6 Perbedaan Gereja dan Institusi Sosial Menurut Sifatnya

Gereja sendiri memiliki artian sebagai perkumpulan umat yang mengimani Tuhan Yesus, dan karenanya Gereja juga disebut – sebut sebagai anggota tubuh Kristus. Jadi, Gereja bukanlah semata – mata hanya gedung belaka tetapi lebih merujuk kepada persekutuan umat beriman. Sedangkan, institusi sosial adalah suatu lembaga yang mengatur tentang tata cara ataupun prosedur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia serta memiliki tujuan untuk menciptakan keteraturan dalam masyarakat demi kondisi atau suasana hidup yang lebih baik. Adanya peraturan – peraturan ataupun prosedur yang harus diikuti oleh anggota institusi itu sendiri pada dasarnya bertujuan untuk mencapai tujuan yang sama dengan sebaik – baiknya. Adapun beberapa contoh dari institusi sosial adalah keluarga, sekolah, dan berbagai organisasi dalam masyarakat seperti PKK dan karang taruna.

Sampai saat ini masih banyak orang yang menganggap bahwa setelah tujuan dari reformasi Gereja tercapai maka Gereja itu sama dengan institusi sosial. Meski memang Gereja juga memiliki fungsi sosial tetapi sebenarnya Gereja bukanlah institusi sosial. Untuk menelaah dan memahami lebih lanjut mengenai perbedaan gereja dan institusi sosial maka berikut ini saya bagikan beberapa perbedaan yang bisa Anda baca dan pelajari.

1. Gereja bersifat rohani

Tidak seperti institusi sosial yang bersifat duniawi, Gereja lebih bersifat rohani. Sifat rohani disini berarti bahwa Gereja selalu berusaha untuk mencukupkan kebutuhan rohani umat. Kebutuhan ini akan tercukupkan dengan adanya berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh para pengurus Gereja seperti berdoa bersama, ibadah, retret, meditasi, outbond, dan berbagai kegiatan lainnya. Hal – hal ini secara tidak langsung akan membantu iman umat berkembang dengan adanya kondisi psikis atau mental yang lebih baik. Mungkin akan sedikit sulit untuk memahami apa itu kebutuhan rohani, maka biar saya jelaskan sedikit lagi. Setiap orang akan memiliki dua jenis kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani yang erat ikatannya dengan keinginan daging dan kebutuhan rohani yang erat ikatannya dengan keinginan roh.

Apabila Anda sangat merindukan suasana hati yang damai, merasakan adanya cinta kasih baik itu dari sesama maupun Allah sendiri, itulah kebutuhan rohani Anda. Dan kebutuhan – kebutuhan seperti inilah yang berusaha dipenuhi oleh Gereja. Ukuran pertumbuhan rohani bisa Anda lihat dan rasakan pada diri Anda. Apabila Anda sudah lebih banyak mengaplikasikan segala firman Tuhan yang tertera pada Alkitab itu berarti iman Anda sudah mulai bertumbuh. Hilangnya rasa cemas, keraguan, ketakutan, dan selalu menyertakan Tuhan dalam segala perjalanan hidup Anda juga bisa menjadi salah satu tanda akan pertumbuhan iman Anda. Sebagai seorang manusia yang tinggal pada era yang sudah maju, pemenuhan kebutuhan rohani akan sangat diperlukan. Karena, hanya dengan menjadi kaya saja tidak menjamin kepuasan batin ataupun kebahagian diri Anda sendiri.

2. Gereja tidak bersifat memaksa

Perbedaan gereja dan institusi sosial selanjutnya adalah Gereja tidak bersifat memaksa. Pada institusi sosial akan dijumpai banyak aturan yang bertujuan untuk mengatur hidup manusia menjadi lebih baik dan sifatnya memaksa. Ambil saja contohnya pada peraturan yang ada di sekolah. Secara tidak langsung, Anda akan dipaksa untuk mengikuti peraturan – peraturan yang ada demi menjaga ketertiban dalam sekolah. Hal ini dijumpai berbeda pada Gereja. Gereja memang mengajarkan kita untuk mengikuti dan menuruti perintah Allah dan segala hukumNya terutama hukum kasih.

Karena kasih Allah yang besar pada manusia, manusia memiliki kehendak bebas dimana hal ini membuat manusia menjadi spesial dan berbeda dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Dengan adanya kehendak bebas ini, maka manusia bisa memilih untuk melakukan segala sesuatu termasuk apakah mereka ingin mengimani Allah dan mengikuti semua ajaranNya atau tidak. Gereja disini tidak pernah memaksa dan tugas Gereja hanyalah membantu meningkatkan kesadaran umat untuk tetap bersyukur atas semua rahmat yang telah diterima dari Tuhan Allah sendiri. Dan hal ini erat kaitannya dengan prinsip ajaran sosial Gereja sebagai fundamental pemikiran dimana kita harus mengasihi dan menolong satu sama lain tanpa pamrih.


3. Tidak memenuhi kebutuhan hidup

Karena adanya pengakuan pluralisme agama kristen oleh Gereja, hal ini membuat Gereja lebih membuka diri terhadap keadaan disekitarnya. Meski Gereja juga peduli akan keadaan umat dan masyarakat di sekitarnya dengan melakukan berbagai donasi dan berbagai bantuan kemanusiaan lainnya, tetapi tujuan utama Gereja bukanlah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara jasmani. Insitusi sosial masih terbagi lagi kedalam beberapa lembaga yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Contohnya saja ada lembaga pendidikan, politik, agama, dan lain sebagainya. Adanya semua lembaga itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berbagai bidang atau sisi kehidupannya.

4. Sanksi hukum

Adanya sanksi hukum juga menjadi perbedaan gereja dan institusi sosial selanjutnya. Dalam Gereja, hukum yang diajarkan adalah hukum – hukum Allah yang bertujuan untuk membuat kehidupan manusia itu menjadi lebih baik dan terlebih lagi untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan bisa bersama – sama dengan Allah nantinya. Seperti yang kita lihat dan rasakan, apabila kita menentang hukum – hukum tersebut maka kita sama saja dengan melakukan dosa. Dan, sanksi dosa atau yang biasa dikenal juga dengan akibat dosa menurut Alkitab itu baru akan kita rasakan setelah kematian.

Hal ini tentunya berbeda dengan institusi sosial. Pada institusi sosial, segala peraturan yang dilanggar akan mendapatkan sanksi hukum secara langsung. Ambil contohnya pada saat berada di sekolah dan Anda terlambat untuk masuk kedalam kelas ataupun lupa untuk mengumpulkan tugas – tugas yang ada. Anda akan mendapatkan poin pelanggaran secara langsung sebagai sanksi atas perbuatan Anda. Karena adanya saksi hukum yang jelas dan dapat secara langsung dirasakan oleh pelanggarnya, maka banyak orang akan berusaha untuk mentaati peraturan – peraturan yang ada.

5. Bersifat universal

Lain halnya dengan institusi sosial yang bersifat lokal, Gereja memiliki sifat universal. Hal ini dikarenakan Gereja diseluruh dunia menjunjung nilai – nilai yang sama yaitu nilai – nilai yang datang dari Tuhan Allah melalui Yesus Kristus yang tercantum dalam Alkitab. Universal juga memiliki arti bahwa Gereja itu terbuka untuk semua orang dari berbagai kalangan, dan hal ini tentunya akan berbeda apabila kita mau membandingkan dengan institusi sosial. Pada institusi sosial, ambil contohnya sebagai sekolah, kita bisa melihat bahwa nilai – nilai pembelajaran yang dijunjung pada suatu sekolah dari satu negara dengan negara yang lain tentunya akan berbeda.

Misalnya saja untuk di Indonesia, sistem pembelajaran kita akan berusaha membentuk kita sebagai pribadi yang lebih disiplin dan cekatan dalam mengerjakan tugas – tugas yang diberikan. Sedangkan pada negara Findlandia, proses pembelajaran akan berusaha disesuaikan dan dimaksimalkan sebaik mungkin agar pada murid tidak perlu membawa pr dan memiliki waktu yang lebih bersama dengan keluarga mereka. Pada tingkatan sekolah dasar yaitu mulai dari TK – SMA juga akan dibatasi aturan yang berdasarkan umur. Jadi, apabila Anda melewati batasan umur tertentu maka Anda tidak bisa untuk menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu. Tentunya hal ini akan berbeda bukan? Gereja akan menerima siapapun Anda apapun latar belakang Anda.

6. Bentuk peraturan

perbedaan gereja dan institusi sosial selanjutnya dapat dilihat dari bentuk peraturan atau norma – norma yang berusaha diterapkan. Pada dasarnya, norma – norma yang ingin diterapkan oleh Gereja sangatlah mendasar dan fundamental tetapi pada prakteknya dalam kehidupan sehari – hari, cukup sulit juga untuk dilakukan. Ambil sebagai contohnya saja, kita dilarang untuk berbohong tetapi pada praktek nyatanya kita sangat sering berbohong. Hal ini berbeda dengan bentuk peraturan yang ditetapkan dalam institusi sosial.  Mungkin akan ada beberapa peraturan seperti, Anda yang diwajibkan untuk datang tepat waktu, memakai atribut lengkap, dan lain sebagainya yang sebenarnya cukup rumit untuk dilakukan terutama bagi mereka yang baru saja bergabung kedalam institusi sosial tertentu.

Tetapi, pada prakteknya walaupun kita sering melanggar beberapa aturan dalam institusi sosial tersebut kita akan tetap berusaha untuk tidak melanggar peraturan yang ada. Dan bahkan, jumlah pelanggaran yang kita lakukan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah ketaatan kita pada aturan yang berlaku. Meski memang tidak dapat disangkal bahwa Gereja juga memiliki fungsi yang bisa dibilang sama dengan institusi sosial, tetapi tetap saja keduanya adalah hal yang berbeda. Adanya kegiatan yang dilakukan Gereja seperti melakukan donasi kepada kaum papa dan ikut serta dalam melakukan donasi kepada masyarakat korban bencana alam adalah sedikit contoh peran Gereja sebagai institusi sosial. Beberapa hal yang sama antara Gereja dan institusi sosial adalah seperti adanya struktur keanggotaan, terbuka untuk masyarakat, memiliki visi dan misi, dan memiliki anggaran.

Jadi itulah beberapa perbedaan gereja dan institusi sosial yang bisa saya bagikan kepada Anda. Semoga dengan sedikit informasi yang bisa saya berikan ini, Anda bisa lebih mengerti akan perbedaan Gereja dengan institusi sosial dan hal ini juga bisa membantu menambah wawasan Anda mengenai Gereja dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Terima kasih telah menyempatkan waktu Anda untuk membaca artikel dari kami semoga artikel – artikel yang kami sajikan bisa membantu perkembangan iman Anda. Tuhan Yesus memberkati.