Sejarah Gereja Katedral di Jakarta – Paling Benar dan Lengkap

Gereja Katedral merupakan gereja yang memiliki arsitektur yang sesuai dengan zaman Romawi dulu. Bentuk gereja ini mendulang tinggi ke atas, terlihat seperti menara. Di atas gereja ini, terdapat simbol tanda salib Katolik. Inilah yang menjadi ciri khas dari Gereja Katedral. Di Indonesia, gereja ini telah tersebar di berbagai wilayah, seperti Jakarta, Jawa Tengah, dan Bogor. Namun, yang terbesar masih dipegang oleh Gereja Katedral yang ada di Jakarta. Gereja Katedral ini letaknya berhadapan dengan Masjid Istiqlal di Jakarta. Nah, penasaran dengan sejarahnya?

Sejarah Gereja Katedral Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga

Gereja Katedral dulunya bukanlah sebuah gereja seperti yang kita ketahui saat ini. Gereja ini dulunya merupakan sebuah bangunan cagar budaya. Namun, kenaikan tahta Raja Louis Napoleon membawa pengaruh positif dalam perkembangan Gereja. Berikut adalah runtutan sejarah Gereja Katedral di Jakarta:

Pada Tahun 1807 – 1826

Tepatnya pada tanggal 8 Mei 1807, Raja Louis Napoleon menyetujui pendirian Prefektur Apostolik Hindia Belanda. Di saat inilah pembangunan dan penyebaran agama Katolik dimulai di Indonesia, khususnya di wilayah Jakarta.  Paus Pius VII mengutus Pastor Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prinsen, Pr untuk datang ke Indonesia. Diantara kedua pastor ini, Pastor Nelissen dipercaya sebagai Prefek Apostolik pertama. Pada tahun 1808, keduanya sampai di nusantara, tepatnya di Pelabuhan Pasar Ikan. Sesampainya di Jakarta, mereka datang menemui Dokter FCH Assmus untuk membicarakan tentang pendirian Gereja Katolik di Batavia. Di tahun 1808, Pastor Nelissen mendapat pinjaman rumah bambu yang sekarang menjadi gedung departemen agama. Rumah bambu inilah yang digunakan sebagai sebuah gereja.

Pada tanggal 2 Februari 1810, Pastor Nelissen mendapat pinjaman sebuah kapel dari Gubernur Meester Herman Daendels, yang terletak di pinggir Jalan Kenangan, Senen, menuju RSPAD Gatot Subroto. Kapel yang dianggap kurang layak sebagai tempat ibadah akhirnya diserahkan kepada pengusaha Tjung Sun untuk direnovasi di bawah pimpinan seorang arsitek bernama Jongkind. Pada bulan yang sama, gereja ini diberkati dan diberi nama pelindung Santo Ludovikus. Pada tanggal 27 Juli 1826, terjadi kebakaran di daerah Senen yang juga melahap habis bangunan gereja. Tak hanya itu saja, 180 rumah warga juga berubah menjadi abu dan tidak dapat dibangun lagi

Pada Tahun 1827 – 1890

Du Bus de Ghisignies merupakan seorang Komisaris Jenderal dalam pada tahun 1825 – 1830. Ia adalah seorang Katolik yang berasal dari Belgia. Sebagai seorang komisaris, ia membebaskan setiap umat memeluk agama yang diyakininya, terutama yang berada di daerah Batavia. Du Bus juga benar-benar menerapkan peran Gereja dalam masyarakat.

Pembelian kantor Departemen Pertahanan bekas kediaman panglima tentara Jenderal de Kock. Bangunan tersebut dibeli seharga 20.000 gulden. Namun, pihak Gereja tidak sepenuhnya membayar 20.000, karena mendapat pengurangan 10.000 dan pinjaman dari pemerintah sebesar 8.000 gulden. Pada tahun 1830, Ir. Tromp diminta untuk merancang bangunan Gereja Katedral yang baru. Gereja ini berbentuk salib sepanjang 33 x 17 m. Bantuk gereja ini tentu saja tidak sebanding dengan Gereja yang hendak dibangun mendapat pengaruh corak barok – gothik – klasisisme, bagian jendela bercorak neogotik, bagian muka bercorak barok, pilaster dan dua gedung kanan kiri bercorak eklektisistis. Berikut kejadian pemberontakan pada jaman 1829 dalam proses pembentuk Gereja Katedral:

  • Terjadi perombakan desain gereja, karena desain awal memakan dana yang cukup besar dan melampaui keadaan finansial gereja waktu itu.
  • Alhasil, desain gereja diperbarui dengan panjang 35 x 17 m. Pada tanggal 6 November 1829, gereja tersebut diberkati oleh Monseigneur Prinsen dan diberi nama “Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga”. Pada tahun 1859, diadakan renovasi gereja secara besar-besaran.
  • Hal ini dikarenakan bahan bangunan gereja yang dulu tidak kokoh sehingga banyak kerusakan yang terjadi.

Renovasi yang berlangsung selama beberapa tahun akhirnya selesai juga. Tepat pada tanggal 31 Mei 1880, gereja ini selesai direnovasi dan mulai difungsikan sebagai rumah ibadah oleh umat Katolik. 3 hari sesudah Perayaan Paskah pada tahun 1890, gereja kembali lagi mengalami kerusakan. Setumpuk kapur dan pasir berserakan mendekati sebuah pilar. Hingga pada akhirnya bangunan gereja mulai ambruk disertai dengan suara gemuruh yang mengerikan. (baca juga: Sejarah Agama Kristen)

Artikel Lainnya:

Pada Tahun 1891 – 1901

Pada tanggal 1 November 1890, terjadi pengusulan renovasi gereja yang baru. Kali ini, pembangunan gereja dilakukan lebih profesional. Peraturan yang ketat mengenai bahan bangunan juga sangat diperhatikan. Tujuannya agar tidak terjadi kerubuhan gereja seperti dulu. Terpilihnya Pastor Antonius Dijkmans, SJ yang merupakan seorang arsitek bangunan yang pernah mengikuti kursus di Paris dan Belanda. Partor ini sudah berpengalaman karena turut serta dalam desain dua gereja yang ada di Belanda dan desain Kapel Susteran di Jl. Pos 2 pada tahu 1891. Pembangunan gereja akhirnya selesai setelah 10 tahun lamanya sesudah peletakan batu pertama.

Pada Tahun 1901 – Sekarang


Di tahun 1924, Mgr. Anton Pieter Franz van Velsen diangkat menjadi Uskup pertama kalinya dalam Gereja Katedral. Di tahun berikutnya, diadakanlah sidang pertama Majelis Wali-Wali Gereja Indonesia yang diadakan oleh Pastoral Katedral. Pada tahun 1988, diadakan pemugaran bangunan gereja. Pengecetan dinding gereja, penggantian bagian yang rusak, dan pembersihan lumut dilakukan agar gereja bisa terlihat seperti bangunan baru dan bisa lebih awet lagi bangunannya. Sejarah gereja Katedral sangatlah panjang. Proses pembangunannya dari dulu hingga saat ini memakan waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 100 tahun. Hal ini dapat kita jadikan sebagai bahan renungan singkat Kristen. Kita juga harus menjaga keberadaan Gereja Katedral ini sebagai warisan. Pasalnya, Gereja Katedral ini juga sudah masuk dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Dari tahun 1808 hingga sekarang, ada fakta seputar sejarah Gereja yang perlu diketahui, antara lain:

  • Pada tanggal 10 April 1808, diadakan misa untuk pertama kalinya di Batavia. Uniknya, misa ini diadakan secara terbuka di rumah Dokter FCH. Assmuss.
  • Pada tanggal 15 Mei 1808, perayaan Misa Kudus pertama di adakan di tempat parkir Masjid Istiqlal.
  • Sumbangan Kapel dari Daendels dulu merupakan bangunan yang dulunya digunakan oleh Jemaat Protestan untuk melangsungkan acara ibadah.
  • Pada tanggal 6 Desember 1817, Pastor Mgr. Nelissen meninggal dunia karena sakit TBC. Beliau dimakamkan di kuburan Tanah Abang.
  • Sesudah Gereja Katedral selesai dibangun, pada tanggal 8 mei 1834, empat orang pribumi yang bersuku Jawa dibaptis di Gereja ini. Ini menunjukkan bahwa jumlah orang yang percaya akan Yesus Kristus semakin bertambah.
  • Renovasi gereja yang terjadi antara tahun 1891 – 1901 terpaksa harus berhenti karena Pastor Antonius Dijkmans, SJ menderita sakit, dan menghembuskan napas terakhirnya pada tahun 1922. (baca juga: Cara Masuk Kristen)

Peletakan batu pertama pada tanggal 16 Januari 1899, menjadi sebuah tanda bahwa pembangunan gereja dimulai lagi setelah sebelumnya sempat terhenti. Walaupun pembangunan gereja terhenti, seluruh umat masih mengikuti Misa di Gereja Katedral dan dapat merasakan Allah yang hadir saat misa berlangsung. Pada tahun 1970, Paus Paulus Vi dan Paus Yohanes Paulus II datang berkunjung ke Jakarta. Hal ini tentu saja disambut gembira oleh seluruh umat Katolik yang ada di Indonesia, khususnya Jakarta

Demikianlah informasi mengenai sejarah dan fakta mengenai sejarah pembangunan Gereja Katedral. Bangunan ini bisa berdiri tegak hingga sekarang karena dibangun dengan material yang bagus dan berkualitas tinggi. Selain itu, penyertaan-Nya juga tak luput dalam pengokohan bangunan Gereja. Semoga informasi berguna ya sobat-sobat Tuhan.