Tuguran Kamis Putih: Makna dan Aturannya

Setiap tahunnya kita mengenal dua perayaan besar dalam agama Kristen yaitu Paskah dan Natal. Keduanya tidak pernah berdiri sendirian. Misalnya saja perayaan Natal. Gereja umumnya mengadakan perayaan Natal berangkai, mulai dari minggu advent, minggu palma, malam Natal, hari Natal itu sendiri, sampai perayaan tahun baru. Semuanya berlangsung secara berangkaian sesuai dengan rangkaian kisah lahirnya Yesus dalam Alkitab.

Rangkaian perayaan tidak hanya berlaku dalam perayaan Natal. Paskah pun memiliki rangkaiannya tersendiri yang menceritakan bagaimana Yesus menggenapi janji keselamatan dalam Alkitab. Rangkaian Paskah dimulai dari Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, hari Paskah itu sendiri, sampai hari Pentakosta. Semua dilakukan secara berangkaian oleh gereja meski ada beberapa gereja yang tidak mengikutsertakan Sabtu Sunyi dalam rangkaian Paskah. Namun, pada gereja Katolik, Kamis Putih juga memiliki rangkaiannya sendiri. Salah satu yang dilakukan dalam rangkaiannya adalah tuguran Kamis Putih. Tuguran Kamis Putih biasanya dilakukan setelah rangkaian misa Kamis Putih pada gereja yang paling malam.

Makna Tuguran Kamis Putih

Rangkaian Paskah dimulai dari peristiwa Rabu Abu sampai Pentakosta. Di tengah rangkaian tersebut, terdapat perayaan Kamis Putih. Kamis Putih merupakan hari yang mengawali pekan suci Paskah. Kamis Putih merupakan momen bagi umat Katolik untuk mengingat kembali perjamuan malam terakhir yang dilakukan Yesus dan para murid-murid-Nya. Setelah Kamis Putih, kita merayakan Jumat Agung. Makna Jumat Agung untuk umat Katolik adalah mengingat bagaimana Yesus ditangkap lalu disalibkan.

Jika kita melihat rangkaian kisah Paskah dalam Alkitab, ada satu peristiwa lagi di antara perjamuan terakhir dan penangkapan Yesus. Peristiwa tersebut terjadi di taman Getsemani. Setelah perjamuan terakhir, Yesus dan para murid-Nya pergi dan sampai di Getsemani. Yesus kemudian mengajak tiga murid-Nya yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes lalu meninggalkan yang lainnya. Ketiga murid-Nya ini diminta untuk berjaga-jaga sementara Yesus pergi menyendiri untuk berdoa. Dikisahkan bahwa Yesus berdoa agar cawan itu lalu dari pada-Nya jika memang Allah menghendaki. Namun, Yesus kembali menyerahkan segala keputusan ke dalam tangan Allah sesuai ayat Alkitab tentang berserah. Yesus sempat menengok sebentar ke para murid-Nya dan mereka didapati sedang tertidur.

Peristiwa di taman Getsemani ini lah yang kemudian diperingati dalam tuguran Kamis Putih. Tuguran Kamis Putih mengajak kita untuk menjadi para murid yang diundang Yesus untuk terus berjaga-jaga dalam doa. Ingatlah perintah Yesus kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes.

Markus 14:38 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Oleh karena itu, saat tuguran Kamis Putih, umat Katolik akan diundang untuk mengheningkan diri. Umat diajak untuk tetap diam, tetapi terus berjaga-jaga dalam doa. Inilah pesan penting yang ingin disampaikan dalam tuguran Kamis Putih. Jemaat diajak untuk belajar terus berjaga-jaga dalam doa, dalam keheningan, agar tidak jatuh dalam pencobaan sebagai bentuk penyembahan yang benar menurut Alkitab.

Aturan Tuguran Kamis Putih

Meskipun dilakukan dalam keheningan, tuguran Kamis Putih tidak dilakukan secara sembarangan. Berikut beberapa aturan tuguran Kamis Putih.

  1. Tuguran Kamis Putih dilakukan setelah melaksanakan ekaristi Kamis Putih.
  2. Tuguran Kamis Putih dilaksanakan di depan Sakramen Mahakudus yang berada di luar tabernakel yang berada di gereja.
  3. Tuguran Kamis Putih umumnya dilaksanakan selama kurang lebih 1 jam.
  4. Tuguran Kamis Putih dilaksanakan berdasarkan Tata Upacara Para Uskup yang dikeluarkan Vatikan pasal 308-311.

“Saat dinyanyikan Tantum ergo …, berlutut, mendupai Sakramen Mahakudus. … Setelah adorasi dalam keheningan selama beberapa saat, semuanya berdiri, berlutut dengan satu kaki kanan ditekkuk, dan kembali ke sakristi. … Umat beriman hendaknya didorong untuk melanjutkan adorasi (dalam keheningan) di depan Sakramen Mahakudus selama beberapa waktu di malam hari itu, sesuai kondisi setempat, namun jangan ada lagi adorasi agung setelah tengah malam.”


  1. Tuguran Kamis Putih juga dilaksanakan sesuai Sirkuler Kongregasi Ibadat Ilahi tentang Persiapan dan Perayaan Pesta Paskah (Feb 1988).

“… bila diinginkan dapat dibacakan bagian-bagian Injil Yohanes 13-17.”

Salah satu hal yang penting untuk diingat adalah menjaga keheningan selama tuguran Kamis Putih. Oleh karena itu, sebelum memulai tuguran Kamis Putih, penting untuk kita terlebih dahulu membaca ayat Alkitab untuk menenangkan hati dan pikiran. Namun, saat ini, banyak gereja yang menyanyikan puji-pujian dalam melakukan tuguran Kamis Putih, lalu juga memanjatkan doa bersama-sama. Padahal, berdasarkan aturannya, hal ini tidak perlu dilakukan. Selain keheningan, umat hanya dapat mendengarkan injil Yohanes 13-17, itu pun hanya bila diinginkan. Injil bukannya dibaca sendiri oleh umat Katolik, tetapi dibacakan secara searah oleh Uskup sesuai cara memimpin ibadah Kristen. Umat hanya mendengarkan dan meresapi pesan injil yang disampaikan.

Itulah berbagai penjelasan tentang tuguran Kamis Putih. Banyak umat Katolik yang melupakan prosesi perayaan tuguran Kamis Putih ini. Padahal, tuguran Kamis Putih bukanlah sekedar selebrasi. Ada pesan penting yang ingin disampaikan agar kita dapat terus berjaga-jaga dalam doa. Keheningan saat melakukan tuguran Kamis Putih pun dapat membantu kita untuk lebih dalam lagi membangun relasi dengan Tuhan. Keheningan pun dapat membantu kita untuk terus merenungkan diri kita sesuai ayat Alkitab tentang evaluasi diri. Kiranya, setelah membaca artikel ini, kita mulai memiliki kerinduan untuk ikut menghadiri tuguran Kamis Putih dan mengikutinya dengan sungguh-sungguh. Segala kemuliaan bagi nama Tuhan. Tuhan memberkati.