Dalam menafsirkan Alkitab ada beberapa cara yang dipakai oleh para aliran gereja, di antaranya melalui perbedaan eksegese dan eksposisi. Tentu ini adalah dua cara umum yang dipakai untuk menafsirkan ayat-ayat firman dengan berbagai cara dan sedikit perbedaan metode di dalamnya. Sebagai orang awam tentu banyak yang kurang pahan dengan kedua apologetika kristen tersebut. Karena itu berikut ini sekilas tentang metode eksegese dan eksposisi, apa yang dimaksud dan terutama apa perbedaannya.
Sebenarnya baik eksegese maupun eksposisi berasal dari satu metode penafsiran janji keselamatan dalam Alkitab, yaitu yang sering dikenal dalam ilmu teologi sebagai hermeneutik. Ini merupakan ilmu dalam menafsirkan Alkitab yang telah diketahui sejak lama dan pada perkembangannya ilmu ini memberikan metode, baik itu metode eksegese maupun metode eskposisi.
Eksegese berasal dari bahasa Yunani yang secara literal berarti membawa keluar. Sehingga penafsiran dengan cara metode ini berarti menafsirkan isi Alkitab berdasarkan maksud dari penulis awal pada pembaca mula-mula yaitu jemaat yang ditujukan pada sejarah pengakuan iman rasuli dalam Alkitab tersebut. Sedangkan eksposisi yaitu menafsirkan firman Allah berdasarkan penafsiran di masa kini. Dengan kata lain yaitu merenungi firman Allah secara tersirat pada saat renungan bersama atau melalui khotbah pendeta. Dilihat dari arti kata keduanya, berikut ini beberapa perbedaan eksegese dan eksposisi secara lengkap:
1. Latar Belakang
Menafsirkan dengan jalan eksegese perlu lebih dahulu memahami latar belakang penulis. Disini firman Tuhan diterjemahkan secara kontekstual berdasarkan sudut pandang dari penulis surat yang ada. Misal surat Petrus, harus memahami tujuan Petrus dalam menuliskan salah satu surat dalam Alkitab, sehingga menjadi rangkaian tafsiran yang utuh. Lain halnya menafsirkan secara eksposisi, tanpa perlu melihat mata rantai latar belakang atau kehidupan penulis, cukup menafsirkan sepotong ayat Alkitab tentang pemimpin yang melayani yang ada dan kemudian melalui hikmat memahami apa maksud firmat atau ayat tersebut.
2. Urutan
Jika menerjemahkan atau menafsirkan firman Tuhan, maka yang perlu dilakukan yaituj menafsirkan dari sudut pandang eksegese lebih dahulu, atau dengan kata lain mengetahui tujuan ayat tersebut dibuat. Barulah kemudian bisa menafsirkan secara eksposisi atau apa makna dari ayat yang hendak ditafsirkan. Tidak bisa terbalik eksposisi dahulu karena akan berbeeda makna sebenarnya. Sehingga dalam hal ini sebaiknya memahami latar belakang sejarah reformasi gereja dahulu sebelum melanjutkan untuk memahami ayat demi ayat yang tertulis di dalamnya.
3. Tujuan
Dilihat dari segi Alkitabiah, maka eksegese menekankan pada maksud ayat tersebut pada tanggung jawab jemaat terhadap gereja yang memang ditujukan pada ayat tersebut. Misalnya surat Petrus untuk jemaat Korintus. Lain halnya dengan eksposisi, dimana disini maksud dari firman yang ditujukan pada jemaat di Korintus kemudian dijabarkan lebih dalam kepada seluruh umat Kristen yang ada di dunia saat ini. Sehingga pada prinspinya firman Allah bukan hanya milik jemaat yang dituju dalam Alkitab tetapi juga semua pengikut Kristus tanpa terkecuali.
4. Konteks
Dari segi konteks maka sudah jelas bahwa konteks Alkitab berdasarkan metode eksegese mengacu pada masa jemaat mula-mula. Sedangkan eksposisi berarti menempatkan firman di segala jaman yang terus berjalan dan diperbaharui.
Itulah sekilas tentang perbedaan eksegese dan eksposisi dari sudut pandang penafsiran. Apapun metode yang dipilih, isi firman Allah tentu memiliki makna garam dan terang dunia yang tetap dari dahulu hingga sekarang. Sehingga seperti juga telah tertulis dalam Alkitab, Yesaya 40:8 “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”