3 Ayat Alkitab Tentang Penghinaan dan Cara Menghadapinya

Akhir-akhir ini istilah bullying semakin sering kita dengar baik melalui berita maupun dalam obrolan sehari-hari. Bullying berarti tindakan menganggu, menyiksa, atau merendahkan orang lain yang dapat berlangsung baik secara fisik maupun psikis, contohnya melalui ejekan atau hinaan. Kita sendiri tentunya pernah merasa sakit, marah, atau kecewa akibat ejekan yang dilontarkan pada kita, bukan?

Terkadang mungkin kita merasa ingin atau bahkan telah membalas ejekan atau hinaan tersebut entah sekedar untuk membela diri ataupun untuk balik menyakiti perasaan orang yang menghina kita. Namun, apakah hal ini baik dilakukan? Sikap seperti apa yang seharusnya kita terapkan dalam hal penghinaan, baik sebagai penerima maupun pelaku?

Agar dapat menjawab pertanyaan tersebut, dalam kesempatan kali ini kita akan melihat beberapa ayat Alkitab mengenai penghinaan dan menarik pelajaran dari firman Tuhan.

  • Menghina adalah perbuatan jahat

Amsal 11:2:

“Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.”

Amsal 18:3:

“Bila kefasikan datang, datanglah juga penghinaan dan cela disertai cemooh.”

Dari kedua ayat ini kita ketahui bahwa melontarkan cemooh atau hinaan bukanlah tindakan yang mencerminkan hikmat atau kebijaksanaan. Sebaliknya, perilaku tersebut mencerminkan perilaku orang fasik, atau dalam Alkitab King James Version dikatakan sebagai “wicked” atau jahat. Padahal, dalam Alkitab khususnya dalam Amsal seringkali kita temukan perintah untuk menjauhi kejahatan dan mencari hikmat karena hikmat lebih berharga daripada emas dan perak. Jika kita senang merenungkan firman Tuhan yang penuh hikmat, sikap dan sifat kita pun akan lebih terjaga (Ams. 4:5-6), termasuk dalam hal tidak menghina orang lain baik secara langsung di hadapan orang itu maupun di belakangnya. Baca juga : Ayat Alkitab Tentang Merendahkan Diri.

  • Mengampuni orang yang menghina kita dan mengikuti Kristus

2 Petrus 3:3:

“Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.”

Jika dalam poin pertama tadi kita menyimpulkan bahwa menghina adalah perbuatan jahat, dari ayat ini semakin dipertegas bahwa menghina atau mengejek adalah tindakan menuruti hawa nafsu. Sekilas mungkin terdengar tidak masuk akal: apa hubungannya menghina dengan menuruti hawa nafsu?

Di sinilah perlu kita pahami bahwa nafsu tidak melulu berkaitan dengan hal fisik seperti mengenai makanan, seks, dll, namun berkaitan dengan segala kedagingan kita termasuk perasaan iri hati, kebencian, tidak dapat mengendalikan diri, dsb. Sayangnya, hal-hal ini dapat kita temukan juga dalam diri umat Kristen karena bagaimanapun juga kita adalah manusia yang tidak sempurna dan masih hidup di dunia ini. Namun, sebagai umat Kristen yang merindukan pengenalan akan Kristus kita memiliki pimpinan Roh Kudus dalam hidup kita untuk menghindarkan kita dari memenuhi nafsu duniawi.

Keberadaan Roh Kudus dalam diri kita inilah yang menjadi faktor pembeda bagi orang percaya. Orang yang hidup sesuai pimpinan Roh Kudus akan gemar membaca, mendengarkan, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan sedangkan orang lain mungkin akan mengejek atau merendahkan cara hidup kita yang mengikuti pimpinan Roh Kudus. Dalam perjalanan mengikuti Kristus kita mungkin harus melalui banyak pencobaan dari dunia seperti berbagai penghinaan yang membuat kita meragukan janji Tuhan bagi orang percaya. Walau demikian, kita tidak perlu khawatir karena Tuhan sudah berjanji dalam Matius 19:29 bahwa jika kita mengorbankan harta duniawi kita (dalam hal ini termasuk penghormatan dari orang lain) dan mau mengampuni orang yang menyakiti kita maka sebagai gantinya kita mendapatkan bukan hanya keselamatan rohani (hidup kekal) namun juga seratus kali lipat ganti secara kuantitatif (materi) maupun kualitatif (penghormatan, damai sejahtera) dari apa yang kita tinggalkan untuk mengikuti Yesus.


  • Yesus Kristus mengajarkan kita untuk mengasihi dan mengampuni, bukan balas menyakiti

Markus 15:26, 29-32:

“(26) Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: “Raja orang Yahudi”. (29-32) Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!” Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.” Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.”

Seorang Raja yang penuh kasih dan kuasa sepatutnya dihormati, dikasihi, dan diutamakan atas segala sesuatu oleh rakyat-Nya. Namun, alih-alih semua itu, Ia dijatuhi hukuman mati dan dalam prosesnya Ia disiksa, diolok-olok, diludahi, dilucuti pakaiannya, disindir, dihina di belakang-Nya. Dalam keadaan tubuh terluka parah, Ia harus memikul kayu yang berat naik ke bukit. Berulang kali terjatuh, namun Ia bangkit kembali untuk meneruskan hukuman yang ditimpakan secara tidak adil pada-Nya. Dalam semua proses itu, tidak sekalipun Ia mengutuki atau membalas hinaan yang dilontarkan rakyat-Nya sendiri dan bahkan oleh penjahat yang seharusnya tidak layak menghina-Nya.


Raja ini tidak lain ialah Yesus Kristus sendiri. Ia adalah Raja segala raja, namun harus menerima penghinaan yang biasanya diterima orang yang paling rendah sekalipun. Tulisan pada papan yang dipakukan di atas kepala-Nya di kayu salib rasanya semakin kontras dengan keadaan-Nya saat itu: seorang Raja yang disiksa dan digantung di kayu salib sebagai bentuk hukuman terberat di pemerintahan Romawi saat itu. Walaupun demikian, karena begitu besarnya kasih-Nya pada kita Ia tidak menyerah di tengah jalan dalam tugas-Nya untuk mati demi menebus dosa kita. Seperti ejekan orang-orang dalam ayat di atas, Ia bisa saja menyelamatkan diri-Nya tanpa harus melewati proses yang menyakitkan dan begitu merendahkan itu.

Ia bisa saja menghukum orang-orang yang menghina-Nya agar mereka merasakan balasan atas sikap kurang ajar terhadap raja mereka. Sebaliknya, Ia justru tetap pada rencana awal-Nya untuk mati demi mereka, juga demi semua orang percaya di dunia ini agar mereka, kita semua, layak untuk diampuni (baca juga: Makna Jumat Agung). Dari karakter Kristus ini kita belajar pula untuk mengampuni dan tidak membalas orang yang menghina dan menyakiti hati kita. Roh Kudus yang ada dalam diri kita berperan bukan hanya sebagai Penolong, namun juga Penghibur. Lebih utama lagi, Roh Kudus memimpin kita untuk kembali pada pengenalan akan Kristus karena dari-Nya kita bukan hanya mendapat pelajaran namun juga kekuatan untuk melewati hal-hal menyakitkan yang kita alami.

Demikianlah pembahasan kali ini dari ayat-ayat Alkitab tentang penghinaan. Ayat yang kita kutip dan pelajari dalam kesempatan ini tidaklah banyak, namun dari situ saja kita sudah dapat memahami banyak hal. Kita patut bersyukur atas hikmat dan kerelaan yang Tuhan Yesus berikan bagi kita untuk memahami firman-Nya dan mengampuni orang yang menghina kita. Karena itulah, hendaknya kita bertekun dalam hidup sesuai firman Tuhan. Baca juga: Contoh Perilaku Sebagai Terang dan Garam Dunia.