, Rabu Abu menjadi hari pertama dari dimulainya masa Pra Paskah yang jika dalam bahasa Inggris disebut denga Lent yakni masa persiapan untuk menyambut hari raya Paskah yakni hari kebangkitan Yesus kristus pada hari Minggu Paskah. Tepatnya, Rabu Abu akan diperingati setiap hari ke-46 sebelum Paskah, sebab Paskah sendiri akan jatuh pada tanggal berbeda di setiap tahunnya begitu juga dengan Rabu Abu. Inilah beberapa perayaan yang sering dilakukan dalam hari raya abu sebagai berikut:


  • Dalam misa Rabu Abu ini, maka abu akan diberikan pada umat dari hasil pembakaran daun palma yang sudah diberkati dan diberikan pada minggu Palma setahun sebelumnya. Gereja Katolik di seluruh dunia juga meminta umat untuk mengembalikan daun palma yang sudah dibawa pulang dan sudah mengering dari perayaan Paskah tahun lalu untuk dibawa kembali ke gereja yang nantinya akan dibakar sampai menjadi abu.
  • Abu ini akan diberkati oleh Pastur dan diperciki dengan air suci dan umat akan maju secara berbaris untuk menerima tanda salib dari abu di bagian dahi. Pastur akan memberikan tanda salib di dahi tersebut sambil berkata “Ingatlah, manusia dari abu kembali menjadi abu, dari debu kembali menjadi debu”.
  • Rabu Abu menjadi hari yang secara khusus diperuntukan bagi kita para pendosa yang ingin kembali ke dalam Gereja dan menyesali atas semua dosa dalam wujud pertobatan. Abu ini akan menjadi pengingat atas semua dosa yang sudah kita perbuat dan umat Katolik sendiri umumnya akan membiarkan abu tersebut tetap berada di dahi sebagai wujud kerendahan hati.

Artikel terkait:

Selain itu, Gereja Katolik juga menekankan tentang pentingnya bentuk penyesalan dari dosa yang dinyatakan dengan cara berpuasa dan pantang makan daging. Untuk semua umat yang berusia diantara 18 sampai 60 tahun akan diminta untuk berpuasa yakni hanya boleh makan malam lengkap tanpa daging atau dengan kata lain makan kenyang satu kali sehari. Sedangkan untuk umat yang sudah berusia lebih dari 14 tahun juga harus menahan diri untuk memakan daging atau makanan lain yang mengandung daging pada hari Rabu Abu. Berpuasa dan pantang sendiri bukanlah menjadi hal sederhana dalam bentuk penyesalan atas semua dosa, akan tetapi juga menjadi persediaan untuk kehidupan spiritual. Dengan masa Pra Paskah, sudah seharusnya memberikan sebuah poin atau arti yang mendalam sebelum akhirnya hari raya Paskah tiba.

Pusat dari ibadah Rabu Abu sendiri adalah Kristus yakni dengan simbol abu, maka kita kembali diingatkan dan disadarkan kembali jika kita sebagai umat sangat membutuhkan penebusan Kristus sebab kita tidak akan bisa menyelamatkan diri kita sendiri karena kefanaan serta dosa-dosa kita. Setiap umat sangat memerlukan belas kasih dan kerahiman dari Allah sebab kita hanyalah debu dan akan kembali menjadi debu.