3 Karakter Yusuf Dalam Alkitab dan Imannya

Dalam Alkitab seringkali kita temui nama tokoh-tokoh Alkitab yang terdengar asing bagi kita. Namun, ada pula beberapa nama yang cukup familiar seperti Yohanes, Maria, Thomas, Yusuf, dll. Nama Yusuf sendiri dapat kita jumpai pada beberapa tokoh yang berbeda-beda dalam Alkitab. Bahkan, dalam silsilah Yesus sendiri dalam Lukas 3:23-38 kita dapat menemukan beberapa nama Yusuf pada leluhur-leluhur Yusuf, suami Maria ibu Yesus.

Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari lebih jauh mengenai tiga karakter Yusuf yang terkenal dalam Alkitab, yaitu Yusuf ayah Yesus (secara hukum), Yusuf dari Arimatea, dan Yusuf anak Yakub atau Israel.

  • Yusuf Suami Maria Ibu Yesus

Kita sebagai umat Kristen percaya bahwa Yesus dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh anak dara. Dengan kata lain, Yesus tidak memiliki ayah biologis. Namun, Yusuf telah ditunjuk sebagai suami dari Maria, ibu Yesus, sehingga Yusuf pun kemudian menjadi ayah dari Yesus. Alkitab mencatat bahwa Yusuf merupakan salah satu keturunan dari Raja Daud sehingga dari dialah Yesus dapat disebut sebagai Anak Daud (Mat. 1:1-17).

Tidak banyak hal yang dapat kita ketahui mengenai Yusuf. Namun, dalam beberapa catatan peristiwa di Alkitab mulai dari berita mengandungnya Maria sampai sebelum Yesus memulai pelayanan-Nya di bumi, kita dapat memetik beberapa hal mengenai karakter Yusuf ini. Salah satunya adalah bahwa Yusuf adalah orang yang tulus hatinya (Mat. 1:19) dan bermaksud memutuskan pertunangannya dengan Maria secara diam-diam agar tidak mencemarkan nama Maria. Alkitab King James Version dalam ayat yang sama mencatat bahwa Yusuf adalah “a just man”, yang berarti ia adalah orang yang adil.

Dalam perkembangannya kita dapat melihat bahwa Yusuf tetap patuh pada berbagai perintah Tuhan. Ia tidak menceraikan Maria namun menikahinya dan menamai bayi Maria dengan nama Yesus, sesuai perintah yang disampaikan malaikat Tuhan padanya. Ia kemudian juga bersedia lari dan tinggal untuk sementara waktu di Mesir demi menyembunyikan Yesus agar tidak dibunuh oleh Herodes (Mat. 2:13-15).

Bahkan ayat tersebut mengatakan bahwa Yusuf tidak menunda-nunda dalam melakukan perintah Tuhan untuk lari ke Mesir. Sebaliknya, segera setelah ia menerima perintah itu dalam mimpi, ia bangun dan malam itu juga membawa Maria dan Yesus ke Mesir. Kemudian setelah Herodes mati, Yusuf kembali patuh pada perintah Tuhan, hanya saja kali ini untuk kembali ke Israel karena mereka yang ingin membunuh Yesus sudah mati.

Dalam Lukas 2:21-40 kita dapati bahwa Yusuf adalah seorang yang patuh pada hukum Taurat. Ia membawa Yesus untuk disunat sesuai hukum dalam bangsa Israel. Dari kebencian orang-orang Farisi yang berpegang pada hukum Taurat kita dapat menyimpulkan pada umumnya mereka yang menuruti hukum Taurat tidak mau menerima Yesus sebagai Mesias (baca juga: Perbedaan Hukum Taurat dan Injil). Namun, kepatuhannya pada berbagai perintah Tuhan yang ia dapat dalam mimpi mengenai Yesus menunjukkan keterbukaan hatinya hingga ia mau menerima perkataan malaikat bahwa Yesuslah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat 1:21).

  • Yusuf dari Arimatea

Kisah Yusuf dari Arimatea dalam Alkitab sangatlah singkat. Namun, dari apa yang tercatat dalam Alkitab, kita dapat menyimpulkan bahwa ia adalah salah seorang Majelis Besar yang terkemuka yang kemudian percaya pada Yesus (Mrk 15:43, Yoh. 19:38-42). Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, orang Yahudi pada umumnya berpegang pada hukum Taurat dan tidak menerima bahwa Yesus adalah Mesias.

Terlebih lagi jika ia seorang majelis terkemuka. Maka wajar jika Yusuf menjadi murid Yesus secara diam-diam karena takut pada pemuka agama Yahudi lainnya. Namun, sebagai seseorang yang mengikut Yesus dan telah melihat keteladanan Yesus Kristus ia akhirnya memberanikan diri meminta izin dari Pilatus untuk menguburkan Yesus dalam kubur yang baru.

  • Yusuf Anak Yakub

Kisah Yusuf anak Yakub dalam Alkitab adalah yang terlengkap dibandingkan kisah Yusuf yang lain. Yakub memiliki dua orang istri kakak beradik yaitu Lea dan Rahel. Dalam kitab Kejadian dapat kita temukan bahwa Rahel lebih dikasihi oleh Yakub. Rahel inilah yang melahirkan Yusuf bagi Yakub. Dalam kisah-kisah selanjutnya pun ternyata dapat kita temukan bahwa Yusuf, anak dari Rahel ini pula yang paling dikasihi oleh Yakub.


Kisah Yusuf secara lebih rinci kemudian dimulai dengan pengenalan bahwa Yusuf biasa menggembalakan kambing domba dengan saudara-saudaranya. Yakub sangat mengasihi Yusuf karena Yusuf ialah anak yang lahir pada masa tuanya. Karena itu pula Yakub membuatkan jubah yang maha indah untuk Yusuf. Hal ini membuat saudara-saudaranya merasa bahwa ayah mereka pilih kasih terhadap Yusuf sehingga mereka membencinya dan tidak mau bersikap ramah kepada Yusuf.

Keadaan kemudian diperparah ketika Yusuf menceritakan dua mimpinya pada saudara-saudaranya. Inti dari kedua mimpinya adalah bahwa saudara-saudara Yusuf sujud menyembah pada Yusuf. Bahkan, dalam mimpi keduanya, ayah dan ibu mereka pun juga turut menyembah Yusuf. Mendengar cerita mimpi tersebut, saudara-saudara Yusuf pun marah dan menuduh bahwa Yusuf ingin berkuasa atas mereka, bahkan Yakub sendiri pun menegur Yusuf.

Pada suatu hari setelah kejadian kedua mimpi tersebut, saudara-saudara Yusuf pergi menggembalakan kambing domba tanpa Yusuf. Yakub kemudian menyuruh Yusuf untuk menyusul dan melihat keadaan mereka. Selagi Yusuf masih jauh, saudara-saudaranya sudah melihatnya. Rasa iri dan benci mereka membuat mereka ingin membunuh Yusuf si “tukang mimpi” (Kej. 37:19). Mereka berencana untuk membunuhnya dan menutupinya dengan mengatakan bahwa Yusuf diterkam binatang buas. Mereka pikir tentunya membunuh Yusuf secara otomatis juga akan menghancurkan mimpinya.

Untungnya, salah seorang kakak Yakub yang bernama Ruben mencegah rencana pembunuhan itu. Ia mengusulkan agar mereka melemparkan Yusuf ke sumur kering. Ia sendiri berencana untuk kemudian membawa Yusuf kembali dengan selamat. Namun kemudian datanglah orang Ismael yang sedang dalam perjalanan menuju Mesir.

Tanpa sepengetahuan Ruben, saudara-saudaranya menjual Yusuf kepada orang itu dan Yusuf pun kemudian dijual untuk menjadi budak Potifar, kepala pengawal raja Firaun. Jubah maha indah Yusuf yang sudah diambil lebih dulu oleh saudara-saudaranya pun dicelupkan ke dalam darah kambing dan ditunjukkan pada Yakub sebagai bukti bahwa Yusuf mati diterkam binatang buas.

Sementara itu, di balik keadaan yang terlihat buruk, arti nama Yusuf tampaknya tetap menjadi kenyataan dalam hidupnya. Yusuf yang dalam bahasa Ibrani artinya ditambahkan atau seperti bonus, walaupun dari anak tersayang tiba-tiba menjadi budak, tetap mendapat penyertaan Tuhan sehingga ia selalu berhasil dalam pekerjaannya.

Begitu pula halnya dengan pekerjaan yang dilakukannya di rumah Potifar. Potifar dapat melihat bahwa Yusuf disertai Tuhan dan segala yang dikerjakannya berhasil sehingga Yusuf bukan lagi hanya budak biasa namun diberi kuasa atas rumah dan segala miliknya. Kita tidak tahu berapa lama waktu yang harus dilalui Yusuf dari pertama kali bekerja pada Potifar hingga akhirnya diberi kuasa atas rumahnya.

Jika kita renungkan, kemungkinan Yusuf harus mengerjakan berbagai pekerjaan terlebih dahulu sebelum akhirnya Potifar dapat menyimpulkan bahwa Yusuf memang disertai oleh Tuhan. Dari episode kehidupan Yusuf di rumah Potifar ini saja kita dapat belajar mengenai kesabaran, kerja keras, dan tentunya penyerahan diri kepada Tuhan (baca juga: Ayat Alkitab Tentang Kesabaran).

Namun ternyata perjuangan Yusuf tidak berhenti di situ. Alkitab mencatat bahwa Yusuf memiliki perilaku manis dan paras yang elok. Melihat hal ini, istri Potifar lama-kelamaan naksir Yusuf sampai ingin tidur dengannya. Ia terus menggoda Yusuf namun tanpa ada hasil. Yusuf terus menolaknya, hingga akhirnya suatu kali istri Potifar mengambil kesempatan ketika di rumahnya hanya ada Yusuf dan ia sendiri.

Ia menangkap baju Yusuf tetapi Yusuf melepaskan bajunya dan lari keluar menjauhinya. Setelah Potifar pulang, istrinya pun memfitnah Yusuf dengan berkata bahwa Yusuflah yang menggodanya lebih dulu kemudian melarikan diri setelah ia berteriak-teriak dengan keras. Potifar yang marah mendengarnya kemudian menjebloskan Yusuf ke dalam penjara.

Setelah itu, suatu hari juru minuman dan juru roti Firaun membuat kesalahan hingga mereka dijebloskan ke penjara yang sama dengan Yusuf. Suatu kali juru minuman dan juru roti itu bermimpi namun tidak dapat memahami arti mimpi mereka. Mereka kemudian menceritakan mimpi mereka pada Yusuf dan ia mengartikannya untuk mereka. Dalam tiga hari, juru minuman akan dipulihkan statusnya oleh Firaun sedangkan juru roti dihukum mati. Sebagai tanda terima kasih, Yusuf meminta juru minuman itu untuk mengingatnya dan menceritakan kisahnya pada Firaun agar Yusuf pun dapat bebas (Kej. 40:14-15).

Jika sebelumnya kita tidak tahu apa yang Yusuf pikirkan mengenai kejadian-kejadian yang menimpanya, baru di ayat itulah kita dapat mengetahui bahwa Yusuf sebenarnya juga merasa bahwa kejadian buruk yang menimpanya tidaklah adil. Melalui masalahnya dengan sabar bukan berarti ia menerimanya dengan buta tanpa dapat menilai ketidakadilan yang menimpanya.

Walau demikian, kenyataan bahwa Tuhan tetap menyertai Yusuf dan membuat segala yang dikerjakannya berhasil menunjukkan bahwa Tuhan tidak meninggalkan Yusuf. Walaupun Yusuf bisa saja menyalahkan Tuhan atas ketidakadilan itu, namun Yusuf tetap mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Berkat hal itu kesabaran dan ketekunan Yusuf pun akhirnya terbayar.

Dua tahun setelah Yusuf mengartikan juru minuman dan juru minuman itu bebas, Firaun bermimpi dan tidak ada seorang pun yang dapat mengartikannya. Saat itu barulah juru minuman itu teringat akan Yusuf dan menceritakan kemampuan Yusuf dalam mengartikan mimpinya dulu. Kemudian Yusuf dipanggil untuk mengartikan mimpi Firaun. Dengan rendah hati dan bijaksana Yusuf berkata bahwa kemampuan mengartikan mimpi itu hanya dari Tuhan.


Ia kemudian memberi tahu Firaun arti mimpinya dan menyarankan agar Firaun mencari orang yang bijak untuk mengatur agar Mesir punya persediaan makanan selama tujuh tahun kelaparan yang akan datang setelah tujuh tahun berkelimpahan. Yusuf sendirilah yang kemudian ditunjuk oleh Firaun untuk mengatur hal itu, bahkan diberi kuasa atas seluruh tanah Mesir.

Mimpi Firaun pun menjadi kenyataan dan Yusuf telah mengatur sedemikian rupa sehingga dalam tahun-tahun kelaparan Mesir tetap mempunyai persediaan makanan yang melimpah. Seluruh bumi pun datang ke Mesir untuk membeli gandum karena dahsyatnya masa kelaparan itu, termasuk saudara-saudara Yusuf. Ketika Yusuf pertama kali melihat mereka lagi, Yusuf pura-pura tidak mengenal mereka.

Singkat cerita, setelah saudara-saudara Yusuf datang kedua kali ke Mesir untuk membeli gandum, Yusuf akhirnya memperkenalkan diri kepada mereka. Ia berkata bahwa ia tidak menyimpan dendam pada mereka, namun justru perbuatan mereka merupakan rancangan Tuhan sehingga Yusuf dapat mengatur sedemikian rupa supaya hidup mereka terpelihara dalam masa yang sulit. Pada akhirnya, Yusuf dapat berkumpul kembali dengan ayah dan saudara-saudaranya (baca juga: Ayat Alkitab Tentang Masa Depan).

Demikianlah kisah-kisah dari tiga karakter Yusuf yang terkenal dalam Alkitab. Dari mereka kita dapat belajar mengenai ketabahan, ketekunan, dan yang paling utama, mengenai pengenalan akan Tuhan Yesus. Sebab, Yusuf dari Arimatea yang adalah salah seorang pemuka agama Yahudi juga dapat diubahkan hatinya setelah ia mengenal Yesus. Oleh karena itu, baiklah kita juga memperdalam pengenalan kita akan karakter Kristus dan niscaya Tuhan Yesus akan memberikan kekuatan, hikmat dan penghiburan bagi kita.