Dalam kesempatan sebelumnya kita telah mempelajari mengenai poligami menurut Alkitab. Berkat bantuan ayat-ayat tersebut kita telah diingatkan kembali bahwa pernikahan Kristen bersifat kudus dan sakral. Karena itu, setelah sepasang laki-laki dan perempuan diberkati oleh Tuhan dalam ikatan pernikahan, pasangan tersebut tidak dapat dipisahkan oleh apapun atau siapapun juga kecuali jika Tuhan memisahkan melalui kematian.
Lalu bagaimana jika ada dua istri dalam satu kehidupan pernikahan (dengan satu suami)? Bukankah Alkitab sendiri mencatat berbagai tokoh Alkitab yang memiliki tidak hanya dua, tetapi banyak istri? Untuk dapat mengetahui hal ini secara lebih jelas, kita perlu merenungkan kembali apa yang dapat kita pelajari dalam Alkitab mengenai pandangan Yesus terhadap pernikahan atau hubungan antara suami dan istri.
Baca juga: Ayat Alkitab Tentang Pernikahan Kristen
- Pernikahan pada dasarnya adalah ide dari Tuhan
Dari Kejadian 1:27-28 dan Kejadian 2:18-24 dapat kita lihat bahwa Tuhanlah yang memiliki inisiatif untuk memberikan seorang penolong yang sepadan untuk Adam. Penolong yang sepadan ini kemudian disebut sebagai “istri” (Kej. 2:24). Ide awal mengenai hubungan suami dan istri dicetuskan oleh Tuhan sendiri dan dinyatakan dengan memberkati laki-laki dan perempuan dan memberi perintah untuk memenuhi dan menaklukkan bumi.
Selain itu, manusia diciptakan sesuai gambaran Tuhan yang adalah kasih (1 Yoh 4:16). Sayangnya, setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia kemudian memiliki kecenderungan untuk bersikap egois. Di sinilah peran pernikahan masuk, yaitu agar sang suami dan penolongnya dapat bersama menjalin hubungan mereka dengan Tuhan. Dengan adanya pernikahan, manusia dapat terus memperbesar kapasitas hati kita untuk mengasihi orang lain, dimulai dari pasangan kita dalam pernikahan.
Sebaliknya, menikahnya seorang suami dengan istri kedua sementara ia masih terikat pada istri pertama (ingat bahwa yang dapat memutuskan ikatan ini adalah jika salah satu dari suami atau istri telah mati) dapat menimbulkan kecemburuan dalam hati istri pertama. Kecemburuan ini akan menjauhkan suami dari istrinya dan merenggangkan hubungan mereka. Pada akhirnya, tujuan untuk saling menolong dalam menjalin hubungan dengan Tuhan juga terganggu.
- Mujizat pertama Yesus di Kana menunjukkan betapa berharganya pernikahan dalam pandangan Yesus
Dalam Yohanes 2:1-11 dapat kita lihat bahwa Maria, ibu Yesus, meminta agar Yesus membantu memecahkan masalah kurangnya anggur dalam suatu pesta pernikahan. Yesus yang awalnya menolak, namun pada akhirnya tetap membantu dan mengadakan mujizat di pesta pernikahan tersebut. Ia mengubah air menjadi anggur hingga bahkan pemimpin pesta itu, yang tidak mengetahui bahwa anggur yang diminumnya berasal dari air biasa, menilai bahwa anggur itu adalah anggur yang baik.
Mari kita renungkan hal ini sejenak. Air biasa memiliki rasa tawar, atau mungkin lebih tepatnya air tidak memiliki rasa, sedangkan anggur memiliki rasa nikmat yang dapat membuat ketagihan. Hal ini dapat kita kaitkan dengan kehidupan pernikahan yang mungkin telah terasa tawar, tidak lagi manis atau nikmat seperti sebelumnya. Pernikahan yang mungkin dimana sang suami atau istri telah merasa jenuh hingga timbullah keinginan untuk mencari “kenikmatan anggur” dari orang lain. Khususnya dalam pembahasan kita kali ini, hal ini kita andaikan seperti suami yang ingin mencari istri baru.
Raja Daud, tokoh Alkitab yang sangat terkenal dan dikatakan berkenan di mata Tuhan, juga mungkin tengah mengalami hal ini ketika ia mengintip seorang perempuan bersuami yang sedang mandi. Pada awalnya Daud memang tidak mengetahui jika Batsyeba, perempuan itu, sudah bersuami.
Setelah mengetahuinya, Daud tetap tidak mundur, namun memerintahkan agar suami Batsyeba dikirim ke garis depan medan perang sehingga mati. Tuhan kemudian menegur Daud melalui Nabi Natan. Tuhan mengatakan bahwa Ia sudah memberikan kerajaan Israel dan segala milik Saul, raja sebelumnya, menjadi milik Daud. Bahkan, jika Daud masih merasa kurang, Tuhan masih akan menambahkan ini dan itu kepada Daud.
Implikasi yang dapat kita ambil di sini adalah seandainya Daud mau meminta kepada Tuhan untuk menggantikan kejenuhan atau rasa tawar dalam kehidupannya menjadi seperti nikmatnya anggur, Tuhan bersedia memberikan apa yang Daud perlukan. Demikian pula dalam kehidupan pernikahan, kita dapat meminta Tuhan untuk memulihkan keadaan kita dan menggantikan yang tawar atau bahkan pahit menjadi manis kembali. Selain itu, kita juga dapat merenungkan ayat Alkitab tentang kesabaran untuk menguatkan kita dalam menghadapi permasalahan dalam keluarga kita.
- Yesus sebagai mempelai pria dan umat Kristen sebagai mempelai wanita-Nya
Dalam salah satu ilustrasi Alkitab dapat kita temukan tipologi bahwa Yesus adalah mempelai pria umat Kristen yang akan menjemput mempelai wanita-Nya ketika saatnya tiba. Lalu apa relevansi antara tipologi ini dengan suami beristri dua? Tuhan menghendaki suami dalam suatu pernikahan di dunia ini agar dapat menjalankan perannya sebagai kepala yang mengasihi dan menaungi istri dan anak-anaknya.
Dalam praktiknya, mungkin saja terkadang selain memang jenuh, sang suami juga merasa istrinya sering mengecewakannya, tidak patuh padanya, suka mengatur, dsb. Kekecewaan akan sifat atau sikap sang istri membuat suaminya ingin memiliki istri baru.
Kita pun sebagai manusia seringkali menyakiti hati Tuhan dengan dosa kita. Namun, Tuhan Yesus, sang mempelai pria sejati, selalu setia pada mempelai wanitanya (2 Timotius 2:13). Tuhan Yesus tetap setia mengasihi kita dengan segala kekurangan dan kesalahan kita. Demikian pula Tuhan menghendaki agar hubungan suami istri dalam Kristen selalu dalam keadaan setia terhadap satu sama lain. Tantangan dalam kehidupan pernikahan terkadang mungkin terasa sangat sulit, namun suami dengan istrinya dapat mengundang Tuhan untuk berada di tengah mereka agar mereka dapat melaluinya bersama.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat memahami bahwa pada dasarnya Tuhan menghendaki pernikahan hanya terdiri dari satu suami dan satu istri. Bagi pembaca yang telah menikah, mari hargai dan bersyukur atas ikatan pernikahan kudus yang kita miliki dengan pasangan kita. Ingatlah selalu bahwa dalam kehidupan pernikahan pasti ada tantangan, namun kita dapat meminta hikmat dan kekuatan dari Tuhan untuk melewatinya bersama pasangan yang telah ditentukan Tuhan untuk kita. Baca juga: Larangan Poligami Dalam Injil