7 Tantangan Gereja Masa Kini dan Cara Mengatasinya

Jelasnya, tantangan zaman postmodern semakin besar di depan mata kita. Adakah tempat bagi pandangan Alkitabiah terhadap zaman postmodern? Apakah kita memiliki keyakinan dan nilai-nilai mereka dengan menjawab tanggapan logis terhadap berbagai tantangan gereja masa Kini dan cara mengatasinya ? (Baca juga: Pandangan Iman Kristen Terhadap Gaya Hidup Modern)

Tantangan Gereja Advent saat ini

Secara garis besar ada 3 tantangan paling kritis yang harus dihadapi pemuda – pemudi Kristen Advent adalah sebagai berikut: (Baca juga: Kristen Advent)

  1. Tantangan secara eksternal

Adanya zaman postmodern pada era baru yang memunculkan moralitas baru dengan standar pribadi, seperti LGBT, homoseksual dan poligami. Standar pribadi tersebut telah menjadi agama baru menggantikan kekristenan. Hal ini bertentangan dengan rancangan Tuhan dalam penciptaan Manusia (Kejadian 2:18). (Baca juga: Poligami Menurut Alkitab)

Isu-isu radikalisme agama, seperti propaganda, terorisme dan berbagai gerakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tega bertindak ekstrim. Hal ini seolah-olah menyudutkan setiap gereja. Tidak hanya itu, hal ini juga memunculkan gejala intoleransi dan fanatisme agama serta ekslusivisme yang berlebihan dalam hubungan sosial keagamaan di masyarakat. Saat ini, banyak pemuda – pemudi Kristen mudah terjebak pada kesesatan informasi, provokasi, dan berita palsu yang menjadi viral di media sosial. Sehingga mereka dapat menjadi sasaran utama rekrutmen kelompok radikal yang mengembangkan jaringan, sebagai berikut:

  • Maraknya berbagai ajaran sesat dan bidat yang memiliki aliran-aliran sesat, seperti Gnostik, Mormonisme, Christian Science, Saksi Yehova dan sebagainya. Hal ini bertentangan dengan peringatan Yesus terhadap murid-muridNya (Matius 24:3-14; 1 Timotius 1:3; Roma 16:17). (Baca juga: Kafir Menurut Kristen)
  • Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen dianggap sebagai antisosial dan penyebab kerusuhan. Seperti yang dikisahkan tentang penganaiyaan terhadap Stefanus (martir Kristen) dan sejumlah jemaat Yerusalem (Kisah Para Rasul 7:54-8:3). (Baca juga: HAM Menurut Iman Kristen)
  • Manusia yang semakin pandai dan hidup merasa seakan-akan tidak lagi membutuhkan Tuhan. Hal ini bertentangan dengan kehendak Allah (Roma 12:16 “tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”).
  • Kehampaan hidup seringkali terjadi, meski diisi dengan berbagai kecanggihan peradaban dunia. Contohnya adalah banyak gereja mencerminkan dunia dengan secara pragmatis menghalalkan segala cara. Hal tersebut bertentangan dengan jemaat di Sardis telah menjaga reputasi mereka dengan cara kompromi (Wahyu 3:4-6). (Baca juga:  Mujizat Tuhan Yesus)
  1. Tantangan secara internal

Perpecahan gereja karena masalah uang, beda penafsiran, perbedaan kepentingan kelompok dan sebagainya (1 Korintus 3: 3). Perpecahan harus terjadi untuk melihat siapakah yang tahan uji. Tetapi, jangan sampai kitalah yang menjadi sumber perpecahan itu. Kita harus ingat sebenarnya Yesus tidak menghendaki perpecahan (Matius 12:25). (Baca juga: Janji Tuhan Yesus Bagi Orang Percaya)

  1. Tantangan Individualisme

Manusia super sibuk dengan dunianya masing-masing. Contohnya adalah generasi millennial sering bergantung pada alat gadget tercanggih. Sehingga gadget sudah menjadi alats ‘berhala’ model baru. Terlihat dari setiap jemaat jarang membawa printed bible sebab Alkitabnya sudah menjadi digital bible di HP atau Ipad. Bahkan lebih menyedihkan selama kebaktian berlangsung, mereka tetap bermain media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan sebagainya. Inilah permulaan hedonisme dan materialisme yang sering dilakukan oleh orang Kristen (Yakobus 4:1 – 5:6; 1 Yohanes 2 : 15-17). (Baca juga: Pandangan Kristen tentang Perceraian)

Tidak ada kasih persaudaraan yang mempengaruhi persaingan individu bahkan antar bangsa. Contohnya adalah perzinahan dan perceraian. Banyak yang tidak peduli terhadap sesama dan tidak berkomitmen untuk memprioritaskan Alkitab sebagai pedoman utama dalam hidup mereka. (Baca juga: Perzinahan Menurut Alkitab)


Artikel terkait:

Kita sebagai anak Tuhan harus melakukan transformasi hati yang sesuai dengan pandangan John Stott yang berisi “The heart of human problem is the problem of the human heart”. Caranya untuk melakukan transformasi hati, diantaranya:

  1. Perlu kerelaan hati untuk kembali dibentuk oleh Tuhan walaupun prosesnya tidak mudah. Kita perlu berdiam diri di hadapan Tuhan untuk meminta Tuhan mengubah hati kita. Meskipun kita sebagai gereja memiliki cacatnya, namun kita akan dibentuk kembali oleh Roh Kudus  pada saat kita datang kepada Tuhan. Harus mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (Roma 14:19). (Baca juga: Etika Kristen)
  2. Memberitakan Injil kepada siapa saja yang belum percaya. Memberitakan Injl adalah sebuah keharusan dan kewajiban bagi orang percaya untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk kemegahan diri (1 Korintus 9:16) supaya kita bisa mengerti maksud dan rencana Tuhan (Matius 28: 19). (Baca juga: Hukum Taurat)
  3. Harus bersatu dan sehati sepikir dengan pelayan – pelayan yang lain (1 Korintus 1:10-17; 1 Korintus 3:9). Tetapi pergunakanlah karunia yang ada pada kita untuk membangun tubuh kristus. Untuk membangun jemaat, kita adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah kepalanya (1 Korintus 12:27; Efesus 5:30; 2 Timotius 2:24). (Baca juga: Cara Masuk Kisten)

  4. Gereja harus tidak pernah bosan untuk terus mengingatkan jemaatnya dimana setiap manuasi harus berperilaku yang benar atas gadget, yaitu secara regular dan indah jika kita menyingkirkan gadget dan berkomunikasi verbal dengan keluarga kita di rumah atau dengan sesama di tempat lain. (Baca juga: Bertobat Orang Kristen)

Walaupun kesulitan dan tantangan yang sering dihadapi, kita harus tetap setia menjalankan perintah-Nya dengan memiliki hati yang peka terhadap sesama dan memiliki jiwa yang tulus agar siapa saja ingin bertobat dan diselamatkan kemudian mendapatkan keselamatan, yang merupakan anugerah Tuhan (Yohanes 3:16; 1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9).

Artikel lainnya:

Intinya, kita harus mempresentasikan dan memodelkan cara berpikir tentang tantangan gereja masa Kini dan cara mengatasinya tersebut dengan memperjelas budaya mereka bahwa iman Kristen (Roma 15:6; 1 Yohanes 5:4-5) harus relevan dengan semua pertanyaan atas tantangan tersebut. Semoga artikel tantangan gereja masa Kini dan cara mengatasinya bermanfaat.