Hubungan Renaissance Dengan Munculnya Reformasi Gereja Dalam Persebarannya

Abad pertengahan yang dinamai sebagai zaman kegelapan, ditandai dengan kuatnya kekuasaan dan dogma Gereja dalam segala aspek kehidupan masyarakat Eropa. Berakhirnya Perang Salib mengawali dimulainya zaman Renaisans, dimana minat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat. Meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan memunculkan pemikiran-pemikiran baru. Diantaranya pemikiran mengenai perlunya mengurangi kuasa gereja dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan dari reformasi gereja salah satunya agar gereja hanya mengurusi hal rohani saja, tidak mencampuri urusan budaya, ilmu pengetahuan, atau politik.

Sebaliknya, akibat berkurangnya dominasi gereja perkembangan ilmu pengetahuan di eropa pun mengalami kemajuan yang sangat pesat. Renaisans dan reformasi gereja berlangsung dalam waktu  yag beriringan, dan saling mempengaruhi satu sama lain. Berikut ini akan tuhanyesus.org paparkan mengenai hubungan renaissance dengan reformasi gereja.

  1. Renaissance

Secara harafiah, renaisans berarti kelahiran kembali. Zaman tersebut dinamakan demikian, sebab masa itu merupakan masa kebangkitan ilmu pengetahuan dan seni budaya di eropa. Masa dimana bahasa dan budaya klasik Yunani serta Romawi yang selama abad pertengahan dilarang oleh gereja, muncul atau lahir kembali (baca juga: latar belakang reformasi gereja). Serta masa dimana Gereja tidak lagi mempunyai hak untuk mengatur keagamaan seseorang atau melarang peneliti mengembangkan ilmu  pengetahuan yang tidak sejalan dengan ajaran gereja, sehingga ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang begitu pesat.

Renaissance berlangsung sejak akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Reneisans dimulai dari Italia, dan dicetuskan oleh kelompok Humanis, yaitu orang orang yang memiliki pengetahuan dan pemikiran budaya klasik. Dalam ilmu pengetahuan, terdapat beberapa tokoh yang mengambil peranan penting terhadap kemajuan iptekdi eropa pada masa itu. Misalnya dalam bidang astronomi: Nicolaus Copernicus, Galileo Galilie, dan Johannes Keppler; dalam bidang kesehatan: Andreas Vesalius; dalam bidang seni: Leonardo da Vinci, Michaelangelo, Filippo lipi, Angelico, Gibherti dan Robbias Della; dan dalam bidang Filsuf: Plato dan Aristoteles.

  1. Reformasi Gereja

Reformasi gereja dimulai di Jerman, pada tahun 1512 saat Marthin Luther memaparkan 95 thesis mengenai Gereja Katolik, serta tuntutan agar terjadi perubahan dalam kehidupan Gereja. Pengertian reformasi gereja merupakan upaya perbaikan serta pengembalian kepada ajaran-ajaran gereja yang benar dan lurus, sebab pada masa itu Gereja dianggap terlalu jauh mencampuri kehidupan masyarakat. Terdapat banyak penyimpangan yang dilakukan gereja, seperti:

  • Paus memiliki kekuasaan ganda, yaitu sebagai kepala gereja (agama) sekalugus juga kepala negara (politik).
  • Para pemimpin gereja melakukan ‘tekanan’ kepada rakyar yang kritis terhadap ajaran gereja. Bahkan ilmuwan yang dianggap tidak sejalan dengan ajaran gerej dapat dihukum mati.
  • Cara hidup biarawan tidak lazim. Mulai dari melakukan perbuatan amoral, hingga memiliki usaha untuk mengumpulkan harta benda.
  • Penjualan surat penghapusan dosa (indulgensia) kepada jemaat..

Dalam perkembangannya, sejarah reformasi gereja memunculkan beberapa tokoh reformator yang mendapatkan tentangan dari gereja dalam mengembangkan ide-idenya. Tokoh reformasi gereja tersebut yaitu: Martin Luther, Johannes Calvin, Erasmus Desiderius, Zwingli, John Knox, serta John Wycliff.

  1. Hubungan Renaissance dengan Reformasi Gereja

Seperti dijelaskan sebelummnya, Reneissance dengan reformasi gereja berjalan beriringan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dimulainya zaman reneissance memunculkan beberapa perubahan yang mendorong terjadinya reformasi gereja (baca juga: pengaruh reformasi terhadap gereja). Faktor yang mendorong perubahan tersebut antara lain persebaran pemikiran baru serta penemuan mesin cetak.

Pada zaman renaissance, kalangan terpelajar di eropa mulai terbuka dan memiliki minat terhadap pemikiran dari Yunani kuno, Timur Tengah, serta aliran-aliran baru seperti humanisme.  Meningkatnya minat tersebut, menyebabkan masuknya pemikiran-pemikiran dan cara pandang baru, yang berbeda dengan yang ajarkan Gereja selama abad pertengahan.

Ditambah penemuan teknologi baru seperti mesin cetak pada tahun 1450, membuat penggandaan serta persebaran buku-buku ilmiah maupun keagamaan termasuk buku-buku filosofi Yunani kuno, Timur Tengah serta Humanisme semakin mudah dilakukan. Alkitab serta terjemahannya pun menjadi lebih mudah di dapatkan oleh biarawan maupun masyarakat umum, sehingga masyarakat dapat mempelajari sendiri ajaran agama nasrani tanpa tergantung pada penafsiran dari para pemimpin gereja.