Poligami Menurut Alkitab: Larangan dan Hukumnya

Poligami menurut Alkitab hal yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika kita melihat sejarah yang sudah tertulis nyata di Alkitab, tidak sedikit di perjanjian lama kasus poligami terjadi. Seorang yang kita kenal dengan julukan ‘Bapa orang percaya’ salah satunya. Ia memperistri Sara, Hagar, Ketura. Seorang yang lain yang kita kenal dengan sebutan ‘Israel’ juga melakukannya. Ia memperistri Zilpa, Rahel, Bilha, dan Lea. Seorang yang kita kenal dengan sebutan “penuh hikmat dan bijaksana” seperti Raja Salomo, ia ternyata memiliki banyak isteri dan gundik. Dan masih banyak tokoh Alkitab lainnya seperti Daud, Lamekh, Musa, dan kita bisa melihat mereka adalah golongan Raja atau Nabi. Dengan kata lain, bukanlah seorang rakyat biasa dan mereka melakukan itu. (Baca juga: Hukum Kasih dalam Alkitab)

Dan jika kita telusuri lebih dalam, ada banyak masalah yang terjadi terhadap tokoh Alkitab ini akibat kasus poligami yang dilakukan. Pada keluarga Abraham yang mengakibatkan terjadinya dosa iri hati antara Sara dengan Hagar. Pada keluarga Salomo yang membuatnya melakukan perzinahan rohani terhadap Allah dengan menyembah dewa-dewa isterinya. Pada keluarga Daud yang mengakibatkan rumah tangganya menjadi kacau balau, anak-anak dan isteri-isterinya yang bertengkar, perebutan takhta yang terjadi sampai tidak segan-segan saling membunuh, bahkan anak Daud sendiri (Absalom) yang tidak disangkanya adalah musuhnya sendiri. Berikut ini akan dibahas mengenai Poligami menurut Alkitab : larangan dan hukumnya  (Baca juga: Hukum Taurat)

Artikel lainnya:

Kasus dan Larangan Dari Poligami Dalam Ajaran Kristen

Kasus poligami yang terjadi di perjanjian lama ini tidak berarti menunjukkan bahwa Allah menyetujuinya. Sama seperti ketika kita melakukan dosa berbohong. Hal itu terjadi. Kita benar-benar melakukannya. Tetapi apakah Allah setuju kita berbohong? Tentulah Allah sangat berduka atas apa yang kita kerjakan tersebut. Namun, jika kita melihat dalam 2 Samuel 12:8, Allah seolah-olah menyetujui Daud untuk menambah isterinya ketika ia yang waktu itu mengambil isteri Uria dengan cara yang tidak benar. Lalu, apakah sebenarnya yang dikatakan Alkitab tentang poligami? Dilarang atau disetujui? Jika kita benar-benar ingin mendengar apa kata Allah terkait hal ini, kita tidak bisa hanya melihat dari sisi perjanjian lama, tetapi juga harus dari sisi perjanjian baru, karena keduanya sangatlah terikat dan tak bisa dilepaskan. Tidak ada satupun ayat di alkitab yang secara gamblang menyatakan bahwa hal ini dilarang maupun disetujui. Namun yang jelas Allah tidak pernah sekali-kali memerintahkannya. Untuk itu, biarlah hikmat yang dari Allah dan pekerjaan Roh Kudus yang memberikan pencerahan kepada kita. (Baca juga : Alfa dan Omega)

Sebelum lebih dalam lagi kita membicarakan tentang poligami, terlebih dahulu kita harus menyepahamkan tujuan pernikahan karena dengan tujuan pernikahan yang alkitabiah tentulah menolong kita untuk tidak berpoligami. Kisah penciptaan adam dan hawa  dapat menjadi dasar bahwa Allah pada awalnya memang merencanakan adanya monogami, bukan poligami. Dimana hanya ada satu suami (Adam) dan satu isteri (Hawa). “Tulang dari tulangku, daging dari dagingku”, itulah sebutan manusia pertama (Adam) kepada perempuan yang Allah ciptakan dari tulang rusuknya (Kejadian 2:23) dan keduanya menjadi satu daging (Kejadian 2:24). Dan perintah pertama yang Tuhan berikan kepada mereka bisa kita lihat dalam kejadian 1:28 dan perintah ini diberikan sebelum mereka jatuh ke dalam dosa. Inilah yang menjadi tujuan pernikahan jika dilihat dari perjanjian lama.


Artikel lainnya :

Penderitaan Bagi Poligami Untuk Umat Kristen

Maka tak heran jika kita melihat bahwa banyak kasus poligami (dengan tujuan mendapatkan banyak keturunan) di perjanjian lama yang terjadi. Lalu, perintah berikutnya bisa kita lihat dalam Matius 28:19-20 dan ini merupakan tujuan pernikahan di perjanjian baru. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah bahwa kita tak hanya sekedar memiliki anak jasmani (hasil dari hubungan suami-isteri) tetapi juga anak rohani (hasil dari anak yang kita didik dan ajarkan untuk mengenal Kristus). Kita menyadari bahwa perintah ini diberikan setelah manusia jatuh ke dalam dosa, lebih tepatnya setelah Kristus telah menggenapi karya penebusan di Kalvari. (Baca juga: Aborsi menurut agama Kristen)

Kedua hal inilah yang menjadi tujuan pernikahan dan membuat kita pasti berpikir panjang untuk melakukan poligami (karena melihat tujuan pernikahan tidak hanya tentang membuat banyak keturunan secara jasmani, tetapi juga keturunan secara rohani dan keturunan secara rohani sangat bisa kita dapatkan tanpa menikah ataupun tanpa menikah secara majemuk). Harapannya penjelasan ini dapat menyadarkan kita akan arti pernikahan yang sesungguhnya dan menolong kita untuk mengambil keputusan pacaran sekali dan menikah sekali. Inilah beberapa penderitaan yang dialami dalam umat Kristen dan hukuman yang akan diterimanya sebagai berikut:

  • Jika kita sebagai seorang yang sudah percaya ingin menggenapi kedua tujuan pernikahan ini, maka pernikahan yang kita lakukan haruslah dilakukan dengan pertimbangan yang matang yaitu menikahlah dengan seorang yang sudah percaya Kristus.
  • Seorang yang sama-sama sudah mengenal Kristus maka akan semakin berlatih mengembangkan kasih Kristus di dalam hubungan rumah tangga mereka.
  • Kasih agave yang kita kenal hanya di dalam dan melalui Allah inilah yang menjadi dasar rumah tangga dan menjadikan pernikahan yang kokoh, yang didalamnya tak ada pertengakaran yang mengakibatkan perceraian, perceraian yang kemungkinan mengakibatkan pernikahan lagi, atau pertengkaran yang mendorong mencari lagi pasangan baru (poligami).
  • Karena kalau diamati hal inilah yang sering terjadi yang menjadi penyebab pernikahan majemuk sekalipun ada penyebab-penyebab yang lain. (Baca juga : Bahasa roh)

Di dalam pemberkatan pernikahan, tentulah kita kerap mendengar akan firman Tuhan yang menuliskan : “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6). Wah perceraian saja tidak dikehendaki oleh Allah, apalagilah poligami ya, mungkin hal ini yang sama-sama terlintas ketika membaca firman ini. Tidak boleh diceraikan manusia artinya apapun tidaklah dapat kita jadikan sebagai alasan untuk menikah lagi maupun bercerai, entah itu perbedaan karakter, cara pandang, kepentingan, karena semuanya sudah dipersatukan oleh Allah. Itulah sebabnya pernikahan ulang hanya dapat kita lakukan jika pasangan kita sudah meninggal karena hanya kematian yang dapat memisahkan  dan semua orang pada akhirnya akan mengalami kematian karena upah dari dosa, bukan? (Baca : Arti Imanuel)


Artikel lainnya :

Di dalam roma 13:1-7 dan kisah para rasul 5:29 dijelaskan bahwa haruslah kita menaati hukum-hukum dan perintah, baik itu dari pemerintah terlebih lagi yang dari Allah (karena hukum dari pemerintah adakalanya tidak berasal dari Allah). Kita pun dapat saat ini juga membayangkan bagaimana jika perintah Allah untuk hidup setia bagi-Nya maupun bagi pasangan pernikahan kudus kita malah kita abaikan. Biarlah melalui tulisan ini kita semakin menyadari Allah yang adalah kudus itu memanggil kita juga untuk menjaga kekudusan termasuk di dalam pernikahan. “Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum taurat” (Roma 13:8). Karena kasihlah yang menjadi kegenapan hukum taurat. Dan karena kasihlah yang menjadi dasar dalam rumah tangga dan membuat sepasang suami-isteri dapat belajar setia dan tak berpoligami. Untuk itu semoga artikel mengenai Poligami menurut Alkitab : larangan dan hukumnya dapat memberikan pengetahuan bagi kita semua.