Sebelum sepasang kekasih resmi menjadi suami istri, mereka terlebih dahulu mengucap janji pernikahan. Janji pernikahan Kristen adalah pengucapan janji yang paling ditunggu-tunggu, namun juga momen yang sangat menegangkan. Janji pernikahan merupakan janji persekutuan abadi yang benar-benar diucapkan di hadapan Allah Tritunggal. Ketika janji ini diucapkan, maka sepasang kekasih telah resmi menjadi pasangan suami-istri, Janji ini juga bukan hanya sekedar janji, melainkan janji yang dibawa sampai mati yang mengikat antara kedua belah pihak.
Isi Janji Pernikahan: “Saya mengambil engkau menjadi istri/suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus.”
Oleh karena janji pernikahan tidak dapat dibatalkan, maka hadirlah sebuah pemaparan tentang makna pernikahan Kristen itu sendiri. Janji adalah sebuah langkah untuk menuju gerbang pernikahan. Maka, janji pernikahan tersebut harus mampu memberikan sebuah implikasi yang nyata pada pernikahan Kristen. Apa sajakah implikasi antara janji pernikahan Kristen dan implikasinya? Berikut adalah uraiannya:
- “Saya mengambil engkau” – berarti hanya seorang yang unik dan cocok dengan hati saja yang dikategorikan sebagai orang yang terpilih.
- “Menjadi istri/suami saja” – pernikahan merupakan sebuah janji sakral yang sifatnya mengikat, yang menandakan bahwa pasangan berhak untuk saling memiliki satu dengan yang lainnya.
- “Untuk saling memiliki dan menjaga” – maksudnya menjaga secara bersama, bukan hanya pribadi saja.
- “Dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita” – maksudnya ketika janji pernikahan diucapkan, maka janji tersebut berlaku seumur hidup.
- “Sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus” – berarti pernikahan bisa berlangsung karena persetujuan Allah. Kita sebagai manusia sebagai perantara untuk mengucapkan persetujuan Allah tersebut. (baca juga: Alasan Orang Islam Masuk Kristen)
Baca juga:
Saat gejolak terjadi di dalam keluarga yang mengakibatkan suami dan istri ingin berpisah, janji tersebutlah yang harus kembali diingat. Dengan mengingat janji tersebut, maka rencana buruk terkait perceraian dalam Kristen bisa diundur. Janji ini juga yang bisa mengembalikan hubungan yang dulunya merenggang hingga kuat seperti pinang yang tak terpisahkan. Sebenarnya, apa saja yang bisa melemahkan janji pernikahan?
- Egoisme: merupakan sifat jelek manusia yang terlalu memikirkan diri sendiri, tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Seseorang yang hanya berbuat demi kepentingan pribadi dinamakan egois.
- Humanisme: mengajarkan kalau pernikahan merupakan persoalan manusia secara pribadi dan tidak ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Inilah yang membuat hubungan manusia dan Tuhan dapat renggang bahkan retak.
- Relativisme: adalah sebuah aturan yang diputuskan oleh manusia itu sendiri. Jika aturan tersebut tidak sesuai di kemudian hari, maka manusia bisa mengubahnya sesuka hati sesuai apa yang diinginkannya.
- Pragmatisme: merupakan sebuah keputusan yang diambil untuk kesenangan pribadi atau menurut apa yang baik untuk pribadi seseorang tanpa mempertimbangkan dampak keputusan tersebut bagi orang disekitarnya. Tindakan ini hampir sama dengan egoisme. (baca juga: Tanda Tanda Kiamat Menurut Kristen)
Ketika kita sebagai umat Kristiani menghargai sebuah pernikahan, maka kita tidak akan pernah bermain-main pada sebuah janji pernikahan. Apalagi jika menghancurkan janji suci yang diucapkan di hadapan Allah. Kekuatan yang luar biasa dalam suatu pernikahan dapat mewujudkan tujuan pernikahan Kristen. Ketika setiap pasangan mampu mengingatkan pasangannya akan komitmen yang pernah diucapkan. Bagaimana caranya?
1. Dengan Cara Mendewasakan Pasangan
Lambat laun, janji pernikahan akan turut bekerja untuk mendewasakan pasangan kita. Pasangan yang telah menikah dalam waktu yang lama akan semakin mampu untuk saling menguatkan, menopang, dan menolong pasangannya saat berada dalam kesusahan
2. Dasar Pengharapan
Ketika sebuah pernikahan sudah diambang gerbang perpisahan, maka komitmen tadilah yang akan menjadi dasar pengharapan untuk mengembalikan hubungan yang rusak menjadi hubungan yang utuh. (baca juga: Bertumbuh dan Berbuah di dalam Kristus)
Matius 19:5-6 “Dan Firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Sebab itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Tujuan utama pernikahan antara lain sebagai berikut:
- Untuk memuliakan Tuhan.
- Adanya hubungan yang mengikat antara pasangan yang menikah dengan Tuhan yang sesuai dengan Alkitabiah.
- Pernikahan Kristen berfungsi untuk membentuk dan membina keluarga yang saleh dalam nama Tuhan Yesus. (baca juga: Sejarah Penulisan Alkitab)
Di dalam Perjanjian Baru, Tuhan menjelaskan makna sesungguhnya tentang pernikahan. Tuhan yang datang melakukan mujizat Tuhan Yesus pertama pada sebuah pernikahan menjadi bukti untuk:
- Menggambarkan Kerajaan Allah
- Menunjukkan bahwa Tuhan adalah mempelai laki-laki dan jemaat menjadi mempelai perempuan
- Untuk menggambarkan pernikahan layaknya seperti hubungan Tuhan Yesus dan umat-Nya
Baca juga:
Agar pernikahan bisa utuh hingga maut memisahkan, segala jenis perbuatan seperti egoisme harus bisa dikikis sedikit demi sedikit. Ketika setiap pasangan telah berhasil mengikis ego masing-masing, maka pernikahan bisa berjalan mulus sesuai yang diharapkan. Agar hal itu bisa terjadi, maka sepasang suami-istri harus memiliki landasan pernikahan. Apa sajakah landasan pernikahan Kristen?
1. Komitmen Total
Kita sering mendengar kata komitmen. Apakah makna komitmen? Komitmen adalah ucapan seutuhnya yang mencerminkan sebuah janji baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam pernikahan, kita mengikat janji tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi pasangan dan bagi Allah. Banyak orang yang hanya berkomitmen baik di awal-awal saja, namun setelah waktu berlalu, komitmen tersebut hanyalah sebuah coretan belaka. Jika Anda sudah terikat janji pernikahan, maka berkomitmenlah secara total. Berbuatlah sesuai apa yang kamu ucapkan, dan jangan melupakannya begitu saja.
2. Tuhan Yesus itu Sendiri
Baiklah, pernikahan terjadi karena adanya persetujuan dari Tuhan Yesus. Jika Tuhan tidak berkehendak, maka hubungan baik yang telah dijalin selama ini tidak akan mungkin bisa menembus jenjang pernikahan. Dalam pernikahan manusia, Dia lah yang mengetahui bagaimana seluk beluk pernikahan kita. Maka dari itu, melibatkan Tuhan Yesus dalam pernikahan merupakan hal yang teramat penting. Hanya Allah sajalah yang menjadi pondasi dan landasan dalam pernikahan umat Kristiani. Pasangan yang menikah tanpa adanya restu dari Tuhan atau tidak memiliki pondasi yang kokoh, maka pernikahan tersebut sangat mudah digoncangkan oleh angin. Masalah kecil yang terjadi bisa membawa pernikahan pada gerbang perceraian.
Itulah informasi penting dalam janji pernikahan Kristen. Ingat, janji pernikahan dibawa sampai mati. Bagi Anda yang ingin menikah namun belum siap sepenuhnya, maka pernikahan bisa ditunda hingga Anda benar-benar siap. Jangan lupa untuk menghadirkan Tuhan dalam pernikahan agar pernikahan bisa utuh hingg maut memisahkan.