Misalnya, pohon Natal lengkap dengan ornamennya dan saling memberi hadiah Natal berasal dari tradisi Romawi Kuno. Umat Advent menganggap pohon Natal mewakili berhala, hal yang bertentangan dengan Tuhan (Kel 20:4-5). Yesus Kristus tidak pernah berbuat dosa selama hidupNya dan mengatakan bahwa kita harus menghindari dosa, melakukan hal0hal yang bertentangan dengan keinginan Tuhan (Ibr 12:1-4). Kemudian diperkirakan bahwa Yesus seharusnya lahir 9 bulan sebelum Dia meninggal, yaitu 25 Desember. Umat Kristiani yang lain tetap menganggap Yesus lahir pada tanggal 25 Maret.
Sikap tersebut direfleksikan dalam kebiasaan mereka untuk memenuhi standar selera dan kecantikan umat Kristiani: berpakaian sederhana, tidak memakai perhiasan, dan menghindari hiburan sekuler seperti konser musik, dansa, dan teater sekuler. Kali ini, kita akan membahas mengapa umat Kristen Advent (selanjutnya saya hanya akan menulis Umat Advent) tidak merayakan Natal. Seperti yang sudah kita tahu, umat Advent mengadakan kebaktian pada hari Sabtu. Mereka juga vegetarian, tidak makan daging sama sekali. Di bawah ini akan saya rangkum pendapat-pendapat para Pastor Advent sesuai dengan sejarah dan isi Alkitab tentang umat Advent dan Natal (sebetulnya mereka tidak merayakan Paskah juga), sebagai berikut:
1. Natal dan Pengikut Advent
Para penganut Advent tidak pernah menolak hari Natal. Untuk apa menolak Advent tidak merayakan Natal periode waktu saat umat Kristen mengenang kelahiran Sang Juru Selamat? Tapi, karena perayaan Natal tidak diwajibkan dalam Alkitab, umat Advent tidak menganggap mereka harus merayakan Natal. Mereka hanya mengenal satu hari suci/kudus: Hari Sabat. Dan umat Advent tetap menguduskan hari Sabat sebagai tanda ketaatan pada Sang Pencipta dan Penebus Dunia.
2. Sejarah Hari Natal
Istilah “Christmas” (Natal dalam Bahasa Inggris) diambil dari Bahasa Inggris kuno “Christmesse”, yang artinya “Christ’s mass” (misa Kristus). Dalam Bahasa Latin disebut “Natalis”, dan dalam Bahasa Jerman disebut Weihnachten (Malam Kudus). Sejarah perayaan Kristen ini sampai sekarang belum jelas. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa perayaan kelahiran Yesus mulai diobservasi oleh umat Kristiani sejak abad ke-4 Masehi. Beberapa umat Kristiani menghitung tanggal berdasarkan hari kematian Kristus, tepat tanggal 25 Maret.
Tapi, penjelasan yang umum adalah hari Natal dikaitkan dengan adat Romawi Kuno tentang Sol Invictus (Matahari yang Tak Terkalahkan), lahirnya kembali matahari, yang dirayakan setiap tanggal 25 Desember. Hal ini dapat menjelaskan pentingnya cahaya (biasanya cahaya lilin) selama perayaan kelahiran Yesus, walaupun “cahaya” atau “terang” juga berkaitan dengan Yesus sendiri dalam Alkitab (Luk 1:78, 79). Berdasarkan sejarah tersebut, seringkali disebutkan bahwa umat Kristiani mengambil dan mengadaptasi perayaan pagan (penyembah berhala).
3. Natal dan Umat Advent
Ada 2 fakta yang diakui umat Advent: pertama, mereka tidak tahu mengapa Tuhan, dengan segala kekuasaanNya, memilih untuk tidak meninggalkan catatan hari kelahiran Yesus yang tepat. Kedua, fakta bahwa umat Kristiani merayakan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Para pastor Advent merasa mereka tidak dapat mengubah perayaan Natal tersebut, dan tidak ada alasan untuk mengubahnya.
Usaha yang dilakukan untuk menolak perayaan ini didasarkan pada tidak adanya bukti dalam Alkitab tentang hari Natal, dan kemungkinan berkaitannya dengan perayaan penyembah berhala. Karena itu, umat Advent merasa hal ini lebih baik dikembalikan kepada hati nurani masing-masing. Walaupun begitu, umat Advent mengakui tidak ada salahnya untuk mengkhususkan satu hari untuk bermeditasi dan merefleksikan kelahiran kembali Sang Penyelamat. Pada hari Natal, mereka bisa saja merenungkan misteri kelahiran Tuhan, dimana Anak Tuhan menjadi daging (Yoh 1:14). Sang Pencipta menjadi seorang manusia untuk menyelamatkan kita dari kekuatan dosa dan kematian.
4. Perayaan Natal dan Gaya Hidup Umat Advent
Gereja Advent mempromosikan gaya hidup sehat, mengikuti aturan makanan halal dan haram berdasarkan ayat Alkitab tentang makanan, dan tidak menghambur-hamburkan uang secara berlebihan. Gaya hidup sehat itulah yang menyebabkan umat Advent menjadi vegetarian. Minuman beralkohol tidak diperbolehkan. Kopi, teh, cola dan minuman berkafein lainnya juga harus dibatasi. Selain itu, umat Advent memiliki sikap tersendiri terhadap cara berpakaian dan industri hiburan.
Perayaan Natal, terutama di negara-negara maju, identik dengan pesta-pora semalam suntuk, minum alkohol untuk bersulang, makan berlebihan, dan kecenderungan untuk memakai pakaian dan perhiasan yang berlebihan. Ditambah lagi acara saling memberi hadiah, yang biasanya menjadi ajang saling pamer ”siapa yang memberikan hadiah terbaik / termahal”. Hal ini malah menyebabkan tumbuhnya kebiasaan buruk pada umat Kristiani.
Pertentangan Gaya Hidup Umat Advent
Belum lagi tradisi “Santa Claus” (Sinterklas) yang sebetulnya memang hanyalah legenda, tapi sangat dipercayai anak-anak Kristiani di seluruh dunia. Anak-anak tersebut berusaha untuk bersikap baik sepanjang tahun untuk mendapatkan hadiah dari Sinterklas pada malam Natal. Untuk mewujudkan “fantasi Sinterklas” tersebut, orangtua akan membeli hadiah Natal yang diinginkan anaknya dan meletakkan hadiah tersebut diam-diam di bawah pohon Natal pada malam hari, saat anak-anak tertidur. Orangtua dengan penghasilan pas-pasan bisa merasa sangat terbebani dengan hal ini.
Hal-hal tersebut tentunya bertentangan dengan prinsip gaya hidup umat Advent tidak merayakan Natal, dan ini salah satu alasan mengapa mereka memilih untuk tidak merayakan Natal. Umat Advent juga mengajarkan pada anak-anak bahwa Sinterklas itu hanyalah legenda.
Poin-poin diatas menunjukkan bahwa umat Advent tetap mengakui Natal, tetapi memilih untuk tidak merayakannya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tanggal yang pasti kapan Yesus dilahirkan di Alkitab, dan karena mereka tidak mau mengadakan pesta-pora yang berlebihan pada perayaan Natal.